Raksasa jaringan media sosial Facebook semakin kepincut untuk mengembangkan teknologi virtual reality atau disingkat VR dengan membentuk sebuah
Laman situs “Tech Times,” yang dikutip “nuga,” Rabu, 24 Februari 2016, menulis, tim tersebut akan berfokus mengeksplorasi interaksi sosial di masa depan melalui penggunaan teknologi virtual reality.
Tim yang dibentuk Facebook ini memperkirakan orang akan saling terhubung dan berbagi menggunakan teknologi virtual reality, juga memprediksi bagaimana perkembangan teknologi ini, pada masa yang akan datang.
Tim sosial virtual reality tersebut akan bekerja sama dengan Oculus milik Facebook untuk mengembangkan pengalaman sosial virtual reality pada semua platform.
Tim ini akan dipimpin oleh Daniel James seorang pengembang gim Puzzle Pirates, dan Mike Booth pencipta gim Left 4 Dead.
Pembentukan tim ini dipacu oleh pesatnya pertumbuhan virtual reality pada perangkat mobile, seperti terlihat pada satu juta jam video yang ditonton di Samsung Gear VR, sebuah perangkat yang diluncurkan November tahun lalu yang menggabungkan software Oculus dan hardware Samsung.
Platform tersebut sekarang menawarkan lebih dari 200 gim dan aplikasi pada Oculus store.
Facebook juga menyebutkan pihaknya akan mengembangkan teknologi ini untuk mendorong streaming virtual reality dengan video 360 sebagai langkah pertama dari proyek ini.
Kini, jejaring sosial ini membuka teknologi ‘streaming dinamis’ dengan video 360 untuk perangkat Gear VR yang memiliki resolusi lebih baik, di sisi lain juga mengurangi penggunaan bandwith hingga empat kali lipat.
Sementara itu, di Barcelona, Mark Zuckerberg hari ini, Selasa, 23 Februari 2016, menuturkan pandangannya perkembangan teknologi virtual reality atau “VR” yang menurut dia bakal menjadi tren internet pada masa depan.
“Dari dulu, sejak saya kali pertama coba-coba bikin program di sekolah, saya membayangkan internet tak hanya menjadi sarana untuk bernavigasi di laman dua dimensi saja, tetapi juga mengunjungi aneka tempat,” kata Zuckerberg
Ia mengacu pada kemampuan teknologi VR untuk menghadirkan pengalaman alam virtual seolah di dunia nyata dengan kacamata khusus.
Dia menambahkan, virtual reality adalah evolusi alami dari cara orang-orang memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi.
Kalau belasan tahun yang lalu kebanyakan konten yang dikonsumsi di internet berupa teks, lalu kemudian foto dan sekarang video, pada masa depan, peran ini akan dilanjutkan ke virtual reality.
Dulu, kata Zuckerberg, ketika dia baru bisa berjalan, ibunya cuma mengabadikan kejadian tersebut dalam bentuk teks yang menerangkan tanggal kejadian peristiwa.
Kemudian, waktu sang adik lahir, orangtuanya sudah mulai memotret, lalu setelah itu merekam dengan kamera video.
“Nah, dengan VR, saya ingin agar orang-orang bisa berbagi keseluruhan adegan dari momen-momen seperti ketika anak kali pertama berjalan tadi, seolah benar-benar hadir di sana.”
“ VR akan mengubah cara mengekspresikan diri dan mengonsumsi konten,” katanya.
Zuckerberg menyebutkan, tingkat konsumsi video 360 atau VR melalui internet menunjukkan tren yang semakin meningkat.
Di jejaring sosial Facebook, dia mencatat, setiap harinya ada lebih dari sejuta pengguna menyaksikan tayangan macam ini.
Untuk sekarang, visi virtual reality Zuckerberg masih menemui batu sandungan berupa kondisi jaringan internet, terutama seluler, yang dinilainya masih belum mencukupi untuk skenario virtual reality.
Memang, kata dia, teknologi seluler masa kini mampu menghantarkan data sebesar puluhan hingga ratusan megabit per detik.
Namun, dia mengatakan, masih butuh waktu sebelum bandwidth yang tersedia bisa mencukupi untuk menghadirkan pengalaman virtual reality yang optimal.
Ini karena streaming VR lewat internet membutuhkan sarana transfer data yang sangat besar.
Mungkin perlu ditambahkan bahwa Zuckerberg juga memiliki kepentingan dalam mendorong adopsi teknologi virtual reality.
Ia merupakan bos jejaring sosial Facebook yang pada dua tahun lalu lalu membeli perusahaan teknologi VR, Oculus Rift.
Oculus belakangan telah mulai memasarkan produknya yang berupa headset VR untuk keperluan gaming.
Zuckerberg menginginkan virtual reality menjadi bagian lazim dari kehidupan pengguna internet pada masa depan.
Apakah visinya itu akan terwujud dan mendapat dukungan dari pasar dan para pelaku industri dalam jangka panjang?
Awalnya, teknologi virtual reality sempat diragukan bisa eksis.
Nnamun kini kehadirannya dinantikan.
VR bukan lagi hanya menjadi mimpi manis para pecinta teknologi yang mengidam-idamkan bagaimana rasanya ‘tenggelam’ dalam nuansa dimensi bertautkan sajian menarik yang begitu magis.
Untuk tahun ini bakal dinobatkan menjadi tahun kebangkitan teknologi mutakhir tersebut.
Seperti ditulis “the world Ii, secara definisi, VR akan membawa penggunanya memakai sebuah perangkat berbentuk headphone yang ukurannya tak terlalu besar, lengkap dengan headset sebagai alat bantu dengar.
Tak sampai di situ, ketika menggunakan perangkat ini, pengguna akan melihat sajian tampilan 3D langsung dari dalam perangkat tersebut.
Menariknya, ketika pengguna menggerakkan kepalanya, maka tampilan yang dilihat akan mengikuti gerakan secara real time.
Perlu diketahui, meski baru kembali gegap gempita dalam empat tahun terakhir, teknologi VR sebetulnya sudah dicanangkan sejak sembilan puluhan.
Hanya saja, dengan segala keterbatasan teknologi dan perangkat yang ada pada saat itu, VR dirasa ‘mustahil’ untuk diadopsi dalam waktu yang begitu dini.
Seiring waktu berjalan, teknologi berevolusi. Momen-momen penting terobosan VR diciptakan beberapa perusahaan teknologi papan atas.
Sejak awal enam tahun lalu, sudah ada beberapa perusahaan yang ingin kembali ‘menghidupkan’ VR ke sebuah perangkat khusus.
Sebut saja Oculus, yang begitu getol merancang perangkat Oculus Rift-nya menjadi gaming device yang realistis dan canggih.