Laman kesehatan terkenal “hello sehat” menurunkan tulisan menarik tentang masalah penyakit yang dihadapi oleh mereka yang bertubuh tinggi.
Menurut laman itu, mereka yang punya badan tinggi bak supermodel memang impian banyak orang.
Tapi sayang, di balik semua “kemewahan” menjadi orang bertubuh tinggi, ada beragam masalah kesehatan yang mengintai.
Misalnya saja, pria yang badannya tinggi ternyata lebih berisiko untuk meninggal akibat kanker prostat ganas daripada pria yang bertubuh pendek.
Masih banyak lagi kaitan antara tinggi badan seseorang dengan risiko kesehatan yang mungkin dimilikinya. Yuk, cari tahu lebih lanjut!
Tinggi badan dipengaruhi oleh genetik warisan orangtua.
Meski begitu, gen bukan satu-satunya penentu takdir tinggi-pendeknya tubuh Anda.
Genetik hanya membantu menentukan sekitar enam puluh hingga delapan puluh persen dari tinggi badan Anda, sedangkan sisanya tergantung pada faktor lingkungan luar.
Aktivitas fisik dan asupan nutrisi dari kebiasaan makan sehat (tinggi protein dan kalsium) adalah dua faktor eksternal yang berperan paling penting untuk menentukan tinggi badan.
Studi yang dimuat dalam European Heart Journal menyebutkan bahwa orang yang badannya pendek lebih rentan mengalami penyakit jantung dibandingkan orang yang bertubuh tinggi.
Mereka melaporkan bahwa setiap penurunan enam centimeter dari “patokan” tersebut, risiko penyakit jantung meningkat hingga tiga belas setengah persen.
Sebuah studi lain bahkan juga menunjukkan bahwa orang yang punya badan tinggi memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah.
Alasannya karena orang yang lebih tinggi cenderung memiliki ukuran paru-paru yang lebih besar dan otot jantung yang lebih kuat. Semakin besar kapasitas paru untuk menyimpan udara dan semakin kuat kerja jantung Anda, semakin lancar aliran darah ke seluruh bagian tubuh.
Akhirnya, tubuh pun lebih bugar dan sehat secara keseluruhan.
Sebuah studi dari Journal of Alzheimer’s Disease menemukan pria dengan tubuh tinggi lebih dari rata-rata berisiko lebih rendah untuk mengembangkan Alzheimer di usia senja.
Hal serupa juga berlaku bagi wanita.
Menurut penelitian awal dari University of Edinburgh’s College of Medicine, wanita yang memiliki tinggi badan rata-rata seratus tujuh puluh centimeter dilaporkan mengalami penurunan risiko kematian akibat demensia hingga lima puluh persen daripada wanita yang tinggi badannya hanya sekitar seratus lima puluh centimeter.
Meski begitu, ini bukan berarti jaminan bagi orang pendek pasti akan mengalami Alzheimer atau demensia.
Masih belum jelas apa yang menjadi hubungan sebab-akibat antara tinggi badan dan pengaruhnya terhadap penurunan fungsi kognitif otak.
Penyebab pasti dari kedua penyakit ini pun belum diketahui benar, namun zat sisa plak beta-amyloid yang menempel di otak diketahui dapat memicu demensia.
Fibrilasi atrial adalah kondisi denyut jantung yang tidak beraturan. Fibrilasi atrial dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke, serangan jantung, atau gagal jantung.
Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang memiliki postur tubuh tinggi berisiko hingga hampir tiga kali lipat untuk mengalami hal ini.
Peneliti menduga, peningkatan risiko ini dipengaruhi oleh kerja otot jantung yang lebih giat untuk memompa darah agar bisa mencapai seluruh tubuh.
Semakin otot jantung dipaksa untuk bekerja, semakin memperbesar ukuran otot jantung sehingga memicu kondisi yang dinamai kardiomegali.
Seiring ukuran jantung mengembang, otot menjadi kaku yang memungkinkan untuk terkena fibrilasi atrial.
Meski begitu, tinggi badan bukanlah faktor penentu dari risiko seseorang untuk mengalami gangguan jantung.
Pola makan buruk, merokok, dan jarang olahraga tetap menjadi faktor risiko terbesar yang lebih perlu Anda waspadai.
Risiko penggumpalan darah alias trombosis vena dalam atau DVT ditemukan paling rendah pada wanita dan pria yang bertubuh pendek.
Semakin tinggi postur badan Anda, risiko DVT ikut meningkat.
Perbedaan risiko tersebut bisa terjadi karena individu yang lebih tinggi memiliki pembuluh darah di kaki yang lebih panjang, sehingga terdapat area permukaan pembuluh darah yang lebih luas.
Gravitasi juga ikut berperan dalam pembekuan darah ini. Pembuluh darah kaki orang yang tinggi menerima lebih banyak tekanan gravitasi sehingga meningkatkan risiko aliran darah melambat atau berhenti sementara. Aliran darah yang lambat akan meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah, terutama di kaki.
Postur badan tinggi besar telah lama dianggap sebagai tanda bahwa seseorang telah melewati proses pertumbuhan yang pesat — terkait dengan pemenuhan nutrisi di awal masa pertumbuhan dan pubertas dini.
Hormon dan makanan tertentu yang mendorong pertumbuhan di masa kanak-kanak ikut meningkatkan risiko seseorang terhadap perkembangan kanker.
Di samping itu, peneliti percaya bahwa seseorang yang berbadan tinggi besar memliki lebih banyak sel dalam tubuhnya secara keseluruhan, begitu pula dengan ukuran dan volume organ yang lebih besar, sehingga lebih rentan terhadap mutasi sel penyebab kanker.
Anda tidak dapat mengubah tinggi badan Anda, namun pelajaran yang bisa dipetik dari informasi ini adalah mengambil langkah yang tepat dalam membuat pilihan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko berbagai penyakit kronis.
Jaga pola makan yang sehat dan seimbang, lebih rajinlah beraktivitas fisik atau berolahraga, tidak merokok, dan tidak minum alkohol.