Site icon nuga.co

Vinales Musuh Bersama Pebalap MotGP

Maverick Vinales, pebalap Yamaha Movistar, kini, ditempatkan sebagai musuh bersama para oleh pebalap papan atas, dan ini disuarakan dengan lantang oleh Marc Marquez yang ia pecundangi ke posisi empat dalam seri pembuka MotoGP di Losail Circuit, Qatar, pekan lalu.

“Marc Marquez mengakui musuh nomor satu bagi tim dirinya saat ini adalah Maverick Vinales,” tulis “crash,” hari ini, Jumat, 31 Maret..

Vinales sukses melanjutkan performa impresifnya di tes pramusim dengan penampilan sempurna di Sirkuit Losail, akhir pekan lalu. Vinales mampu jadi pebalap tercepat mengungguli Andrea Dovizioso, Valentino Rossi, dan juga Marquez yang hanya sanggup duduk di peringkat keempat.

“Saat ini adalah Vinales adalah musuh nomor satu namun ia bukan satu-satunya. Masih ada Dovizioso dan juga Rossi yang tampil bagus di Qatar.”

“Saya pun tak akan melupakan Dani Pedrosa yang juga tampil bagus. Kebangkitan Jorge Lorenzo juga merupakan sebuah hal yang harus diwaspadai,” ujar Marquez seperti dikutip dari Tuttomotoriweb.

Marquez mengakui motor Honda RC213v miliknya tak tampil maksimal sehingga hal itu membuatnya kesulitan menyaingi Vinales.

“Setiap seri selalu menghadirkan cerita yang berbeda. Di Qatar kali ini kami harus berjuang sekuat tenaga.”

“Kami harus terus bekerja keras. Semoga di Argentina dan di Austin (Amerika Serikat) kami bisa menjalani balapan yang bagus. Saya pun tak sabar untuk menanti apakah kami bisa menang melawan Vinales, Rossi, Pedrosa, dan pebalap Ducati,” kata pemilik tiga titel juara dunia MotoGP ini.

Marquez secara terbuka juga mengakui bahwa kegagalannya naik podium di Qatar tak lepas dari kesalahan strategi ban. Marquez memilih ban lunak di balapan tersebut.

“Saya melakukan kesalahan namun yang pasti saya tak akan menyalahkan siapapun karena hasil akhir tetap bergantung pada sang pebalap.”

“Mungkin saja dengan ban yang lebih keras saya bisa finis di podium, namun bisa saja saya juga terjatuh di tikungan pertama karena ban masih terlalu dingin. Seri pertama bukan seri hidup-mati. Masih ada tujuh belas seri tersisa,” kata Marquez.

Sukses Maverick Vinales memenangi GP Qatar,  membuat pebalap asal Spanyol itu menyamai rekor empat pebalap hebat MotoGP: Max Biaggi, Valentino Rossi, Casey Stoner, dan Andrea Dovizioso.

Hasil di GP Qatar merupakan kemenangan kedua Vinales di ajang MotoGP. Kemenangan pertama diraih sang pebalap sebelumnya, ketika bersama Suzuki adalah di GP Inggris musim lalu.

Catatan itu membuat Vinales menjadi pebalap kelima yang mampu meraih kemenangan seri MotoGP bersama dua tim pabrikan berbeda.

Pebalap pertama yang mampu melakukannya adalah Biaggi yang mampu merebut kemenangan bersama Yamaha dan Honda.

Rossi menjadi pebalap keduanya yang mampu melakukannya bersama Honda dan Yamaha. Selanjutnya ada Stoner yang menang bersama Ducati dan Honda, dan Dovizioso yang meraih kemenangan bersama Honda dan Ducati.

Vinales juga menjadi pebalap termuda kedua dalam sejarah balap motor Grand Prix setelah Mike Hailwood yang mampu meraih kemenangan bersama dua tim pabrikan berbeda.

Bagi Vinales, kemenangan di GP Qatar membuatnya sedikit lega. Pasalnya, Vinales mengaku merasakan tekanan setelah selalu berhasil menjadi yang tercepat sepanjang tes pramusim.

“Beban saya terangkat. Saya memimpin semua tes dan datang ke sini menargetkan kemenangan. Setelah latihan bebas pertama yang sempurna dan tekanan yang ada, jelas meraih kemenangan tidak mudah. Saya berhasil menang dan sangat senang,” ucap Vinales seperti dilansir Motorsport.com.

Ketika ditanya apakah kemenangan bersama Yamaha lebih spesial daripada ketika bersama Suzuki, Vinales menjawab, “Kemenangan pertama selalu yang pertama, tapi saya senang. Kemenangan pertama bersama Yamaha, saya meraih pole [position] dan menang.”

Selain masalah persaingan antar pebalap, otoritas MotGP juga tak memberlakukan lagi  sistem penalti poin dalam kompetisi MotoGP.

Hal itu terjadi karena telah dihapus Komisi Grand Prix.

Penghapusan sistem penalti poin itu adalah satu dari beberapa perubahan dalam regulasi MotoGP yang menyangkut teknis, olahraga dan kedisplinan.

Perubahan itu sendiri disepakati Komisi Grand Prix dalam pertemuan di Losail, Qatar pada 25 Maret lalu.

Seperti dilansir Motor Sport pertemuan Komisi Grand Prix itu dihadiri petinggi operator MotoGP, Federasi Motor Internasional (FIM), Asosiasi Tim Balap Internasional, dan Asosiasi Pabrikan Olahraga Motor

Dalam pernyataan perubahan regulasi tentang penghapusan sistem penalti poin disebutkan langkah tersebut diambil karena FIM MotoGP Stewards telah memiliki banyak opsi penalti.

“Maka poin penalti tidak lagi diperlukan. Poin penalti Grand Prix kini ditarik dari daftar hukuman,” demikian salah satu kutipan dari pernyataannya.

Tentang penghapusan penalti poin itu sendiri menjadi perdebatan yang hangat sejak tragedi Valentino Rossi dan Marc Marquez di GP Malaysia dua tahun lalu. Ketika itu Rossi mendapat tiga poin penalti karena melakukan manuver berbahaya terhadap Marquez.

Akumulasi empat poin penalti membuat Rossi mendapat sanksi start dari belakang pada seri terakhir di GP Valencia.

The Doctor pun harus kehilangan gelar juara dunia setelah kalah lima poin dari rekan setimnya, Jorge Lorenzo, di akhir musim.

Selain penalti poin, Komisi GP pun melakukan perubahan regulasi terkait banding atas keputusan FIM MotoGP Stewards.

Dalam pertemuan Komisi GP diputuskan tak akan ada banding yang bisa diajukan andai FIM Stewards Banding mengonfirmasi keputusan  FIM Stewards MotoGP sebelumnya. Dalam hal itu maka keputusan FIM Stewards Banding adalah final.

Exit mobile version