Site icon nuga.co

Sulit Jadi Pebalap di Usia Tua Seperti Rossi

Valentino Rossi bisa saja pensiun dengan menyandang predikat legenda. Tapi The Doctor tak puas cuma memandang piala yang sudah dimenangi, makannya dia terus membalap.

Pada musim ini  Rossi  sempat finis kedua pada MotoGP Argentina. Selain kembali naik podium setelah sekitar sepuluh balapan absen, balapan di Argentina juga mencatatkan sejarah untuk rider  gaek itu.

Rossi merayakan dua puluh tiga  tahun debutnya di ajang balap motor.

Berbicara soal perjalanan kariernya, Rossi membagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah saat dia bisa meraih banyak kemenangan dan yang kedua adalah ketika dia memutuskan untuk terus berjuang.

“Pada bagian pertama karier saya, saya memenangi banyak balapan, banyak kejuaraan. Lalu kemudian Anda tiba pada satu titik yang lebih sulit karena kedatangan pebalap muda dan lawan yang lebih kuat,” ucap Rossi dikutip dari Crash.

“Jadi di saat ini mungkin Anda sudah memilih untuk berdiam di rumah dan memandangi trofi-trofi dan gembira dengan itu semua. Atau, Anda bisa memilih untuk terus bertarung karena Anda menikmatinya. Saya pikir inilah yang terjadi pada saya,” lanjut The Doctor.

Podium di MotoGP Argentina merupakan podium nomor dua ratus tiga puluh tiga yang diraih Rossi sejak debutnya. Keberhasilan tersebut sekaligus menuntaskan penantian panjang untuk kembali masuk tiga besar, yang terakhir diraih di MotoGP Jerman musim tahun lalu.

“Saya sungguh senang karena sudah sejak Sachsenring terakhir naik podium tahun lalu, dan itu sudah lama,” tambahnya dia.

Valentino Rossi ternyata punya alasan tersendiri mengapa dirinya terus tampil di ajang balap MotoGP meski usianya tak lagi muda. Menurutnya, ia merasa menikmati hari-harinya di lintasan balap dan tak ingin mengandalkan kesuksesan di masa lalu.

Valentino Rossi yang kini telah menginjak usia  empat puluh tahun memilih untuk tetap bertahan di lintasan MotoGP.  Hal itu juga sempat membuatnya mendapat kritikan dari sejumlah pihak.

Mereka menilai Rossi adalah sosok yang tak pernah merasa puas. Mereka memandang bahwa alasan Rossi masih mengikuti balapan MotoGP lantaran ingin meraih gelar juara dunia kesepuluhnya.

Pun demikian, pebalap berjuluk The Doctor itu menjelaskan bahwa ia bukanlah sosok seperti itu. Rossi hanya merasa selalu bersemangat setiap kali musim kejuaraan yang baru dimulai. Selain itu, ia hanya ingin berusaha untuk menjadi lebih baik lagi setiap musimnya.

Oleh karena itu, meski Rossi telah memenangkan banyak gelar di masa lalu, ia masih terus bersemangat menghadapi musim baru, dan yang terpenting adalah pebalap bernomor 46 itu merasa sangat menikmati hari-harinya menjalani pekan Grand Prix.

“Meskipun saya sudah berkali-kali melakukannya, saya tidak pernah merasa cukup dengan hal-hal yang sangat saya sukai, yaitu balapan. Jika saya memikirkan kejuaraan dunia mendatang yang akan dimulai, maka saya merasakan kegembiraan yang lebih besar dari itu,” papar Rossi seperti dikutip dari Speedweek.

“Itu tergantung pada apa yang Anda sukai, dari ide-ide yang ada dalam pikiran Anda. Saya bukan seorang yang senang bernostalgia. Saya tidak pernah mencoba untuk berpikir bahwa waktu berlalu dan saya semakin buruk. Sebaliknya, Saya mencoba mencari jalan untuk memperbaiki diri. Selalu lebih sulit,“ pungkasnya.

Rossi sendiri sempat tampil apik di awal musim dengan mengoleksi dua kali podium, di GP Argentina dan Amerika Serikat di mana pada kedua balapan tersebut ia sukses mengamankan posisi runner-up. Akan tetapi penampilannya kian menurun seiring dengan penurunan performa motor Yamaha.

Sementara itu, mantan pebalap MotoGP Max Biaggi mengungkapkan betapa sulitnya menjadi pebalap di usia empat puluh tahun lebih seperti Valentino Rossi yang masih tampil di MotoGP.

Tak seperti Rossi, Biaggi memilih pensiun dari MotoGP sebelum usia empat puluh tahun. Namun, ia meneruskan kariernya sebagai pebalap di usia empat puluhan pada ajang Super Bike.

Meski beda dengan Rossi yang masih bertahan di MotoGP, Biaggi menilai tetap amat sulit untuk tetap balapan memacu kecepatan tinggi ketika usia sudah kepala empat.

Pernyataan ini ia tulis melalui situs GPOne ketika usainya tak lagi muda untuk bersaing dengan para pebalap muda.

“Satu hal yang amat sulit diterima setelah usia tertentu. semuanya berubah. Waktu pemulihan Anda berubah dalam hal level stamina. Gairah Anda menantang risiko berubah.”

“Begitu pula kemampuan Anda bereaksi terhadap situasi yang berlangsung sangat cepat, juga dipastikan tak lagi sama,” tulis Biaggi.

Biaggi sendiri mengagumi semangat Rossi yang masih ingin ‘bertarung’ dengan para pebalap muda hebat di trek. Meski demikian, menjadi pebalap di usia 40 lebih benar-benar sulit.

“Pendek kata, hati Anda masih seperti sebelumnya, tapi kadang pikiran Anda tak mengikutinya.”

“Ketika Anda sudah melewati kepala empat, oh, ini kenyataannya bagi semua pebalap. Tentu saja latihan konsyan, keinginan baja, talenta, mencoba menghilangkan perasaan ini [takut]. Namun percayalah, Anda harus bekerja dua kali lipat dari para pebalap muda di level kompetisi yang sama,” terang Biaggi.

Biaggi mengungkapkan hal paling berat itu harus dia rasakan setiap membalap di Superbike pada usia empat puluh tahun lebih.

“Sepeda motor adalah dunia saya, tapi masa depan milik para pebalap muda! Bukan begitu? Cara Anda membalap juga berubah seiring usia, bukan?” kata Biaggi.

Exit mobile version