Semburan panas dari Matahari yang menghantam Bumi, Selasa dinihari WIB, 23 Juni 2015, merupakan puncak dari peningkatan aktivitasnya dalam beberapa hari terakhir.
Senin, 22 Juni 2015, sehari sebelum hantaman itu mencapai Bumi, bintang Tata Surya itu melontarkan partikel bermuatan menuju Bumi. Lontaran partikel bermuatan atau yang sering disebut badai Matahari itu berlangsung cepat, dan sehari setelah telah menghantam Bumi..
Informasi pada situs Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat pada Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB, 24 Juni 2015, mengungkap bahwa badai itu mencapai level G-4.
Dengan level tersebut, badai Matahari kali ini menyamai peristiwa pada Maret 2015 lalu serta menjadi salah satu yang terkuat sejak September sepuluh tahun lalu. Semburan kali ini bisa mendatangkan malapetaka terhadap sistem komunikasi di bumi.
Partikel bermuatan yang menumbuk lapisan magnetosfer Bumi bisa memicu keindahan sekaligus masalah besar.
Tumbukan partikel bermuatan dengan lapisan pelindung Bumi menyebabkan munculnya aurora yang akan bisa dilihat dari Amerika Utara dan Australia.
Sementara itu, gangguan komunikasi satelit dan elektronika juga bisa terjadi. Badai Matahari dua puluh enam tahun lalu menyebabkan listrik di wilayah Quebec, Kanada, pernah padam berjam-jam.
Sementara badai Matahari kuat telah sampai ke Bumi, badai lain akan segera menyusul, diperkirakan sampai ke Bumi pada Kamis besok, 25 Juni 2015, tepatnya pukul 06.00 WIB.
Zona R-2 yang memicu munculnya badai Matahari yang sampai ke Bumi pada dini hari tadi kini aktif kembali.
Badai Matahari adalah fenomena biasa. Meski bisa memicu gangguan komunikasi, badai itu takkan mengakibatkan bencana, kepunahan massal, dan dampak buruk lainnya.
Sebelumnya, di bulan Mei sebuah badai Matahari terkuat juga pernah menabrak Bumi . Akibatnya, listrik di kawasan Pasifik dilaporkan padam.
Saat itu para ilmuwan mengatakan badai itu belum seberapa dibanding badai lain yang siap menyerang bumi di masa depan.
Kazunari Shibata, seorang ilmuwan astrofisika dari Universitas Kyoto, Jepang, seperti ditulis “Daily Mail,” mengungkapkan Matahari masih berpotensi mengeluarkan badai Matahari terbesar yang pernah diketahui oleh umat manusia.
Shibata yakin bila kekuatan badai Matahari terdahsyat itu sekitar seribu kali lebih kuat dari badai matahari terkuat yang pernah menghampiri bumi di tahun ratusan tahun silam.
Perlu diketahui, badai matahari super tahun yang bernama ‘Carrington Event’ hingga saat ini masih diklaim memiliki kekuatan hingga sepuluh miliar bom nuklir yang jatuh di Hiroshima Nagasaki.
Tidak hanya itu, badai matahari Carrington ketika itu melaju menghantam bumi dengan kecepatan tiga ribu kilometer per detik!
Untung saja saat itu perkembangan teknologi belum seperti saat ini, sehingga dampak kerusakan yang terasa tidak terlalu besar. Badai itu ‘hanya’ merusak kabel telegraf sepanjang dua ratus ribu kilometer.
Menurut Shibata yang saat ini bekerja di pusat penelitian luar angkasa di Colorado, Amerika, badai Matahari dengan kekuatan sepuluh triliun bom Hiroshima Nagasaki kini sedang mengintai Bumi di masa depan.
Meskipun belum bisa memprediksi waktu pasti terjadinya, Shibata yakin bila badai matahari terdahsyat itu terjadi setiap delapan ratus hingga lima ribu tahun sekali.
Lebih lanjut, Shibata mengatakan bila badai super itu benar-benar terjadi, Bumi akan mengalami bencana besar dan mempunyai dampak jangka panjang terhadap kehidupan di planet kita ini.
Dikutip dari USA Today, , prediksi cuaca dengan menggunakan satelit NOAA menunjukkan bahwa pancaran sinar badai Matahari u sudah mulai mempengaruhi komunikasi radio frekuensi tinggi yang ada di bumi saat ini.
“Terjadi coronal mass ejection yang berhubungan dengan peristiwa ini. Namun butuh analisa lanjutan untuk merinci lebih jauh agar kami bisa melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan,” ujar pihak NOAA divisi Prediksi Suhu Luar Angkasa, Bill Murtagh.
Menurut mereka, kemungkinan CME yang disebabkan semburan panas matahari akan menghasilkan badai geomagnetik di bumi. Ini berimbas pada matinya sistem komunikasi, sistem pembangkit, dan terutama adalah sistem satelit yang ada di orbit.
CME sendiri merupakan semburan panas yang masif dari matahari dan peningkatan medan magnetik di luar pusat matahari yang menyebar di seluruh ruang angkasa. CME terdiri dari miliaran ton hidrogen energetik dan ion helium, ditambah proton dan elektron yang dilepas dari permukaan matahari.
Jika CME muncul, menurut NOAA, atmosfer magnet di bumi akan terganggu dan badai geomagnetik bisa muncul dalam beberapa hari ke depan.
Ilmuwan NOAA mengaku, mereka akan bisa mengetahui kapan dan dimana dampak CME itu akan terjadi jika data yang masuk lebih banyak di dapat dalam satu hari ini.
Semburan matahari itu dianggap memiliki skala yang sangat tinggi sepanjang sejarah.
Salah satu efek samping positif dari badai matahari ini adalah perluasan dari aurora borealis yang indah. Aurora borealis sering disebut juga dengan Cahaya Utara yang terjadi di sepanjang Kanada dan Amerika Utara.
Cahaya Utara muncul ketika atom dalam atmosfer dataran tinggi bumi bertabrakan dengan partikel bermuatan energi dari matahari.
Mereka biasanya muncul sebagai cahaya gelombang hijau yang berkilau di langit malam berlokasi di lintar kutub. Bahkan terkadang, cahaya yang muncul berwarna merah dan biru.
berbagai sumber