Para peneliti di Colombia University, dalam sebuah rilis studi terbarunya, berhasil memecahkan kebuntuan seputar perdebatan tentang bagaimana otak merasakan rasa makanan. Perdebatan yang berlangsung bertahun-tahun itu, Kamis, 13 November 2014, akhirnya dirilis oleh jurnal “nature” untuk mengakhiri debat panjang dan bertele-tele di dunia ilmuwan itu.
Dalam studi itu, para ilmuwan mengungkapkan telah mendapatkan satu jaringan di otak yang memiliki saraf khusus untuk masing-masing dari lima kategori rasa yaitu asin, pahit, asam, manis dan umami.
Dalam rilis itu mereka juga meneliti dengan cermat bagaimana saraf otak secara khusus berhubungan dengan kemampuan lidah manusia mengecap rasa.
Para peneliti menunjukkan bahwa sensor rasa terpisah di lidah memiliki pasangan yang cocok di otak. Setiap dari sekitar delapanm ribu sensor rasa yang tersebar di lidah mampu merasakan rangkaian rasa yang lengkap.
Namun, sel-sel khusus dalam indera pengecap telah terprogram memiliki lima rasa yaitu asin, pahit, asam, dan manis.
Saat sel-sel tadi mendeteksi sinyal, mereka kemudian mengirimkan pesan ke otak. Ini lah yang kemudian disadarai oleh para peneliti, bahwa ditemukan semacam “kabel pengubung” antara lidah dan otak.
Para peneliti berharap temuan ini dapat digunakan untuk membantu para orang tua yang kemampuan mengecap rasanya telah menurun, seperti dilansir laman BBC, 9 November 2014.
“Orang lanjut usia umumnya tak lagi bisa menikmati makanan. Anda tidak akan bisa membayangkan betapa menyedihkannya hal tersebut. Kami percaya itu merupakan refleksi dari sel-sel rasa pada lidah,” jelas Profesor Charles Zuker.
Menurutnya, sel induk di lidah menghasilkan sel rasa baru setiap dua minggu. Namun, proses ini menjadi lebih lemah seiring bertambahnya usia.
“Temuan memberikan jalan yang menarik untuk membantu menangani masalah ini karena Anda memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana rasa berfungsi sehingga Anda bisa membayangkan cara meningkatkan fungsi itu,” tambah Profesor Zuker.
Hal ini dapat mencakup cara untuk membuat sel-sel yang ada lebih responsif sehingga mereka mengirim sinyal yang lebih kuat ke otak.
Temuan ini memang bisa berguna bagi para lansia di masa yang akan datang. Sayangnya, temuan tersebut tidak dapat membantu anak-anak agar gemar menyantap sayuran. Anak-anak mampu merasakan lima rasa karena belajar, bukan bawaan. Satu-satunya cara untuk mengubah selera makan mereka adalah waktu.