YouTube melaporkan telah menghapuskan lima puluh delapan juta video dan dua ratus dua puluh empat juta komentar yang masuk sebagai kategori spam pada kuartal ketiga tahun ini.
Penghapusan konten dan komentar yang melanggar kebijakan perusahaan merupakan upaya memenuhi permintaan pemerintah di berbagai negara.
Komisi Uni Eropa mengancam akan menjatuhkan denda bagi perusahaan teknologi jika jika tidak segera menanggalkan konten ekstrimis dalam waktu satu jam.
Sementara pemerintah India dalam sebuah kesempatan memberikan waktu maksimal 36 jam bagi perusahaan teknologi untuk menurunkan konten tidak pantas.
Diwartakan Reuters, pada September 90 persen dari video yang dihapus 10.400 diantaranya berisi kekerasan, 279.600 video terkait keamanan anak.
YouTube menyebut mayoritas konten yang dihapus berisi spam. Alat pendeteksi otomatis diterjunkan untuk mengidentifikasi konten spam, ekstrimis, dan pornografi.
Kendati demikian, YouTube mengakui jika teknologi pendeteksi otomatis tergolong baru dan tak selalu efektif.
Untuk itu, pihaknya masih mengandalkan laporan pengguna ketika menemukan video atau komentar yang berpotensi sebagai spam. Dengan cara ini, moderator akan mengevaluasi terlebih dahulu sebelum menghapusnya.
Sejauh ini, YouTube tercatat sudah menghapus satu juta lebih channle dan sekitar lima puluh juta video.
Hampir delapan puluh persen channel yang dihapus memiliki konten spam, tiga belas persen diantaranya mengandung unsur pornografi, dan empat puluh lima persen terkait keamanan anak.
Dalam satu kuartal, YouTube mencatat ada miliaran komentar dari penggunanya.
Sebelumnya Twitter juga telah bersih-bersih dari spam
Dan Twitter mulai melakukan upaya ‘bersih-bersih’ akun bot yang ada di platform mereka.
Untuk memaksimalkan upaya ini, Twitter akan meminta pengguna barunya menyertakan informasi alamat surel dan nomor ponsel saat membuat akun.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah bertambahnya akun palsu, terutama yang melibatkan bot.
“Ini adalah hal penting untuk dilakukan demi melindungi Twitter dari orang-orang yang mencoba memanfaatkan keterbukaan Twitter untuk mencari keuntungan sendiri,” ujar dua orang eksekutif Twitter, Del Harvey dan Yoel Roth, seperti dilansir AFP.
Perusahaan yang didirikan oleh Jack Dorsey ini berencana memberlakukan aturan tersebut sebelum akhir 2018. Twitter berjanji aturan baru ini tidak akan merugikan calon-calon pengguna barunya.
Harvey dan Roth menegaskan pihaknya mulai mengambil langkah lebih lanjut untuk membersihkan akun spam dan bot dari platform mereka.
Selain itu, pihaknya juga tengah berupaya menutup celah yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi akun-akun tersebut.
“Kami menggunakan sebuah sistem yang dapat melihat aktivitas akun yang mencurigakan, seperti mengirim cuitan dalam jumlah besar menggunakan tagar yang sama, atau terus-menerus melakukan mention tanpa balasan dari akun yang di-mention,” tutur Harvey dan Roth.
Twitter memastikan juga akan mengerahkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) untuk mengecek aktivitas akun demi menyingkirkan konten spam dan akun-akun palsu tersebut.
Menurut catatan perusahaan, pada Mei lalu Twitter menemukan lebih dari sembilan koma sembilan juta akun yang diduga dikendalikan oleh bot dan dipakai untuk menyebarkan konten spam.
Upaya tersebut dilakukan untuk menutup akun bot dan spam, termasuk cuitan yang dianggap melanggar kebijakan perusahaan.