Google makin meneguhkan cengkeramannya dengan terus meng”update” mesin pencari, termasuk ketika ingin membeli barang dengan menyematkan tombol ”buy” atau ”beli” pada mesin pencarinya.
Ketika pembeli mencari informasi produk di Google, tak perlu lagi masuk ke situs khusus penjualan produk untuk membeli.
Lewat tombol ”buy”, proses pembelian akan semakin cepat.
Dalam menggodok fitur ini, Google menggandeng Amazon.com dan eBay. Saat mengklik tombol ”buy”, pengguna akan dibawa ke laman produk yang menunjukkan pilihan pembelian lebih spesifik.
Misalnya terkait ukuran, warna, pilihan pengiriman, dan informasi lainnya.
Produk yang dipilih netizen bakal dikirim dan dijual langsung dari tangan pertama retailer. Untuk itu, beberapa toko online sedang berbincang dengan Google ihwal fitur teranyar ini.
Tak semua produk pula ujuk-ujuk tersematkan tombol ‘buy”
.
Melainkan hanya beberapa yang menjalin kemitraan dengan Google. Terkait pembagian hasil, Google bakal dapat bagian dari iklan yang terpasang pada toko online.
Ide Google ini mengundang pro dan kontra dari beberapa toko online. Walau pemasaran produk mereka akan makin meluas, namun toko online takut identitas tokonya terenggut Google.
Pasalnya, cara cepat yang diakomodir Google bisa membuat netizen cenderung mencari dan membeli barang langsung dari Google. Situs toko online bakal ”lapuk” dari perhatian massa.
Lebih jauh, toko online juga akan memiliki ketergantungan yang kuat dengan sang raksasa mesin pencari. Seperti halnya Facebook pada Instant Articles, Google tampaknya memang bertujuan mendominasi lini bisnis online.
Dalam beberapa minggu ke depan, fitur ”buy” kabarnya akan diluncurkan. Perlu diketahui, tombol ”buy” hanya tersedia di Google versi mobile.
Belakangan, Google memang cenderung ingin mempermudah pengguna internet yang mengakses dari perangkat mobile. Sebab, enam puluh persen penetrasi internet saat ini berasal dari mobile.
Bulan lalu, Google telah mengeluarkan algoritma terbaru untuk pengoperasian mesin pencarinya.
Algoritma baru tersebut mengutamakan hasil pencarian yang lebih ramah bagi pengguna perangkat mobile.
Algoritma ini dijuluki “Mobilegeddon” karena telah membuat jutaan situs web kehilangan peringkat karena dianggap tak ramah pengguna gadget.
Metode pencarian baru ini digodok Google sebagai tanggapan atas meningkatnya akses internet yang berasal dari perangkat mobile. Hasil penelitian menunjukkan 60 persen pemanfaatan internet dilakukan dari gadget.
Selama hampir tiga minggu diberlakukan, berikut lima pelajaran yang dapat dipetik dari algoritma teranyar Google.
Perlu diketahui, sejak ditelurkan, “Mobilegeddon” telah mengevaluasi situs mana saja yang ramah bagi pengguna gadget dan mana yang tak ramah.
Saat melakukan pencarian melalui gadget, pengguna bakal dijejali dengan situs-situs yang ramah gadget terlebih dahulu.
Secara signifikan ini berpengaruh pada arus berbagai situs, baik yang ramah maupun tak ramah ponsel dan tablet. Situs ramah gadget akan panen trafik. Peringkat situsnya bakal naik drastis. Ini berlaku sebaliknya pada situs yang tak ramah gadget.
Untuk itu, bagi siapa semua pengusaha daring atau yang memiliki kepentingan atas trafik, pembaruan algoritma mesin pencari perlu diantisipasi.
“Mobilegeddon” diprakarsai untuk mengakomodir kebutuhan mayoritas para netizen. Sejak diketahui bahwa netizen paling sering mengakses lewat gadget, Google ingin memberi pengalaman tampilan situs yang menarik lewat perangkat mobile.
Oleh karena itu, Google juga memberi arahan bagi situs-situs yang belum ramah gawai untuk segera berbenah diri. Lewat tautan ini, Google memberi tahu tata caranya.
Jika Google sudah menyadari ini, sepatutnya semua orang yang bergerak di industri teknologi dan internet pun menyadarinya. Penetrasi gadget semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Google pun disinyalir bakal gencar menelurkan aplikasi untuk gadget, seiring dengan menelurkan indeks situs yang ramah gadget. Lihat saja nanti pembaruan-pembaruan apalagi yang bakal dibuat Google untuk menegaskan kiprahnya pada teknologi mobile.
Sudah banyak pengamat Search Engine Optimization yang menulis bahwa “Mobilegeddon” bakal mempengaruhi kiprah sebuah situs. Ketika Google mengkalkulasikan peringat sebuah situs, banyak yang mengira peringkat tersebut hanya berlaku pada waktu itu saja.
Sebab, selain algoritma ‘Mobilegeddon’, tentu unsur lain seperti umur domain dan rekam jejak lainnya turut berkontribusi. Namun ternyata peringkat situs tak ramah gadget bakal terus terendam di peringkat bawah.
Ketika sebuah situs “disakiti” algoritma ‘Mobilegeddon’, situs tersebut tak bisa dengan mudah kembali ke peringkat atas. Tapi, jika ingin memperbaiki, tentu selalu ada caranya.
Ini bukan pertama kali Google menciptakan drama di dunia mesin pencari. Jadi, ini juga tak bakal jadi longsor yang mematikan segalanya.
Google pun terus mengevaluasi tiap pembaruan yang ia telurkan. Kebutuhan mayoritas tentu akan selalu didahulukan setiap industri. “Mobilegeddon” hanya menuntut situs untuk lebih ramah gadget. Tak ada yang sulit untuk syarat yang mengakomodir kebutuhan banyak netizen.
forbes dan the next web