Facebook memotori, bersama Google dan Twitter, menghapus konten kebencian di layanan masing-masing sebagai upaya memerangi rasialisme di Internet.
Kebijakan Face bersama Google dan Twitter itu merupakan jawaban atas kehadiran para pengungsi di Jerman dan berbagai belahan dunia
Sebelumnya, Facebook diserang karena kebijakan kontennya.
Menurut banyak organisasi, perusahaan dan penggunanya Facebook dianggap terlalu lemah dalam melawan konten kebencian dan kekerasan.
Awal bulan ini, jejaring sosial tersebut akhirnya melarang peredaran video pemenggalan kepala, tetapi masih memungkinkan sejumlah besar konten kontroversial beredar yang umumnya berbau gender.
Karena alasan itu, lebih dari selusin nama besar perusahaan telah menarik iklan mereka dari jejaring sosial itu.
Kemarin, Facebook mengumumkan bahwa karena kritikan ini mereka akan segera membuat perubahan pada kebijakan kontennya, yang mencakup merevisi materi yang akan ditinjau ulang oleh tim.
Kebijakan ini akan dimulai dari mengevaluasi konten, melatih tim dengan pedoman baru, membangun komunikasi yang lebih baik dengan organisasi.
Mereka juga menjanjikan akan merangkul pengguna untuk lebih bertanggung jawab atas konten kontroversial yang diperbolehkan diposting di Facebook.
Perubahan tersebut mendapat sambutan baik dan mendapatkan pujian dari beberapa organisasi dan penggunanya.
Tetapi aksi ini bisa dibilang sedikit terlambat, lebih dari dua belas pengiklan menghapus iklan mereka dari jejaring sosial ini karena iklan mereka ditampilkan bersebelahan dengan konten yang menyinggung, kontroversial dan kebencian.
Meskipun begitu, Nissan adalah perusahaan terkenal yang mengatakan akan memasang iklan kembali di situs web ketika Facebook mengumumkan perubahan itu kemarin.
Menurut Associated Press, banyak pengiklan Facebook dihujani dengan lebih dari lima ribu email kolektif atas permintaan kampanye dari Perempuan, Aksi dan Media.
Menurut organisasi tersebut banyak konten yang tidak pantas di Facebook yang diizinkan untuk tetap fokus pada mendukung dan mengejek kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.
Direktur Eksekutif Wanita, Aksi dan Media Jaclyn Friedman mengatakan bahwa Mereka sangat senang dengan komitmen yang dibuat Facebook.
Ini tentang melangkah maju dan menjadi pemimpin industri.
“Menurut Facebook, perubahan itu akan segera berlaku efektif secepatnya.”
Kebijakan ini amat melegakan pemerintah Jerman.
Ssejak beberapa waktu lalu Jerman telah mendekati ketiga perusahaan ini, agar mereka menghapus komentar kebencian dalam bahasa Jerman karena negara itu dimasuki satu juta pengungsi tahun ini.
Menteri Kehaikam Jerman, Heiko Maas mengatakan, perjanjian pemerintah dengan tiga perusahaan teknologi ini bakal memudahkan pengguna atau kelompok anti-rasial dalam melaporkan konten yang mengandung kebencian dan rasialisme.
“Ketika konten itu adalah ekspresi kriminal, hasutan, hasutan untuk melakukan tindak pidana yang mengancam orang, maka konten itu harus dihapus dari Internet,” kata Maas.
“Dan kami sepakat bahwa penghapusan dilakukan dalam waktu 24 jam,” lanjutnya, seperti dikutip dari Reuters.
Di Jerman, saat ini Facebook, Twitter, dan media sosial lain dimanfaatkan untuk menyalurkan pidato atau komentar anti-asing dan rasialisme terhadap pengungsi.
Pada November lalu, pihak berwenang melakukan penyelidikan kepada Facebook setelah sejumlah politisi dan selebritas Jerman menyuarakan keprihatinan atas komentar anti-asing.
Martin Ott, direktur pelaksana Facebook untuk kawasan utara, tengah, dan timur Eropa yang berbasis di Hamburg, disebut sebagai pihak yang mestinya bertanggung jawab dalam kasus rasial dan kebencian sosial itu.
Martin diperiksa oleh pengadilan sebab dinilai gagal menyingkirkan konten yang mengandung ujaran kebencian.
Facebook telah menjalin kemitraan dengan kelompok bernama FSM untuk memonitor publikasi datau komentar sebagai upaya melawan rasialisme.
Kanselir Jerman, Angela Merkel, mendorong Facebook untuk mengatur soal pernyataan kebencian secara lebih teliti lagi
Sementara otoritas hukum di sana juga berencana menugaskan tim khusus yang bekerja sama dengan jejaring sosial seperti Facebook dan penyedia layanan internet semata-mata untuk mengidentifikasi publikasi kriminal secara cepat agar segera ditindaklanjuti.