Site icon nuga.co

Snapchat Beli Layanan Avatar “Bitstrips”

Snapchat, aplikasi gratis populer di Apple App Store, yang mengalahkan aplikasi Facebook dan Instagram, mengakuisisi layanan pembuat avatar “Bitstrips” yang pernah populer tiga tahun silam karena dikalahkan aplikasi “Bitmoji

Snapchat kini sedang naik daun dan terus memperbarui layanannya, mulai dengan mempermudah pencarian teman, menambah kemitraan dengan organisasi media, hingga menyediakan beragam filter yang menggemaskan.

Bitstrips adalah layanan yang memungkinkan penggunanya membuat avatar sebagai representasi diri di ruang maya.

Pengguna bisa menyetel bentuk wajah, warna dan potongan rambut, bentuk mata, hingga warna kulit.
Setelahnya, Avatar tersebut bisa dibagi ke teman atau ke media sosial.

Mekanismenya sebenarnya mirip Bitmoji.

Bedanya, Bitmoji bisa menjadikan avatar sebagai stiker dan emoji yang tersemat pada keyboard ponsel.

Terkait akuisisi Bitstrips oleh Snapchat, kedua layanan masih enggan berkomentar.

Jika benar, Snapchat tampaknya sedang mempersiapkan pengalaman visual baru bagi para pengguna.

Snapchat ketahuan sedang merekrut sejumlah ahli hardware di bidang virtual reality.

Hal tersebut diungkapkan dari Cnet, yang mengindikasikan bahwa layanan pesan instan ini memiliki niat untuk masuk ke industri terkait dan membuat gadget khusus untuk menyaksikan konten VR

Sebagai perusahaan media sosial, Snapchat sendiri sebenarnya sebenarnya lebih banyak berurusan dengan software.
Para ahli hardware yang direkrut kemungkinan akan dipekerjakan dalam sebuah proyek khusus membuat kacamata VR.

Para ahli itu antara lain adalah Mark Dixon dan Eitan Pilipski. Dixon merupakan mantan pegawai Microsoft yang sebelumnya bertugas merekrut kandidat-kandidat pengembang HoloLens, sedangkan Pilipski dulu bekerja di Qualcomm untuk mengembangkan computer vision.

Indikasi terkuat soal kacamata VR adalah masuknya seorang desainer kacamata bernama Lauryn Morris di tim Snapchat.

Morris sebelumnya dikenal sebagai perancang sejumlah kacamata untuk Michael Kors, Innovega dan Zac Posen

Sekadar diketahui, perusahaan media sosial itu pada dua tahun lalu telah membeli Vengeance Lab, yaitu start up yang bergerak dalam bidang pembuatan kacamata ala Google Glass.

Lalu sekitar dua belas orang pegawai start up tersebut ditarik masuk ke Snapchat.

Pada Februari tahun lalu, didirikan tim khusus bernama Snapchat Research.

Tim penelitian ini terdiri dari puluhan teknisi software di bidang machine learning dan computer vision.

Computer vision adalah teknologi penting yang dibutuhkan dalam pengembangan VR dan sudah dipakai dalam kacamata HoloLens buatan Microsoft. Teknologi tersebut berguna untuk memindai kondisi lingkungan di sekeliling pengguna.

Google dan Facebook juga mengembangkan teknologi VR, namun kedua raksasa itu memadukannya dengan teknologi kecerdasan buatan, bukan computer vision.

Selain itu para pengguna jangan berharap bisa mempromosikan akun Telegram atau Snapchat lewat tautan biodata Instagram.

Platform berbagi foto tersebut enggan dijadikan wadah promosi layanan lain.

Hal tersebut dikemukakan perwakilan Instagram, sebagaimana dilaporkan Engadget

“Kemampuan tautan pada biodata Twitter tak dibuat untuk mempromosikan layanan lain,” kata dia.

“Jenis tautan selain berbau ‘add me’ masih diizinkan,” ia menambahkan.

Juru bicara Instagram memang tak spesifik menyebut pelarangan untuk Telegram dan Snapchat. Namun setelah dicoba, cuma tautan ke dua layanan tersebut yang diblokir.

Sejauh ini, “tautan promosi” ke akun Twitter, LinkedIn, dan -tentu saja- Facebook, masih diperbolehkan.

Hal ini membikin Telegram gusar. Layanan instant messaging tersebut merasa Facebook, yang notabene adalah “ibu” Instagram, memiliki sensitivitas khusus.

Sebab ini bukan pertama kalinya Telegram mendapat perlakuan tak mengenakkan dari layanan di bawah Facebook.

Tahun lalu, WhatsApp juga memblokir tautan ke Telegram.

Exit mobile version