Site icon nuga.co

Media Sosial Bisa Sebagai Sumber Depresi

Media sosial atau dikenal dengan medsos tak terbantahkan  menjadi salah satu aplikasi populer yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, terlebih pada kaum milenial.

Selain sebagai wadah informasi, medsos juga menjadi ajang eksistensi diri.

Namun, di balik itu semua ada dampak media sosial yang ternyata terbukti buruk untuk kesehatan mental.

Penelitian terbaru  membuktikan bahwa penggunaan aplikasi media sosial tertentu bisa meningkatkan depresi dan juga kesepian. Mengapa bisa begitu?

Ya, penggunaan media sosial setiap harinya ternyata berhubungan erat dengan gejala depresi, terutama pada kaum muda.

Studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Pediatrics ini menemukan setiap tambahan jam yang dihabiskan kaum muda di media sosial atau menonton televisi, tingkat keparahan gejala depresi ikut mengalami peningkatan.

Dengan kata lain, semakin lama menggunakan media sosial, semakin parah pula gejala depresi yang muncul.

“Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama menyajikan analisis perkembangan variasi dalam depresi dan berbagai jenis waktu layar,” kata peneliti,

Penelitian ini melibatkan ribuan siswa di Kanada . Para siswa diminta untuk menjawab sejumlah survei untuk menilai perilaku menatap layar dan gejala depresi. Kegiatan menatap layar meliputi bermain

Sementara gejala depresi diukur dengan menilai perasaan kesepian, kesedihan, dan keputusasaan.

Peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi selama empat tahun terakhir dikaitkan dengan peningkatan depresi. Setiap peningkatan satu jam dalam rata-rata waktu yang dihabiskan partisipan dikaitkan dengan peningkatan keparahan gejala depresi.

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk hanya melihat hubungan antara waktu menatap layar dan depresi yang ditemukan. Peneliti menyatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah ada hubungan sebab akibat antara menatap layar dan gejala depresi.

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah ada hubungan kausal antara waktu layar dan depresi pada orang muda. Jika ada, kita perlu tahu bagaimana ini terjadi dan bagaimana mencegah depresi pada kaum muda,” kata ahli dari University College London, Michael Bloomfield.

Selain itu dampak media sosial pada kesehatan mental, Melisa G Hunt., direktur pelatihan klinis pada Fakultas Psikologi di University of Pennsylvania, Amerika Serikat beserta timnya melakukan penelitian pada mahasiswa.

Penelitian ini melibatkan seratusan mahasiswa di University of Pennsylvania yang menggunakan tiga aplikasi media sosial yang paling populer di kalangan mahasiswa, yaitu Facebook, Instagram, dan Snapchat.

Peneliti kemudian memberikan angket untuk melihat kondisi suasana hati seperti kegelisahan, depresi, kesepian, dan rasa takut kehilangan.

Selain itu, peneliti juga memberikan paket data pada tiap mahasiswa untuk melihat kebiasaan tiap orang dalam menggunakan media sosial sehari-hari.

Selanjutnya, peneliti menempatkan setiap peserta ke dalam dua kelompok secara acak. Tim peneliti meminta para mahasiswa di  kelompok pertama untuk terus menggunakan media sosial seperti biasa.

Sementara mahasiswa di kelompok kedua diminta untuk membatasi penggunaan media sosialnya, yaitu hanya sekitar 10 menit per harinya.

Setelah diteliti lebih dari tiga minggu, para peneliti kemudian menyimpulkan hasil yang cukup mengejutkan. Kelompok mahasiswa yang mengurangi penggunaan media sosial lebih terbebas dari perasaan depresi dan kesepian dibanding sebelumnya. Bahkan, efek ini terasa sangat nyata pada orang-orang yang memang sedang tertekan atau mengalami depresi.

Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa main media sosial terlalu sering dapat membuat rasa kesepian semakin berat. Mengurangi intensitasnya akan membuat rasa kesepian terusir dengan sendirinya.

Namun, penelitian ini hanya menyelidiki penggunaan tiga aplikasi saja sehingga belum bisa disimpulkan secara pasti apakah ini berlaku untuk semua jenis media sosial.

Menurut Melisa Hunt, Anda tidak perlu benar-benar berhenti menggunakan media sosial. Namun, yang perlu dilakukan adalah membatasinya. Media sosial bisa berdampak negatif jika dimainkan terlalu sering. Anda pasti sadar, di media sosial orang cenderung pamer dan melebih-lebihkan keadaan sesungguhnya.

Akibatnya, Anda terus membandingkan diri dengan orang lain dan selalu merasa kurang. Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi ini membuat Anda cenderung mudah stres, merasa kesepian, bahkan depresi.

Selain itu, media sosial tak hanya mendekatkan yang jauh tetapi juga menjauhkan yang dekat. Coba Anda perhatikan, saat berkumpul bersama teman apakah Anda fokus mengobrol atau justru fokus mengambil angle foto yang tepat untuk diunggah ke sosial media?

Untuk itu, Hunt menyarankan Anda untuk menggunakan media sosial hanya sekitar 30 menit per harinya. Selama 30 menit ini, jiwa Anda bisa tetap lebih tenang dan bahagia tanpa ketinggalan informasi terbaru.  Dengan begitu, Anda pun terhindar dari dampak media sosial yang merugikan bagi kesehatan mental.

Exit mobile version