Site icon nuga.co

Indonesia Negara “Miskin” Melek Internet

Tidak hanya negara paling “lelet” akses internetnya secara global, Indonesia juga tergolong negara “miskin” dalam jumlah penduduknya yang “melek” internet.

Indonesia berada di posisi seratus satu dari negara yang terlelet akses internetnya di dunia serta berada di bawah Uganda, sebuah negara “terbelakang” di Afrika, dalam jumlah penduduk yang “melek” internet.

Seperti yang dilaporkan World Bank, Indonesia hanya menang dalam tingkat pertumbuhan pemakai internet selama lima tahun terakhir. Nomor dua di dunia.

Dari laporan “Bank Dunia” itu, Indonesia dikatogrikan negara “terbelakang” dalam hal akses dan yang melek internet secara global.

Jumlah rasio pengguna internet per seratus orang di Indonesia masih tergolong rendah. Bahkan, peringkat Indonesia masih berada di bawah negara-ngara berkembang lain, seperti Uganda, Zimbabwe. dan Sri Lanka.

Data tersebut diambil dari data milik World Bank yang membuat peringkat pengguna internet per seratus orang. World Bank sendiri melakukan risetnya berdasar data yang diperoleh dari International Telecom Union, dan database atau laporan dari World Telecommunication/ICT Development Report.

Dari hasil riset tersebut, diperoleh angka rasio pengguna internet per seratus penduduk di Indonesia dalam kurun 2010 hingga 2014 adalah lima belas koma delapan. Artinya, dari seratus orang penduduk Indonesia, baru sekitar lima belas orang saja yang memiliki akses internet.

Dibandingkan dengan Uganda, rasio pengguna internet per seratus orang di negara tersebut adalah enam belas koma dua, sementara Zimbabwe dan Sri Lanka lebih tinggi lagi.

Di tingkat Asia Tenggara sendiri, rasio Indonesia masih tergolong di bawah. Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia. Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Indonesia hanya unggul sedikit di atas India dan beberapa negara ASEAN seperti Kamboja, Myanmar dan Timor Leste.

Dibandingkan dengan jumlah rasio rata-rata pengguna internet dunia, Indonesia sendiri masih tertinggal hampir separuhnya.

Indonesia sudah memiliki program Rencana Pitalebar Indonesia untuk mempercepat koneksi internet. Program tersebut juga diharapkan bisa memperluas akses pengguna internet hingga ke tingkat kecamatan dan perdesaan.

Sasaran pembangunan pitalebar Indonesia sampai dengan akhir 2019 adalah prasarana akses tetap pitalebar mencapai tingkat penerasi sebesar tiga puluh persen dari total populasi di perkotaan, tujuh puluh satu persen dari total rumah tangga dengan percepatan dua puluh Mbps, sepuluh persen dari total gedung dengan kecepatan 1 Gbps.

Selain itu, sasaran akses bergerak pitalebar dengan kecepatan 1 Mbps menjangkau seluruh populasi di perkotaan. Sementara di tingkat perdesaan, prasarana akses tetap pitalebar mencapai tingkat penetrasi sebesar 6 persen dari total populasi.

Menurut Cisco Visual Networking Index, Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan lalu lintas IP tercepat kedua di dunia. Artinya, jumlah pengguna internet di Indonesia terus bertambah dengan pesat.

Cisco Visual Networking Index juga memperkirakan bahwa akan ada seratus enam puluh empat juta pengguna internet dan lima ratus tiga juta perangkat yang terhubung jaringan pada tahun 2018 di Indonesia.

Sedangkan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia menyebutkan, hingga 2014 terdapat tujuh puluh satu juta pengguna internet di Indonesia, dengan penetrasi dua puluh delapan persen. Artinya, bakal terjadi pertumbuhan luar biasa dalam kurun lima tahun sejak 2013.

Menurut pihak Cisco, dengan pertumbuhan cepat itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang telah memasuki era Internet of Everything.

“Kita sudah berada pada awal era Internet of Everything. IoE tidak lagi menjadi istilah untuk tren masa depan, tetapi merupakan sebuah tantangan bagaimana kita akan membentuk transformasi di Indonesia melalui IoE,” kata Ichwan F Agus, Telco Sales Director untuk Cisco Systems Indonesia, dalam keterangan resminya..

Menurut pihak Cisco, dalam dua puluh lima tahun ke depan, IoE akan berkontribusi dalam peningkatan peluang ekonomi. Cisco pun memperkirakan bahwa Internet of Everything membawa kesempatan global senilai sembilan belas triliun dollar AS dalam dekade berikutnya.

Exit mobile version