Yodium ditambahkan dalam garam sudah ada sejak sembilan puluh satu tahun silam
Berkat kepopuleran Salt Bae, yang secara dramatis menaburi garam di masakannya, garam pun ikut menjadi sorotan.
Berbagai macam garam kini digunakan dalam meracik masakan. Ada garam Himalaya yang berwarna merah muda, garam laut, garam kosher. Tetapi, kenapa garam yang biasa kita gunakan harus mengandum yodium?
Garam beryodium untuk mencegah gondok. Gondok adalah kelenjar gondok yang membesar.
Penyebabnya adalah karena kekurangan yodium. Biasanya kelenjar membengkak karena mencoba mencari asupan yodium yang lebih banyak.
Yodium adalah komponen mineral dari hormon tiroksin, yang bertanggung jawab untuk mempertahankan laju metabolisme seseorang.
Yodium tidak disintesis dalam tubuh dan didapat dari makanan. Biasanya yodium alami terdapat pada makanan laut atau makanan yang diproduksi dari tanah yang dulunya dasar lautan.
Menurut National Institutes of Health, gondok menjadi penyakit endemik di beberapa daerah di AS seperti the Great Lakes, Appalachians and Northwestern.
Ketiga daerah ini dikenal sebagai jalur penyakit gondok.
Sebagai jalan keluarnya agar yodium lebih dikenal adalah memperkenalkan garam beryodium ini pada mereka yang sedang berdiet dan tinggal di pedalaman atau dataran tinggi dimana yodium sulit didapatkan.
Pemerintah AS pun mulai menyuplai garam beryodium yang kemudian menghilangkan endemik ini dalam sekejap.
Hanya dengan ¼ sendok the garam beryodium, itu berarti telah memenuhi empat pulu tujuh persen dosis yang direkomendasikan yang diperlukan tubuh.
Kandungan dalam seperempat sendok teh garam beryodium sama dengan tujuh puluh satu mcg.
Kekurangan yodium dalam menimbulkan banyak orang menderita gondok.
Namun, menurut National Bureau of Economic Research, yodium justru menjadi penghalang utama terjadinya keterbelakangan mental di dunia sekarang ini.
Bahkan, ada penelitian yang menyebutkan jika yodium sebenarnya bisa menaikkan tingkat IQ.
Sebuah studi lainnya ang dilakukan baru-baru ini menyebutkan bahwa pengurangan konsumsi garam meski hanya sepuluh persen mampu untuk menyelamatkan jutaan jiwa di seluruh dunia.
Melansir AFP, kampanye layanan masyarakat oleh pemerintah berupa pengurangan konsumsi garam dapat memotong angka kematian atau mortalitas dan cacat akibat penyakit yang disebabkan garam, seperti serangan jantung dan stroke.
“Kami menemukan bahwa adanya dukungan kebijakan pemerintah untuk mengurangi konsumsi sodium masyarakat sebesar sepuluh persen selama satu dekade akan sangat efektif secara biaya,” tulis peneliti seperti yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ.
Badan Kesehatan Dunia mencatat sebagian besar orang dewasa berlebihan dalam mengonsumsi garam hingga dua gram per hari. Jumlah tersebut menciptakan satu koma enam puluh lima juta kematian setiap tahun hanya dari penyakit jantung.
Meski penelitian sudah menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berperan penting dalam penurunan kejadian hipertensi dan penyakit jantung, hanya sedikit negara di dunia yang menerapkan aturan pembatasan konsumsi garam.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dariush Mozaffarian dari the Tufts Friedman School of Nutrition Science and Policy menghitung dampak penerapan peraturan pembatasan konsumsi garam yang dikoordinasikan dengan industri pada seratus delapan puluh tiga negara.
Mereka juga menghitung sebaran usia dan jenis kelamin di setiap negara untuk menghitung biaya kesehatan dan dampak dari penerapan kebijakan kampanye tersebut.
Para peneliti turut menghitung angka the disability-adjusted life year atau DALY yang mungkin dapat dihindari setelah kebijakan pengurangan garam.
DALY merupakan satuan dari beban penyakit secara keseluruhan, menggambarkan jumlah tahun yang ‘hilang’ akibat gangguan kesehatan, cacat, atau kematian dini.
Rumus dari tahun sembilan puluhan ini digunakan untuk membandingkan kesehatan dan harapan hidup secara keseluruhan dari berbagai negara.
Para peneliti mencatat, biaya per tahun tersebut diperolah dari rata-rata jumlah uang yang dihabiskan guna membeli obat guna mencegah penyakit kardiovaskular