Site icon nuga.co

Tidur Lampu Menyala Tambah Berat Badan

Tidur dengan lampu menyala?

Ya, wanita yang terbiasa tidur dengan lampu  cenderung mudah  wengalami kenaikan berat badan.

Hal tersebut dilaporkan dalam penelitian anyar yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association

Studi menyebut, wanita yang terbiasa tidur dengan cahaya yang menyala dalam kamar 17 persen lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan mencapai lima kilogram selama periode penelitian.

Cahaya buatan pada malam hari bisa berasal dari berbagai sumber. Cahaya bisa berasal dari lampu tidur, ponsel, hingga layar televisi yang menyala.

Melansir AFP, peneliti berpendapat bahwa cahaya dapat menekan produksi melatonin yang dapat mengganggu ritme sirkadian dan pola makan.

Kemungkinan lain berasal dari faktor pelepasan hipersensitif kronis seperti glukokortiroid yang dipengaruhi secara langsung oleh metabolisme tubuh.

“Mengurangi paparan cahaya saat tidur barangkali bisa menjadi strategi mengatasi obesitas,” ujar peneliti, Dale Sandler dan Yong-Moon Park dari National Institute of Environmental Health Sciences di North Carolina University.

Kendati demikian, peneliti mengakui masih adanya keterbatasan dalam laporan yang disajikan. Peneliti tak dapat mengetahui betul seberapa kuat pengaruh cahaya terhadap peningkatan berat badan.

Mengomentari hasil penelitian, ahli kesehatan dari University of Surrey, Inggris, Profesor Malcolm von Schantz mengatakan bahwa temuan baru ini tak mengubah saran untuk menjaga kebiasaan tidur yang sehat.

“Menghindari gangguan cahaya dan perangkat elektronik di kamar tidur adalah salah satu kebiasaan tidur yang sehat,” ujar Schantz.

Pentingnya tidur tanpa menggunakan lampu sekecil apapun cahayanya telah diteliti oleh para ahli.

Menurut Joyce Walsleben, PhD., anggota asosiasi dosen di New York University School of Medicine, meskipun kita tertidur, cahaya tetap dapat terdeteksi oleh kelopak mata dan otak kita tidak akan memproduksi melatonin.

Walsleben juga berkata bahwa kita membutuhkan kegelapan dalam kamar segelap kegelapan yang masih bisa kita hadapi tanpa menyandung sesuatu (masih bisa mendeteksi keberadaan benda-benda).

Cahaya lampu di malam hari merupakan faktor risiko yang signifikan untuk mengembangkan kanker payudara, menurut para peneliti yang mengkaji data  perempuan dan menerbitkan hasil penelitian mereka di Chronobiology International.

Namun ilmuwan lain berpendapat bahwa setiap gangguan pada ritme sirkadian dapat memicu pelepasan hormon stress dan inilah yang dapat meningkatkan risiko kanker.

Sirkulasi tubuh dua puluh empat jam kita mengontrol beberapa hormon seperti, ghrelin, insulin dan serotonin yang berpengaruh kepada nafsu makan, penyimpanan lemak, dan mood.

Oleh karena itu, hal-hal yang mengganggu sirkulasi bisa menyebabkan kegemukan, diabetes tipe dua, dan depresi

Bahkan, dokter dan ilmuwan juga menjadi khawatir akan penemuan kasus ini oleh American Medical Association.

Beberapa ahli percaya bahwa menyalakan lampu pada malam hari dapat menyebabkan efek biologis.

Sebuah studi di Harvard menemukan bahwa pencahayaan lampu kamar pada larut malam yang berasal dari lampu pijar dapat mengurangi tingkat melatonin, sehingga kita menjadi sulit tertidur.

Bukan hanya lampu yang di atas kepala kita saja yang membahayakan, namun seluruh tingkat pencahayaan yang dapat ditemukan di rumah pada malam hari seperti layar komputer, televisi, dan tablet elektronik dapat menekan sekresi melatonin.

Pada tahun 2011 lalu, sebuah studi menyarankan bahwa pencahayaan yang dihasilkan oleh layar komputer lima  jam sebelum tidur dapat memengaruhi ritme sirkadian dengan menunda pelepasan melatonin.

Penelitian melapokan bahwa rotasi shift pekerja, mengakibatkan naiknya tingkat pencahayaan pada malam hari, dan mempengaruhi siklus menstruasi pekerja wanita.

Penelitian tersebut melibatkan wanita yang berpartisipasi dalam Nurse Health Study II.

Sekitar satu dari lima partisipan bekerja pada shift malam selama paling tidak satu bulan dalam dua tahun sebelum studi tersebut diselenggarakan. Semakin banyak waktu shift kerja yang dihabiskan, semakin tidak teratur siklus menstruasi mereka.

Gangguan tidur sangat terkait dengan risiko depresi dan pengalaman depresi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan bahwa pencahayaan di malam hari, meskipun redup dan hanya setara dengan lampu tidur, dapat meningkatkan perubahan fisiologis seperti yang terjadi pada hewan pengerat.

Pada hamster, cahaya redup di malam hari memicu perilaku seperti depresi dan perubahan pada otak. Hal ini dapat terjadi akibat ritme sirkadian yang terganggu dan juga penekanan melatonin, menurut Tracy Bedrosian, seorang kandidat PhD pada departemen ilmu saraf di The Ohio State University di Colombus.

Kabar baiknya adalah bahwa gejala akan menghilang ketika kondisi pencahayaan normal kembali.

Exit mobile version