Maverick Vinales belakangan tampil lebih gemilang ketimbang Valentino Rossi di ajang MotoGP, namun hal tersebut tidak merusak hubungan kedua pebalap tim Monster Energy Yamaha.
Vinales berhasil menjuarai MotoGP Belanda dan menjadi runner up di MotoGP Jerman sebelum menjalani jeda di ajang balap motor kelas utama tersebut. Capaian pebalap Spanyol itu lebih bagus dibanding Rossi yang gagal finis di MotoGP Belanda dan finis urutan kedelapan di MotoGP Jerman.
Kini posisi Vinales di klasemen pun berada di atas Rossi. Dari sembilan balapan, Vinales mengumpulkan 85 poin. Sementara Rossi meraih 80 poin.
Manajer Vinales, Paco Sanchez, menerangkan tidak ada perubahan dalam hubungan kedua pebalap yang sama-sama menggunakan motor Yamaha tersebut.
“Hubungan mereka bagus dan sangat profesional. Saya tidak pernah melihat masalah atau friksi antara Maverick dan Valentino,” ucap Sanchez dalam wawancara dengan Tuttomotoriweb.
Sebelumnya Rossi sempat mengatakan setelan motor Yamaha saat ini memberi keuntungan bagi Vinales dan Fabio Quartararo yang memang meraih hasil lebih baik ketimbang The Doctor dalam tiga balapan terakhir.
Setelah sempat naik podium pada seri kedua dan ketiga MotoGP musim ini di Argentina dan Amerika Serikat, performa Rossi menurun, bahkan gagal finis dalam tiga balapan beruntun di Italia, Catalunya, dan Belanda.
Keendati bisa bersuara mengenai hubungan Vinales dan Rossi, Sanchez memilih tidak mengungkap masalah yang terjadi antara Vinales dan Jorge Lorenzo setelah insiden di MotoGP Catalunya.
“Ini adalah masalah pribadi antara Maverick dan Jorge dan saya memilih tidak mengeluarkan komentar soal insiden atau hubungan personal mereka,” ucap Sanchez.
Sementara itu salah satu pembicaraan hangat di paruh musim MotoGP adalah keputusan akhir Valentino Rossi untuk pensiun dari ajang balap motor Grand Prix setelah terus terpuruk bersama Yamaha.
Tidak pernah meraih kemenangan di MotoGP lebih dari dua tahun, terpuruk di paruh pertama musim ini, dan tertinggal seratus lima poin dari Marc Marquez di klasemen sementara. Itu adalah sejumlah catatan buruk Rossi musim ini.
The Doctor sebenarnya memulai musim cukup bagus dan sempat menjadi salah satu kandidat juara setelah finis di posisi kedua pada balapan GP Argentina dan GP Amerika Serikat. Namun, seiring musim berjalan Rossi semakin terpuruk.
Kegagalan finis tiga kali beruntun di GP Italia, GP Catalunya, dan GP Belanda, ditambah finis delapan di GP Jerman, membuat Rossi berada di posisi enam klasemen sementara MotoGP dengan delapan puluh poin. Pebalap 40 tahun itu tertinggal sangat jauh dari Marquez di puncak klasemen.
Jika melihat performa, Rossi merupakan pebalap ketiga terbaik Yamaha di hingga paruh musim MotoGP di belakang Maverick Vinales dan Fabio Quartararo. Nama terakhir memang kalah dari Rossi secara torehan poin di klasemen, tapi potensi Quartararo justru melebihi The Doctor.
Quartararo berhasil tiga kali merebut pole musim ini dan sukses naik podium di Catalunya dan Belanda. Sementara Vinales menjadi satu-satunya pebalap yang berhasil meraih kemenangan hingga paruh musim ini setelah mengalahkan Marc Marquez di MotoGP Belanda.
Desakan agar Rossi pensiun dari MotoGP sudah muncul dalam beberapa musim terakhir. Terakhir legenda asal Italia yang memegang rekor gelar juara dunia Grand Prix sepeda motor, Giacomo Agostini, menyarankan Rossi untuk pensiun.
“Rossi coba melakukan yang dia bisa, tapi dia sudah habis dan ini menciptakan persoalan baginya. Rossi sudah mencapai banyak hal, namun tahun-tahun itu telah berlalu. Maradona, Muhammad Ali, Eddy Merckx sudah lewat masanya. Begitu pula saya. Jika tidak, saya pasti masih balapan,” ujar Agostini.
