Penggunaan basis pengguna Snapchat mulai melambat bersamaan dengan diciplaknya fitur-fitur mereka oleh Instgram dan bersamaan dengan itu aplikasi itu menuai dampak dengan merugi sepanjang lalu dan tahun ini.
Terhadap langkah yang dilakukan Instagram plus Facebook ini, Snapchat mulai geram
Instagram Facebook menyalin fitur “Stories” Snapchat, yang memungkinkan pengguna mengeposkan klip video pendek yang hilang setelah dua puluh empat jam.
Tak ketinggalan tren, Facebook juga meluncurkan fitur yang sama tahun ini.
Tak hanya itu, WhatsApp, layanan pesan milik Facebook juga merilis “status” yang memungkinkan orang memposting foto dan video
Namun sebenarnya, Snapchat sendiri memang mengkotakkan diri bukan sebagai jaringan sosial.
CEO Evan Spiegel mengatakan bahwa layanannya berbeda dengan Facebook, Instagram maupun Twitter karena Snapchat tidak menghubungkan orang.
Untuk itu, Spiegel tidak mendorong penggunanya untuk menambahkan teman.
“Jika pada awalnya kami meminta para penggemar untuk menambahkan semua teman mereka ke dalam buku kontak mereka, bukan hanya beberapa dari mereka, mereka mungkin benar-benar tidak nyaman menciptakan bentangan dan menambahkannya ke cerita mereka,” katanya dalam konferensi dengan para analis.
Ahli Matt Britton yang merupakan CEO Crowdtap, perusahaan marketing, menilai bahwa Snapchat juga terlalu ragu unuk merilis fitur baru.
Mereka juga kurang baik memilah fitur yang paling dibutuhkan pengguna. Fitur Discover disebutnya sebagai salah satu fitur yang tidak terlalu krusial untuk aplikasi bagi para milenials
Strategi Facebook menjiplak fitur Snapchat dan menerapkannya di Instagram berbuah manis.
Berkat meniru Snapchat, Instagram kini berhasil mendulang pengguna jauh lebih banyak ketimbang aplikasi besutan Evan Speigel tersebut.
Fitur ‘Story’ merupakan fitur khas Snapchat yang membuat nama mereka dikenal luas.
Saking populernya fitur tersebut, ketika Instagram menerapkannya dan terang-terangan mengaku mereka menjiplak Story dari Snapchat, orang-orang seakan tak peduli.
Bahkan Story juga diadopsi ke platform Facebook dan WhatsApp.
Hal itu bisa terlihat dari jumlah pengguna Stories di Instagram yang mencapai dua ratus juta orang per hari.
Angka itu bahkan melebihi jumlah pengguna aktif di aplikasi Snapchat secara keseluruhan yang hanya enam puluh juta orang per hari.
Sheila , pengguna Instagram Stories dan Snapchat, mengaku baru saja menghapus aplikasi Snapchat. Keputusannya dibuat karena teman-teman di akun Snapchat miliknya telah hijrah menggunakan Story di Instagram.
“Karena makin sedikit yang pakai, kalau di Snapchat juga makin sedikit yang update,” aku Sheila, seperti dikutip dari Bloomberg.
Namun bagi sebagian orang, Snapchat tetap tak tergantikan. Berdasarkan laporan riset App Annie, aplikasi Snapchat punya pengguna loyal yang khas.
Riset selama kuartal empat tahun lalu itu menyebut pengguna Snapchat tidak begitu dekat dengan produk Facebook.
Sebanyak 35 persen pengguna Snapchat di Amerika Serikat (AS) tidak menyentuh Facebook dan 46 persen di antaranya tidak aktif di Instagram. Selain itu, 61 persen di antaranya juga tak menonton YouTube setiap hari.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa Snapchat sebagai aplikasi lebih dekat dengan pribadi pengguna. Zanidia adalah salah satu pengguna Snapchat yang masuk kriteria yang disebut di dalam riset di atas.
Perempuan yang berprofesi karyawan swasta ini mengaku menyukai Snapchat karena bersifat lebih intim dengan orang-orang yang ia kenal.
“Snapchat lebih personal, teman-teman dekat saja,” kata Zanidia.
Menurutnya Snapchat punya jenis audiens yang tak besar namun sesuai dengan seleranya ketimbang Instagram yang terlalu ramai. Zanidia juga tidak akrab dengan Facebook karena ia tak suka tampilan antarmuka jejaring sosial itu.
Harry Kargman, CEO dari Kargo -perusahaan yang bergerak di periklanan mobile untuk media, menyebut Snapchat punya daya tawar yang unik yang akan membuat mereka tetap bertahan.
“Apa kalian ingin di dalam lingkungan yang aspiratif seperti di Instagram atau di lingkungan yang nyata, sepantar, seperti di Snapchat?” kata Kargman.
Seperti yang dilaporkan Bloomberg, Kargman menilai Snapchat berbeda dengan komplotan Facebook karena tak punya fitur ‘like’ atau ‘share’. Perbedaan itu cukup mendasar karena konten yang berseliweran di Snapchat hanya bertahan sementara, tidak seperti Facebook ataupun Instagram.
“Keduanya punya tujuan yang sangat berbeda,” pungkasnya.