Kehadiran aplikasi media sosial Steller, selama sepekan terakhir ini, bikin heboh para netizen di Indonesia, dan meraka mempertanyakan eksistensi berbagai kontennya, seperti foto, video, dan tulisan yang dihimpun ke lembaran digital yang menyerupai buku.
Dan untuk Anda juga tahu, di tanah air aplikasi ini tengah naik daun karena menjadi media sosial “aneh” yang menyuguhkan konten buku digital.
Untuk Anda tahu juga aplikasi ini didirikan oleh kakak beradik Brian McAniff dan Karen Poole pada Maret dua tahun silam.
Poole giat mendalami ilmu desain visual sementara latar belakang McAniff adalah sebagai desainer user experience.
Untuk itu pula, tak salahnya, Anda perlu mengetahui lebih lanjut mengenai Steller itu langsung dari petingginya, Vice President of Marketing Steller, Peter Denton yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat
Pertanyaan pertama tentu datang dari keingintahuan kita terhadap alasan mereka membuat aplikasi ini
Jawabannya, kehadiran Steller adalah untuk membuat aplikasi yang memungkinkan orang-orang menciptakan kisah secara visual nan indah secara instan langsung dari ponsel pribadi mereka.
Belum ada aplikasi yang mewadahi kombinasi foto, video, dan tulisan yang kemudian dituangkan menjadi sebuah kisah untuk diceritakan kepada teman-teman. Jadi terciptalah Steller.
Setelah beberapa tahun, terlihat orang-orang sangat suka membuat dan berbagi kisah mereka.
Lantas muncul pertanyaan lain.
Aplikasi ini bernama “Steller”, apakah kependekan dari Storyteller atau pendongeng?
Ya, betul! Kami percaya bahwa semua orang memiliki kisah yang layak diceritakan dan Steller adalah solusinya sebagai wadah bagi mereka.
Siapa target pengguna Steller?
Sejatinya, kami yakin semua orang mempunyai sesuatu yang menarik dan unik untuk diceritakan. Steller ingin membantu pengguna agar bisa mengubah pengalaman saat berkunjung ke Galeri Nasional Indonesia di Jakarta menjadi kisah cantik yang bisa dibagikan dengan semua orang di dunia melalui Steller.
Topik paling populer di Steller melingkupi travel, petualangan, kreativitas, fesyen, dan makanan. Kami menggaet para pengguna yang menyukai topik-topik ini dan menjadikan mereka bagian dari komunitas kami.
Berapa jumlah pengguna Steller secara global?
Kami belum bisa memberi tahu mengenai jumlahnya, yang jelas pengguna Steller secara global sudah mencapai jutaan.
Negara mana yang penggunanya paling banyak? Bagaimana dengan Indonesia?
Dengan adopsi yang tinggi selama peluncuran aplikasi, Indonesia masuk di jejeran tiga pasar utama kami setelah Amerika Serikat dan Inggris.
Pengguna aktif kami juga tersebar di negara-negara Eropa, Australia, dan Brasil. Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang menerima layanan Steller. Rencananya kami akan ekspansi ke Jepang dan China di tahun ini.
Apakah Steller hadir sebagai pesaing aplikasi yang sudah ada seperti Instagram dan Path?
Tentunya ada persaingan di antara aplikasi, namun kami melihat Steller sebagai pelengkap terhadap layanan yang sudah ada.
Di Instagram Anda hanya bisa berbagi sebuah foto atau video, tetapi orang lain ingin tahu lebih dalam mengenai kisah di baliknya atau apapun yang berhubungan.
Contoh, kisah di tautan ini menceritakan tempat bagus untuk makan siang di Jakarta, dan publikasinya lebih dari sekadar sebuah foto saja.
Publikasi di Steller pun bisa dibagikan juga ke jejaring sosial lainnya. Jadi produk kami lebih kepada wadah untuk bercerita secara utuh dan membagikannya ke media sosial lain.
Sejauh ini format foto di Steller lebih mendukung untuk portrait. Apakah ada rencana agar format landscape juga bisa ditampilkan secara sempurna?
Kami sedang mengerjakan sejumlah layout baru yang menarik, tentunya nanti bisa membantu meningkatkan penggunaan foto landscape di Steller.
Rintangan seperti apa yang dihadapi untuk mempromosikan Steller?
Kami mengerahkan banyak energi dalam menghubungkan para pendongeng yang berada di target pasar kami.
Jadi harus fokus pada aspek membangun hubungan dengan pengguna ketimbang hanya menghamburkan uang agar layanan ini dikenal. Kami ingin se-orisinal mungkin.
Pengalaman apa yang Steller harapkan bisa dirasakan oleh pengguna?
Harapan kami, Steller bisa menginspirasi orang-orang di seluruh dunia, khususnya dalam membantu menghubungkan pengguna di Indonesia dengan user di seluruh dunia untuk berbagi cerita.
Orang sangat suka membaca tentang sebuah tempat yang belum pernah dikunjungi, atau saling berbagi pengalaman hidup.
Kisah otentik seperti ini mampu menghubungkan orang dari berbagai penjuru dunia.
Steller, oleh banyak orang dianggap identik dengan kehadiran Path, sebuah jejaring sosial yang cukup unik.
Nasib Path pun mirip-mirip dengan Steller. Kurang gaungnnya di AS, tapi menggema di Tanah Air.
Dan ini juga yang menjadi alasan mengapa Steller yang hadir tahun dua tahun silam, tapi baru sekarang dikenal.
Tahun 2014 mereka sempat booming sejenak, bahkan sampai dapat best app dari Apple. Tapi di tahun itu, sedang riuh rendah aplikasi baru bermunculan, salah satunya Vine dan Snapchat. Semua seperti berebut pasar
Dan baru tahun ini Steller nge-boost, mengingat tidak ada aplikasi baru yang populer.
Bagi Denton, Steller adalah wadah untuk “berkisah secara utuh”.
Diketahui aplikasi Steller dikembangkan oleh perusahaan teknologi Mombo Labs yang berbasis di San Francisco, California, Amerika Serikat
Nama Steller bisa dikatakan unik.
Apalagi melihat fungsinya untuk bercerita. Denton mengakui, nama Steller sendiri adalah kependekan dari “Storyteller” yang artinya pendongeng.
“Kami percaya semua orang memiliki kisah untuk diceritakan. Steller adalah wadah yang tepat,” ujarnya.
Denton pun bercerita, tim Steller sejak awal memang membuat aplikasi yang memungkinkan orang bisa menciptakan kisah secara visual nan cantik secara singkat, yakni caranya langsung dari ponsel pintar yang selalu ada di genggaman.
Menurutnya, belum ada aplikasi yang mampu menyatukan foto, video, dan tulisan menjadi sebuah cerita yang siap disajikan untuk orang lain.
Lebih lanjut, Steller yang kini sudah bisa dinikmati untuk platform Android ini masih terpaku pada tampilan gambar yang formatnya portrait.
Jika pengguna ingin memasukan foto format landscape, maka harus disesuaikan dengan ukuran ‘kanvas’ Steller yang memang bentuknya memanjang ke bawah.
Denton mengaku, Steller sedang dalam proses mengembangkan layout baru, termasuk format landscape.
“Kami sedang mengerjakan beberapa layout menarik yang nantinya memungkinkan foto landscape bisa dipajang,” kata Denton.
Sudah dua tahun hadir untuk para netizen global, Steller yang enggan membeberkan jumlah penggunanya ini memastikan bahwa “ada jutaan user Steller di seluruh dunia”.