Sedot lemak?
Ya, sedot lemak jadi salah satu prosedur yang dipakai untuk menghilangkan lemak di area tubuh. Meski terbilang aman, sedot lemak juga menimbulkan beberapa efek samping yang tak bisa disepelekan.
Sedot lemak atau liposuction adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan. Sedot lemak umumnya digunakan untuk menjaga bentuk tubuh, namun kadang juga dilakukan untuk menangani kondisi kesehatan tertentu.
Syarat untuk melakukan sedot lemak adalah seseorang wajib memiliki berat badan ideal atau kurang lebih sekitar 30 persen dari berat badan ideal. Selain itu, seseorang yang ingin melakukan sedot lemak juga harus memiliki kulit yang kencang dan elastis, serta tidak merokok.
Sedot lemak atau liposuction merupakan pembedahan yang menggunakan teknik hisap untuk menghilangkan lemak dari daerah-daerah tertentu pada tubuh. Diet dan olahraga umumnya sulit mengikis lemak di area perut, lengan atas, bokong, betis dan pergelangan kaki, dada, pinggul, paha, serta dagu.
Namun, prosedur operasi ini tak hadir tanpa risiko. Berikut beberapa efek samping yang perlu Anda ketahui.
Kulit adalah organ tubuh yang lentur. Kelenturan membuat prosedur lemak menimbulkan kontur kulit yang tidak merata dan terlihat bergelombang.
Mengutip situs kesehatan Mayo Clinic, hal tersebut terjadi karena pembuangan lemak yang tidak merata. Elastisitas kulit yang buruk juga bisa menjadi penyebabnya.
Efek sedot lemak seperti ini kemungkinan terjadi secara permanen.
Seroma atau kantung cairan di bawah kulit umumnya muncul pascaoperasi. Penampakannya mirip dengan kulit yang melepuh dan terasa sakit.
Kantung cairan ini bersifat sementara dan dapat dihilangkan dengan metode tusuk jarum.
Efek samping sedot lemak yang cukup menakutkan adalah emboli lemak. Emboli merupakan kondisi benda asing seperti gumpalan darah, gelembung gas, atau gumpalan lemak yang tersangkut dalam pembuluh darah hingga menyumbat aliran darah.
Kondisi demikian dapat mengancam nyawa sehingga harus segara dilarikan ke rumah sakit.
Meski operasi telah dilakukan sesuai prosedur, infeksi pada luka akan tetap muncul. Umumnya, infeksi disebabkan oleh bakteri.
Gejala infeksi pascaoperasi umumnya berupa ruam merah, demam, luka terasa panas, proses penyembuhan lama, muncul nanah, dan luka menimbulkan bau.
Efek sedot lemak yang lebih parah daripada emboli lemak adalah komplikasi anestesi. Hal ini terjadi jika yang digunakan adalah anastesi lidocaine yang dicampur dengan cairan infus.
Llidocaine dapat menurunkan detak jantung sehingga tak bisa memasok darah ke seluruh tubuh. Selain itu, suntikan cairan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru. Meski sangat jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
Sedot lemak bukanlah prosedur yang bertujuan untuk menurunkan berat badan secara instan tanpa mengatur pola makan dan olahraga, apalagi sebagai penanganan utama untuk obesitas.
Sehingga, bila harapan Anda terlalu besar terhadap tindakan sedot lemak, dianjurkan untuk tidak melakukan tindakan sedot lemak.
Dokter akan meninjau riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan fisik, dan mengevaluasi kondisi psikologi pasien. Mulai dari tahap persiapan hingga sedot lemak selesai, pasien disarankan untuk didampingi oleh keluarga atau kerabat terdekat.
Satu hari sebelum prosedur dilakukan, akan dilakukan pemeriksaan darah dan urine untuk mengetahui potensi komplikasi yang mungkin terjadi.
Dokter juga akan mengambil foto bagian tubuh yang akan dilakukan tindakan sedot lemak, sebagai perbandingan untuk sebelum dan sesudah tindakan.