Stress?
Siapa yang tidak mengelainya.
Ya juga ketika stress sering diperbincangkan
Dan s stress wajar dialami oleh banyak orang.
Tapi kondisi tersebut akan mengganggu jika terus membayangi Anda dan tidak kunjung menghilang.
Pasalnya, stres yang berkepanjangan akan memengaruhi seluruh bagian tubuh, termasuk otak.
Dilansir Medical News Today, sebuah studi melihat bahwa tingkat stres yang kecil sekalipun dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kronis.
Para peneliti dari Harvard Medical School telah menjelajahi pertanyaan ini dan melaporkan hasilnya di jurnal Neurology.
Peneliti melibatkan partisipan berusia rata-rata 49 tahun dengan kondisi otak yang sehat tanpa diagnosis demensia.
Pada tahap awal, mereka meminta setiap partisipan untuk menjalani pemeriksaan psikologis.
Mereka juga menilai memori dan kemampuan berpikir masing-masing partisipan. Untuk tujuan studi, para peneliti mengukur kembali kemampuan partisipan setelah periode rata-rata delapan tahun.
Lebih lanjut, pada awal studi, semua partisipan wajib mengumpulkan sampel darah. Para peneliti mengumpulkan mereka pada pagi hari, setelah periode puasa, sehingga hasil tes darah akan akurat.
Secara khusus, para peneliti tertarik mengukur kadar kortisol darah para partisipan, yakni hormon yang dilepaskan sebagai respons terhadap stres. Setelah menilai tingkat kortisol, para peneliti membagi partisipan ke dalam tiga kelompok sesuai dengan hasil yang ada.
Para peneliti membagi partisipan berdasarkan tingkat kortisol yang tinggi, menengah, atau rendah. Mereka menemukan bahwa orang-orang dengan kadar kortisol darah tinggi memiliki memori yang jauh lebih sedikit bila dibandingkan pemilik kadar kortisol normal.
Hasil ini tetap konsisten bahkan setelah para peneliti menyesuaikannya dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan indeks massa tubuh.
Kortisol memengaruhi banyak fungsi dalam otak, sehingga penting untuk menyelidiki seberapa tinggi kadar hormon tersebut dalam diri Anda.
Berbagai hal dapat menyebabkan stres, dan mereka tak bisa dihindari. Namun, ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk meredamnya dan mencegahnya makin parah. Jika Anda sedang merasa tertekan, bisa melakukan empat kiat berikut ini:
Olahraga adalah satu hal termudah dan terpenting yang dapat Anda lakukan untuk melawan kecemasan dan frustrasi.
Anda mungkin merasa lebih malas berolahraga saat stres, tetapi memaksa tubuh bergerak aktif dengan berolahraga bukanlah sesuatu yang sia-sia.
Pasalnya, saat berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang menimbulkan energi positif. Anda pun akan merasa lebih semangat dan bahagia. Jadi, cobalah untuk rutin berolahraga minimaltiga3 kali seminggu.
Kadar stres yang tinggi dapat membuat tidur lebih sulit. Bahkan memicu gangguan tidur seperti insomnia dan lainnya.
Tapi pada saat yang bersamaan, mendapatkan tidur yang berkualitas dapat membantu mengurangi efek dari stres.
Pastikan Anda tidur cukup tujuh hinga delapan jam per hari.
Kafein adalah stimulan yang ditemukan di dalam kopi, teh, cokelat, dan minuman energi.
Konsumsi kafein dalam dosis tinggi dapat meningkatkan kecemasan, sehingga penting bagi Anda untuk membatasi asupan kafein sesuai kadar kebutuhan masing-masing.
Bila dikonsumsi dengan tepat, kafein bisa memberi manfaat bagi kesehatan tubuh.
Sebuah studi menemukan bahwa menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman dapat membantu melepaskan oksitosin, hormon penghilang stres alami.
Sementara itu, penelitian lainnya menemukan bahwa pria dan wanita dengan koneksi sosial paling sedikit lebih mungkin mengalami depresi dan kecemasan.
Stres dapat memengaruhi otak dengan cara mengikis memori Anda. Untuk itu, janganlah menyepelekan kondisi stres dalam hidup Anda, sekecil apa pun.
Pastikan untuk melakukan kiat-kiat yang telah dijelaskan untuk meredam rasa cemas.
Jika memang membutuhkan, Anda juga dapat berkonsultasi kepada psikolog mengenai masalah yang Anda alami. Intinya, jangan biarkan stres menguasai diri Anda.