* Tiga Belas Persen Penyebabnya Akibat Sambaran Petir
MIGRAIN! Sering diidentikkan dengan sakit kepala sebelah. Sakitnya seperti kepala ditarik-tarik yang menyebabkan lesu, malas dan ya, ampun deritanya. “”Nyut…. nyut… itu dok,” seperti keluhan Herlina kepada dokter pribadinya disebuah kesempatan ketika kepalanya dihinggapi rasa sakit. “Menyiksa amat. Mau menjerit rasanya.”
Herlina, karyawan sebuah BUMN itu mengisahkan, betapa sakitnya kalau migrainnya kambuh. Biasanya penyakit menahun yang dideritanya sejak beberapa tahun lalu itu, datang karena ada beban pikiran yang tak bisa ditemukan jalan keluarnya. Pemicu lainnya, kalau ia terus beraktifitas hingga kelelahan.
“Datangnya tak seketika. Dimulai dari nyut…nyut… ringan untuk kemudiannya berlanjut dengan gelombang sakit yang terus menerus. Kalau sudah begitu saya memutuskan stop semua kerja dan istirahat total. Saya menghindari minum obat karena takut ketergantungan. Pernah minum obat pasaran, seperti yang diiklankan di televisi, tapi atas nasihat dokter pribadi saya hentikan,” kata ibu seorang anak yang sudah remaja itu.
Dr Carolyn Bernstein, ahli neurologi, dari Cambridge Health Alliance-Cambridge Campus dalam penelitiannya menyimpulkan, penyakit migrain disebabkan adanya gangguan saraf kronis. Migrain adalah penyakit saraf kompleks yang memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan fisik berupa sakit kepala sebelah serta mendorong tidak stabilnya emosi.
Ada perbedaan mendasar migrain dengan sakit kepala biasa. Para penderita migrain, biasanya, dengan mudah membedakan kedua sakit kepala itu dari kesehariannya. Lebih dari delapan persen pasien migrain mengeluhkan kepalanya berdenyut terus menerus. Denyut kesakitan ini datang bersamaan dengan setiap kali detak jantung. “Seperti diiris-iris sakitnya yang diikuti munculnya rasa mual. Kalau sudah muntah biasanya sedikit lega. Saya biasanya terus ke tempat tidur, istirahat, serta menghindari cahaya. Usai itu datang rasa lapar,” kata Herlina tentang penyakitnya itu.
Para ahli belum menemukan secara persis penyebab migrain ini. Memang ada selentingan kabar, sambaran petir menjadi penyebab teranyar penyakit sakit kepala sebelah ini. Tapi konklusi itu masih simpang siur dan menjadi perdebatan di lingkungan ilmu kedokteran.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal “Chepalalgia” pekan lalu, dan bisa diakses lewat “internet,” memang menyimpulkan adanya korelasi antara sambaran petir disaat badai dengan penyebab migrain. Ada kejutan yang menyebabkan sistem saraf pusat terganggu akibat petir. Tapi, penelitian itu, tidak mengungkapkan detilnya. “masih mencari kesimpulan final,” tulis laman jurnal itu.
Vincent Martin, spesialis sakit kepala dari Universitas Cincinnati, Ohio, USA, bersama dengan rekan-rekannya telah mengadakan penelitian terhadap 90 orang pasien migrain, dan punya kesmpulan yang sama dengan jurnal “Chepalalgia” bahwa penyakit kepala sebelah itu ada hubungan dengan sambaran petir.
Menghimpun data yang dicatat oleh para pasiennya, yang kebanyakannya perempuan, dalam 3 sampai 6 bulan, Martin mengumpil data sambaran petir dari tempat tinggal masing-masing pasiennya. Ternyata, sebagian besar pasiennya, membenarkan mengalami gangguan lebih dari 50 ribu kali sambaran petir dalam jarak jauh maupun dekat dari tempat tinggal mereka.
“Saat badai terjadi, ada 50 ribu serangan petir yang terjadi dari jarak 40 kioometer dari rumah masing-masing pasien yang saya teliti. Biasanya banyak di antara pasiennya tidak menyadari adanya sambaran petir itu,” kata dokter yang jurnalnya menjadi rujukan banyak ahli kesehatan dalam penyembuhan migrain kepada majalah kesehatan “Live Science.”
Setelah meneliti aspek lain dari sakit kepala sebelah ini, seperti suhu, barometrik, kelembaban, tekanan udara dan hujan, guru besar ilmu kedokteran itu menyimpulkan, adanya hubungan petir dengan migrain. Ada 13 persen kemungkinan migrain disebabkan oleh petir.
Secara ilmiah pula, Martin menguraikan hubungan petir dengan sakit kepala dikaitkan dengan gangguan gelombang elektromagnetik dari medan magnet yang menganggu sinyal listrik di otak.
Sambaran petir yang dihunjamkan ke tanah akan mengalir ke sinyal listrik otak yang menyebabkan terjadinya pelepesan seronotian kimia otak yang kemudian mendatangkan penyakit sakit kepala sebelah.
Menurut para peneliti belum ada upaya untuk mencegah terjadinya pelepasan seronotian kimia ini dikaitkan dengan sakit kepala yang disebabkan oleh petir. Untuk itu, para penderita migrain hendaknya bisa mencatat gejalan petir dengan migrain ini untuk berhati-hati