Anda termasuk orang tua yang nyinyir dengan larangan anak mengisap jempol jari?
Kalau iya, mulai sekarang, bersahabatlah dengan anak yang mengisap jempol jari dan jangan bikin lagi larangan terhadap kebiasaan itu.
Lantas?
Mengisap jempol jari, menurut sebuah penelitian ternyata mempunyai manfaat baik.
Penelitian dari McMaster University di Kanada menyebutkan anak-anak yang cenderung melakukan kebiasaan itu, lebih sedikit mengembangkan alergi saat dewasa.
Temuan ini pun mendukung ‘hygiene hipotesis’ yang menyebut sebagian alergi didapat oleh anak-anak yang tidak terpapar kuman pada usia dini.
Ada pula sejumlah teori serta mitos tentang mengapa jumlah anak-anak yang mengidap alergi naik dalam beberapa dekade terakhir.
Para peneliti ini menemukan bahwa empat puluh lima persen anak-anak berusia tiga belas tahun, setidaknya memiliki reaksi ringan terhadap alergi seperti pada bulu kucing, anjing, tungau debu, rumput, kuda, dan spora jamur.
Pimpinan studi Profesor Malcolm Sears mengatakan bahwa temuannya konsisten terhadap teori kebersihan.
“Paparan awal untuk kotoran atau kuman mengurangi risiko mengembangkan alergi,” katanya seperti ditulis laman situs Independent, 13 juli 2016.
“Meskipun kami tidak menyarankan kebiasaan itu harus didorong, tapi ada sisi positif yang muncul dari kebiasaan tersebut.”
Saat anak-anak mengisap jempol, mereka justru meningkatkan eksposur pada mikroba yang mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh.
Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Pediatrics ini, juga dilakukan oleh akademisi dari Dunedin School of Medicine di Selandia Baru.
Professor Sears pun menemukan bahwa hal tersebut ini berpengaruh sampai dewasa.
Dengan kata lain, saat dewasa, anak tidak mudah alergi meski adanya hal-hal pemicu alergi di sekitarnya
Penelitian ini bukan berarti menyarankan anak-anak harus mengisap jempol atau mengigit kuku, tetapi setidaknya kebiasaan itu membantu melindungi anak terkena alergi saat dewasa.
Sementara itu profesor epidemiologi pernapasan di Universitas Otago, Selandia Baru, Robert Hancox mengatakan, penilitian ini juga menjadi informasi positif bagi orangtua yang sangat khawatir anaknya tidak bisa menghentikan kebiasaan mengigit kuku maupun mengisap ibu jari.
Penelitian di Selandia Baru berlangsung selama tiga dekade dan melibatkan seribuan anak di yang lahir pada tahun 1972-1973.
Melalui informasi dari para orangtua, peneliti mencatat kebiasaan anak-anak mengisap jempol dan mengigit kuku.
Pencatatan dilakukan ulang sebanyak empat kali.
Kemudian peneliti menguji apakah anak memiliki alergi.
Pengujian alergi dilakukan setelah anak tersebut berusia tiga puluh dua tahun.
Penelitian juga melihat riwayat alergi pada orangtua, apakah mereka memiliki hewan peliharaan, orangtua merokok, dan apakah anak-anak tersebut diberi ASI.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics ini menunjukkan, kebiasaan mengisap jempol dan menggigit kuku pada anak-anak mengurangi risiko alergi saat berusia 32 tahun.
Menurut Hancox, paparan mikroba sewaktu kecil justru memengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga membuat seseorang lebih rendah mendapat risiko alergi.
Temuan ini pun mendukung hipotesis higienis, yaitu anak-anak yang hidupnya terlalu bersih akan lebih mudah terkena penyakit, salah satunya alergi.
Tentang alergi para orang tua juga harus tahu penyebebnya.
Sebut saja perhiasan. Perhiasan yang terbilang murah, umumnya terbuat dari nikel.
Nah, nikel itulah yang menjadi penyebab paling umum dari ruam gatal yang dikenal sebagai dermatitis alergi.
Menurut Kevin McGrath, MD, jurubicara American College of Allergy, Asthma, and Immunology, sekitar tujuh belas persen perempuan dan tiga persen laki-laki memiliki alergi nikel.
Selain itu ponsel dan tablet juga bisa memicu alergi
Orang-orang yang memiliki alergi pada logam, mungkin memiliki kesulitan untuk menggunakan ponsel, PDA, atau tablet.
Hal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, produk elektronik tersebut mengandung nikel dan kobalt yang berpotensi untuk menyebabkan alergi.
McGrath mengungkapkan, hal itu bisa menyebabkan ruam pada wajah, telinga, tangan, dan iritasi di bagian mata.
Anda juga harus hati-hati dengan kancing celana. Lagi-lagi hal ini disebabkan oleh nikel.
Kali ini nikel terletak dibagian celana kita, tepatnya kancing celana. Seperti kancing celana jeans.
Ketika kita memakai celana ini, logam tersebut akan menyentuh kulit secara langsung. Akibatnya ia bisa menyebabkan ruam merah yang melingkar.
Terkadang wol bisa menyebabkan gatal pada kulit kita. Beberapa orang yang sensitif terhadap lanolin, akan merasa gatal ketika menggunakan pakaian atau selimut yang terbuat dari wol.
Sebenarnya lanolin juga terdapat pada beberapa konsmetik, seperti lip balm atau sampo.
Jadi, bagi kita yang sensitif terhadap zat ini, perlu mencari item lain yang bebas dari lanolin.
Beberapa bahan-bahan detergen (terutama pewarna atau aroma) dapat memicu reaksi alergi pada kita. Nah, detergen ini sebenarnya juga menempel pada pakaian kita. Seperti baju, celana, atau handuk.
Oleh karena itu, bagi kita yang memiliki alergi pada detergen, perlu berhati-hati ketika menggunakan bahan ini.