Beda pendapat atau masalah lain terkadang bisa bikin nomor WhatsApp kamu diblokir teman. Kalau sudah begitu, kamu tidak akan bisa mengirim pesan ke dia.
Kalau sudah diblokir seperti itu, chat WhatsApp yang kamu kirimkan ke dirinya akan selalu centang satu warna abu-abu. Seberapa keras pun usahamu, tetap saja pesan yang dikirimkan ke orang yang telah memblokirmu itu tak akan pernah diterima.
Tapi tenang, masih ada satu cara yang bisa coba dilakukan tanpa meninggalkan WhatsApp. Caranya cukup mudah, walaupun jarang digunakan karena banyak yang terima-terima saja kalau sudah diblokir.
Alih-alih mengirimkan pesan secara langsung, kamu tinggal membuat grup WhatsApp dan memasukkan orang yang sudah memblokirmu itu ke dalamnya. Nah, dari sana kamu bisa mengirimkan pesan ke orang itu.
Meski telah memblokir, orang itu tetap bisa membaca pesan yang kamu kirim di dalam grup. Ya, tentu saja dengan catatan dia tidak langsung keluar dari grup, ya.
Selain itu WhatsApp juga belum resmi menyebarluaskan fitur yang memungkinkan pengguna mengontrol orang yang nge-add ke dalam grup.
Kalau dia mengatur tak ada seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam grup, pintu untuk berkirim pesan lewat WhatsApp pun sudah tertutup.
Kalau sudah begitu, mungkin sudah saatnya untuk berbincang secara offline. Semoga bermanfaat.
WhatsApp baru saja memperkenalkan layanan pengecek fakta di India. Layanan ini dihadirkan untuk melawan disinformasi dan berita palsu yang menyebar lewat platformnya yang akan dimulai April.
Dilansir Reuters, anak perusahaan Facebook ini bekerjasama dengan startup lokal Proto untuk menilai dan melabeli pesan yang menyebar di WhatsApp sebagai benar, salah, menyesatkan atau dibantah.
Pesan yang bisa mendapat label ini adalah yang telah diteruskan terlebih dahulu oleh pengguna kepada ‘Checkpoint Tipline’. Pesan-pesan ini kemudian digunakan untuk menjadi database untuk mempelajari dan memahami bagaimana disinformasi menyebar.
Tidak hanya pesan teks yang bisa dicek faktanya, tapi juga pesan berbentuk gambar dan video. Layanan ini juga mendukung bahasa Inggris dan empat bahasa lokal seperti Hindi, Telugu, Bengali dan Malayalam.
Tapi, ketika Reuters mencoba untuk melaporkan pesan yang mengandung disinformasi kepada Checkpoint Tipline, respons dari WhatsApp masih terbilang sangat lambat.
Dua jam setelah pesan tersebut dikirim mereka masih menunggu klasifikasi dari WhatsApp.
Ini bukan pertama kalinya WhatsApp menghadapi ancaman disinformasi dan berita palsu di platformnya menjelang pemilu. Tahun lalu, mereka juga menghadapi tantangan yang sama menjelang pemilu Brazil.
Layanan ini merupakan salah satu dari berbagai fitur baru WhatsApp yang hadir untuk menekan penyebaran berita palsu.
Layanan chatting ini sebelumnya telah membatasi pesan hanya bisa diteruskan sebanyak lima kali, serta memberi label kepada pesan yang diteruskan.
Mereka juga baru saja memperkenalkan layanan untuk mengidentifikasi foto hoax lewat fitur ‘search by image’.
Selain itu, dalam waktu dekatnt WhatsApp di Android akan punya dua fitur baru, yakni masing-masing yang terkait dengan pesan suara dan pengembangan Picture in Picture .
Hal itu setidaknya terindikasi dari bocoran WhatsApp buat Android versi beta, sebagaimana dibocorkan oleh WABetaInfo –yang memang rutin mengumbar bocoran serupa.
Yang pertama adalah fitur Consecutive Voice Messages atau kira-kira “pesan suara beruntun”. Jika pengguna menerima chat suara lebih dari satu, kontennya akan terus diputar secara beruntun alih-alih berhenti di satu voice messages seperti pada WhatsApp saat ini.
Fitur kedua adalah penyempurnaan dari PiP.
Saat ini PiP sudah memungkinkan pengguna WhatsApp menyimak video kiriman tanpa meninggalkan aktivitas nge-chat. Kedua aktivitas jadi bisa dilakukan bersamaan.
Nah, pada versi beta kedua. Lewat fitur ini, pengguna WhatsApp di Android nantinya akan tetap bisa melihat video yang sedang diputar di sebuah jendela kecil walaupun sudah exit dari chat, me-minimize aplikasi, atau pindah ke apps lain.