Tentunya kamu sering menggunakan koneksi internet dari WiFi gratisan yang ada di tempat publik, seperti bandara, kedai kopi, mal, dan juga restoran.
Mulai sekarang, kamu harus waspada karena ada bahaya yang mengintai. Hacker bisa dengan mudah membobol data dan mengetahui apa saja yang sedang kamu akses di smartphone atau perangkat lainnya secara realtime.
Hal tersebut dibuktikan oleh pakar keamanan siber di Check Point Software Technologies bernama Dan Tan.
Mengutip laman Channel News Asia,, Tan mempraktikkan betapa mudahnya seorang hacker mencuri data pengguna melalui jaringan WiFi gratis.
Tak hanya itu, hacker juga bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh pengguna ketika menghubungkan perangkatnya ke jaringan WiFi tersebut.
Ditemani host tayangan ‘Why It Matters’, Joshua Lim, Tan dapat mengetahui apa yang sudah Joshua lakukan dengan smartphone-nya.
Tan bahkan mampu mengetahui kalau Joshua sedang berselancar di internet dan mencari berita tentang meninggalnya Stan Lee.
Dijelaskan Tan, hacker yang sudah mendapatkan akses ke smartphone korban juga mampu mengetahui password, melihat email, dan juga mengakses berbagai dokumen.
“Saat men-download aplikasi WiFi gratis buatan hacker, mereka sudah langsung mendapatkan akses ke semua fitur smartphone korban,” ucap Tan.
Diperlihatkan, Tan dapat mengirim file dan mencuri dan mendengar percakapan korban tanpa sepengetahuan.
“Dengan data-data yang dicuri, hacker dapat menirukan kamu, mengetahui pernah bertemu dengan siapa saja, dan dapat tahu informasi tentang teman-teman kamu,” kata Tan.
Lalu bagaimana caranya agar hal tersebut tidak terjadi terhadap kamu? Tan mengatakan, hal pertama yang tidak boleh dilakukan ketika memakai jaringan WiFi gratis adalah memasukkan informasi pribadi ke layanan apapun.
Selain itu, kamu harus mempertimbangkan untuk menginstal solusi keamanan terpercaya di perangkat mobile yang digunakan.
Sementara itu, akhir-akhir ini, banyak twit propaganda terorisme disebarkan melalui akun Twitter yang sudah tidak aktif selama bertahun-tahun. Ulah tersebut dilakukan oleh para hacker yang mengeksploitasi akun tersebut.
Mereka kerap kali posting atau pun retweet propaganda terorisme dari akun lain. Peretasan itu diketahui dari gaya bahasa yang digunakan berbeda dengan twitnya yang dulu.
Hacker mengeksploitasi kurangnya konfirmasi email pada akun lama, karena akun-akun tersebut tidak membutuhkan konfirmasi email saat pembuatannya. Akun-akun yang dibajak pun kerap menggunakan alamat email yang sama dengan username mereka.
Twitter mengambil langkah-langkah untuk mencegah pembuatan akun baru secara otomatis dengan meminta pembuat akun untuk mengkonfirmasi menggunakan alamat email atau nomor telepon. Tetapi, banyak dari akun-akun lama yang belum melakukan konfirmasi.
Dilansir TechCrunch, pihak Twitter mengatakan sedang berusaha mencari solusi untuk memperbaiki masalah yang menurutnya bukan untuk diperbaiki. Peretasan seperti ini bukanlah hal baru bagi Twitter maupun layanan daring lainnya.
“Kami sadar dan berupaya mengidentifikasi solusi yang dapat membantu menjaga akun Twitter tetap aman dan terlindungi,” kata juru bicara Twitter.
Twitter pun mengklaim telah menjaring lebih dari satu juta akun yang mempromosikan berbagi konten negatif sejak pertengahan empat tahun lalu
Twitter juga mengkliam telah menjaring lebih dari dua ratus ribu akun selama paruh pertama tahun lalu.
Hacker dan peneliti keamanan, Wauchula Ghost mengatakan bahwa penyebar teror tersebut memanfaatkan celah yang ada selama bertahun-tahun.
Ghost menemukan satu akun yang mengikuti banyak akun tidak aktif, yang semuanya telah dibajak. Banyak akun tidak aktif yang diujinya tidak membuat email tempat akun itu terdaftar.
“Meskipun sebagian alamat email tertutup, tetapi mudah untuk mengetahui berapa banyak karakter di alamat email akun Twitter. Seringkali akun email hanya ditandai dengan username mereka dan diikuti @hotmail.com atau @yahoo.com,” katanya kepada TechCrunch.
Dengan uji cobanya, Ghost pun dapat dengan mudah mendaftarkan semua alamat email itu, dan memungkinkannya mengakses akun tersebut.
Akun yang dibajak menyebarkan propaganda terorisme melalui teks, foto, video, dan kerap mentwit ulang dari akun propagandis lainnya. Lebih mengejutkan lagi, akun tersebut telah memiliki ribuan pengikut di Twitter.