Site icon nuga.co

Gairah Mengejutkan Seks Saat Menstruasi

Banyak hal yang dirasakan perempuan saat periode menstruasi atau haid. Mulai dari kram perut, rasa nyeri di payudara dan organ intim, tubuh yang cepat terasa lelah, hingga dorongan seksual yang lebih tinggi dari biasanya.

Dorongan seksual yang muncul lebih hebat saat menstruasi tak datang tiba-tiba.

Mengutip situs Go Ask Alice milik Columbia University, dorongan itu muncul akibat peningkatan aliran darah selama haid. Otak pun menerjemahkannya sebagai gairah.

Secara rinci, perempuan bakal merasakan puncak dorongan seks pada pertengahan proses ovulasi atau 1empat belas hari sebelum mendapatkan haid berikutnya.

Pada momen itu, estrogen melonjak dan testosteron bertambah sehingga sebagian perempuan mengalami libido tinggi.

Ovulasi sendiri merupakan fase paling subur bagi perempuan. Pada masa ini, jangan heran jika perempuan mengalami dorongan seksual yang lebih tinggi.

Ahli ginekologi Narendra Pisal mengatakan bahwa kenaikan libido muncul akibat kinerja hormon. Mengutip Metro, Pisal menyebut, perubahan kadar hormon terutama estrogen bisa meningkatkan dorongan seks.

Ya, terlepas dari kemungkinan mengotori seprai, sebenarnya bolehkah berhubungan seks saat menstruasi atau haid?

Berhubungan seks saat menstruasi adalah pilihan Anda pribadi. Jika Anda merasa ini bukanlah masalah, sah-sah saja untuk berhubungan seks saat haid. Begitu pula sebaliknya.

Jika nyeri haidnya sampai bikin mood jelek dan malas untuk terlalu banyak bergerak, tidak apa jika Anda ingin “absen” dulu dari segala kegiatan ranjang sementara waktu.

Tidak ada yang salah dengan keinginan (atau tidak adanya keinginan) untuk berhubungan seks saat haid. Menstruasi adalah kondisi alami yang dilewati oleh setiap wanita setiap bulannya.

Tidak ada yang jorok ataupun menjijikan dari seks saat menstruasi, toh itu hanya lapisan dinding rahim yang luruh. Kemungkinan juga, darah yang keluar selama bercinta tidak terlalu banyak sampai jadi pemandangan yang mengerikan.

Namun ingat, ini adalah topik yang harus dibicarakan terlebih dulu dengan pasangan Anda. Tanyakan bagaimana tanggapan pasangan Anda mengenai hal ini.

Jika ia merasa enggan, hormatilah keputusannya dan kompromi bersama untuk menjadwalkan ulang kapan waktu bercinta yang paling enak buat berdua.

Jika ia oke-oke saja dengan ide Anda, mengapa tidak melakukannya? Nyatanya, ada sejumlah manfaat yang bisa Anda raih dari berhubungan seks saat menstruasi.

Ada beberapa kemungkinan mengapa seks bisa meringankan kram perut yang Anda alami saat haid. Dilansir dari Kinsey Confidential, gairah seks dan orgasme membantu tubuh melepaskan hormon endorfin yang bekerja sebagai pereda nyeri alami.

Selain itu, selama seks pikiran wanita akan terdistraksi untuk lebih memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan membuat gairah semakin memuncak. Intimasi seksual bisa membantu melepas stress dan penyakit dari pikiran wanita (dan juga pria), contohnya kram perut.

Pengalaman gairah seksual dan orgasme juga mengubah reaksi kimiawi dari tubuh seseorang.

Wanita dan pria, keduanya akan melepaskan oksitosin, dopamin, dan endorfin lainnya yang terkait dengan perasaan senang, puas, dan bahagia. Tentu sulit rasanya untuk merasa kesal menahan sakit saat merasa begitu bahagia.

Masih seputar rasa sakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita bisa mempersepsikan sakit dan perasaan tidak nyaman dengan berbeda saat mereka merasa sedang terangsang.

Dengan demikian, ada kemungkinan besar bahwa aktivitas seksual bisa membantu tubuh wanita untuk bereaksi terhadap sinyal rasa sakit berbeda dari biasanya.

Dilansir dari ABC News, saat orgasme, rahim Anda akan terus menegang dan selama prosesnya, akan ikut meluruhkan lebih banyak jaringan dan sisa darah dengan lebih cepat, sehingga memperpendek menstruasi bulanan Anda.

Posisi misionaris saat berhubungan seks juga telah terbukti membantu menurunkan risiko endometriosis, kondisi medis umum di mana jaringan rahim berkembang di luar rahim yang bisa menyebabkan nyeri dan sakit selama berhubungan seks.

Mungkin Anda tidak bisa bersantai karena terlalu khawatir akan bocor? Seks saat menstruasi terkadang bisa jadi berantakan, jika Anda tidak mengambil langkah pencegahan. Alasi dengan handuk atau seprai lama, misalnya.

Sebelum Anda merespon dengan jijik, pahami ini dulu: Ya, menstruasi adalah perdarahan, dan mungkin tampak menyeramkan jika harus melihat partner Anda ‘bersimbah’ darah selama hubungan seks.

Tapi, darah menstruasi yang Anda lihat sebenarnya hanyalah sisa-sisa dinding rahim Anda yang luruh.

Dikutip dari WebMD, wanita pada umumnya akan kehilangan hanya empat hingga dua belas sendok teh darah setiap bulannya. Tidak sebanyak yang Anda pikirkan selama ini.

Santai saja dan coba untuk yakinkan diri Anda bahwa darah yang mungkin keluar saat Anda berhubungan seks adalah tambahan pelumas alami.

Pelumas yang berbasis air dan silikon aman bagi seks itu sendiri dan bagi ketahanan kondom. Sebaliknya, pelumas berbasis minyak dapat merusak kondom, meningkatkan risiko sobek, dan tidak dianjurkan digunakan dengan kondom lateks.

Masih belum yakin? Seks pada hari-hari normal pada dasarnya juga menjijikan, dengan campuran keringat, liur, cairan tubuh, dan bebauan semua menjadi satu. Tapi, hal ini tidak pernah menghentikan Anda sebelumnya, bukan?

Dilansir dari TIME, menurut sebuah penelitian dari University of Groningen, manusia — khususnya wanita — mungkin bisa saja mengabaikan segala faktor menjijikan yang terkait dengan seks saat mereka terangsang.

Sinyal gairah seks akan menimpa respon jijik alami tubuh dan mengurangi keengganan untuk memungkinkan seseorang berpartisipasi dalam perilaku yang biasanya dinilai menjijikan atau jorok.

Penting untuk tetap melalukan seks aman saat Anda sedang menstruasi karena Anda masih bisa mendapatkan atau menularkan penyakit kelamin seperti HIV selama masa ini, menurut CDC US, dilansir dari Everyday Health.

Virus penyakit mungkin ada dalam darah menstruasi. Oleh karena itu, dokter sangat menyarankan menggunakan kondom untuk mengurangi risiko ini. Lauren Streicher, MD, profesor klinis asosiasi kebidanan dan ginekologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine di Chicago, mengatakan bahwa ada dua alasan untuk risiko ini.

“Setiap cairan tubuh dapat membawa HIV atau infeksi menular lainnya, dan selama periode menstruasi Anda, leher rahim akan terbuka sedikit, yang mungkin memungkinkan virus lebih mudah untuk masuk.”

Exit mobile version