Sepuluh balapan tersisa musim ini akan menjadi penentu bagi Rossi dalam mengambil keputusan. Mantan pebalap Ducati dan Honda itu tidak memungkiri jika penampilannya terus tidak kompetitif hingga akhir musim ini maka pensiun dari MotoGP akan menjadi pilihan yang tepat meski masih memiliki kontrak dengan Yamaha hingga tahun depan.
“Ada beberapa hal yang hanya bisa saya rasakan dan saya akan tahu momen ketika saya tak lagi menginginkan balapan. Ada banyak hal yang tentunya bergantung pada hasil, jadi jika ketika Yamaha tak mampu menemukan solusi, maka terus melanjutkan [karier] kemungkinan hanya akan jadi masalah,” kata Rossi.
Sulit membayangkan apa jadinya MotoGP tanpa Rossi, yang sudah menghiasi balap motor Grand Prix sejak 1996. Bahkan pihak Dorna Sports selaku pengelola MotoGP juga tidak bisa membayangkan MotoGP tanpa Rossi dan masih berharap The Doctor bisa terus berkutat di sekitar MotoGP setelah pensiun.
Andai Rossi benar-benar memutuskan pensiun dari MotoGP akhir musim ini, maka kita tinggal punya sepuluh seri balapan untuk bisa menikmati aksi The Doctor di pengujung kariernya. Sebuah aksi yang mungkin akan kita rindukan nantinya.
Valentino Rossi sudah genap berusia empat puluh tahun dan berkarier selama dua puluh tahun di MotoGP.
Karier yang panjang ini sudah memberinya tujuh gelar di MotoGP
Rossi sudah lama mengincar gelar kesepuluh nya di MotoGP.Peluang itu sudah dikejarnya selama sepuluh musim terakhir tapi belum juga terjadi.
Posisi terbaiknya sejak MotoGP sepuluh tahun lalu yaitu posisi kedua sebanyak tiga kali beruntun. .
Di momen ini, Valentino Rossi mengalami momen paling sial yaitu gagal juara di MotoGP empat tahun lalu. Soalnya, dia hanya kalah satu poin dari rekannya di Yamaha kala itu, Jorge Lorenzo.
Di tahun berikutnya juga mengalami momen paling mengenaskan saat berkonflik dengan Marc Marquez usai insiden di MotoGP Malaysia. Lalu musim ini, Rossi juga alami kejadian buruk karena sempat gagal finis sebanyak tiga kali.
Rossi belum mau pensiun dari MotoGP. Dia berkeyakinan usia tua bukan jadi masalah baginya selama semangat masih ada. Meski begitu ada tiga alasan mengapa Rossi memang harus pensiun dari MotoGP setidaknya pada tahun depan:
Sejak terakhir kali rebut posisi dua di MotoGP pada tiga tahun lalu, Valentino Rossi mulai menemukan banyak rintangan dari pembalap-pembalap lain selain Marc Marquez. Rekannya di Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales tentu memberikan tekanan bagi Rossi.
Usianya yang jauh lebih muda terbukti membuat Rossi kesulitan dan harus pandai-pandai beradu siasat dan setelan motor. Namun bukan hanya Vinales, saat ini sudah banyak muncul pembalap muda yang potensial seperti Fabio Quartararo, Alex Rins, Danilo Petrucci dan Jack Miller.
Kesulitan Rossi untuk melawan pembalap-pembalap muda ini sangat kentara di dua atau tiga musim terakhir. Motor memang menjadi penentu tapi usia tak bisa dibantah juga turut mengurangi kehebatan Rossi di sirkuit.
Kunci Rossi bisa terus bertahan hanya kalau bisa menyaingi Marquez di posisi puncak klasemen. Ini tentu sulit dipenuhi musim ini.
Valentino Rossi mungkin boleh tersenyum saat MotoGP masih menggunakan ban Bridgestone. Ban asal Amerika Serikat ini cukup berpengaruh terhadap performa Rossi dengan Yamaha.
Dia masih bisa bersaing ketat dengan Marc Marquez dengan menggunakan Bridgestone. Namun peruntungan Rossi berubah saat Michelin ambil alih sebagai pemasok ban tunggal di MotoGGP.