Site icon nuga.co

Hati-hati “Bermain” Emas di Tahun 2014 Ini

Dua kutub analis berbeda tajam dalam menyikapi perilaku perdagangan emas tahun ini. Satu kubu mengatakan, emas akan menjadi “save haven” yang menguntungkan karena masa kritisnya telah terlewati di tahun 2013 lalu. Sementara itu, kubu lainnya mengingatkan para investor, emas akan menemukan perjalanan titik terendahnya di tahun 2014.

Di awal tahun, Januari hingga akhir Februari, emas sudah menunjukkan keperkasaanya lewat pulihnya kembali harga jualnya di pasar komoditi logam mulia, walau pun belum sampai pada tingkat tertingginya.

Sebuah perusahaan investasi, Coutts mencatat emas telah menjadi aset berkinerja terbaik tahun ini. Sejak terpuruk dari level terendahnya tahun lalu, emas mengalami rally tahun ini dengan kenaikan hingga sepuluh persen sampai saat ini.

Beberapa analis memang masih melihat fluktuasi tinggi yang bisa terjadi pada harga emas. Sebut saja kepala kelas aset UBS, Dominic Schnider. Dia mengatakan reli emas bisa saja berakhir dengan tragis. Pasalnya, harga emas serta perak bahkan bisa merosot dua digit tahun ini.

“Beberapa pembelian yang telah kita lihat baru-baru ini tidak benar-benar didorong oleh fundamental, tetapi lebih didorong karena momentum, yang sekarang harus kehabisan tenaga. Jadi kita akan melihat penurunan dua digit logam mulia tahun ini,” kata Schnider seperti dilansir dari CNBC.

Emas memang diperdagangkan mendekati level tertinggi empat bulanan di perdagangan Asia kemarin, dan diperdagangkan di USD1.340 per troy ons. Kekhawatiran pemulihan ekonomi AS dan kekacauan politik di Ukraina menghidupkan kembali fungsi emas sebagai safe haven.

Kinerja logam mulia tahun ini memang jauh dari penurunan tahun lalu, kala itu terjadi kiamat pada harga emas, lantaran the Federal Reserve memangkas stimulus moneternya. Logam mulia ini terjun 34 persen dari April sampai Juni.

Program pelonggaran kuantitatif The Fed dan kebijakan suku bunga ultra- rendah telah menjadi salah satu pendorong utama kekuatan emas dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun perputaran logam mulia jelas tahun ini, namun prospek emas jelek sekali, karena investor memandang lebih positif pada ekonomi global.

Schnider memperkirakan harga emas akan jatuh ke USD1.050 per troy ons pada akhir tahun ini. Menurutnya, pada kuartal II tahun ini, harga obligasi AS tenor 10 tahun Treasury akan naik lebih cepat daripada kebanyakan yang diharapkan. “Dan dolar AS akan menguat, kami melihat sebuah lingkungan di mana ekuitas terus melakukannya dengan baik,” katanya.

Salah satu faktor bullish adalah meningkatnya permintaan dari China, yang melampaui India sebagai importir terbesar emas. Asosiasi Emas China mengungkapkan tingkat konsumsi emas China pada 2013 mencapai rekor, dan diperkirakan telah meningkat 41 persen menjadi 1.176 metrik ton dari tahun sebelumnya .

“Kami percaya bahwa pasar fisik yang mendasari telah membuat penyesuaian dan terjadi modernisasi dalam produksi primer dan recycle,” kata analis di Sydney Fat Prophets, kata David Lennox.

Dia melihat emas mungkin berakhir di USD1.350-USD1.400 per troy ons tahun ini. Menurutnya, pemerintah AS akan segera mengalihkan perhatiannya kembali untuk mengatasi defisit anggaran lagi, mau tidak mau menempatkan tekanan pada dolar AS dan meningkatkan emas sebagai hasilnya.

Sementara itu kubu yang optimis akan kenaikan harga emas, menyatakan, harga emas dunia diperkirakan akan melambung tahun ini setelah sejak 2013 lalu lesu. Jatuhnya harga emas tahun lalu dimanfaatkan negara Timur, terutama China, untuk mulai kembali mengisi pundi-pundi emasnya.

World Gold Council baru saja merilis laporan Tren Permintaan Emas 2013 pertengahan Februari ini. Laporan ini memberikan perkiraan permintaan emas di berbagai sektor pada tahun 2013.

“Mereka akan siap menampung berapa pun emas yang dijual oleh negara-negara Barat, sehingga harga emas diperkirakan akan tetap terjaga tidak akan jatuh sampai melewati US$ 1.200/toz karena begitu harga menyentuh di level tersebut, pembelian akan marak dan membuat harga kembali naik,” kata Marketing Manager Logam Mulia Antam Bambang Wijanarko. Kamis pagi 27 Februari 2014.

“Banyak analis akhirnya merubah prediksi pergerakan emas ke depan dari trend bearish menjadi bullish,” tambahnya.

Pada dua sektor lainnya yaitu di ETF dan Official Sector (Bank Sentral Negara), permintaan emas terlihat turun bahkan di ETF terjadi negative growth atau penjualan emas besar-besaran.

Pada tahun 2012 terjadi net buy sebesar 279 ton di ETF sedangkan di 2013 terjadi penjualan besar-besaran emas di ETF sehingga terbukukan net sell emas sebesar 881 ton di ETF.

Hal ini terjadi seiring membaiknya prospek ekonomi AS menurut beberapa pengamat yang mengakibatkan para investor berbondong-bondong mengatur ulang portofolio investasinya dengan melepas emasnya di ETF dan menanamkan kembali uangnya di pasar saham dan mata uang.

Bank Sentral beberapa negara tetap membeli emas untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka di 2013, namun terlihat ada sedikit penurunan, di 2012 Bank Sentral membukukan net buy emas sebesar 544 ton, di 2013 hanya 369 ton.

Namun demikian angka ini belum termasuk kemungkinan adanya penambahan cadangan devisa berupa emas oleh Bank Sentral China, karena sampai dengan saat ini pada laporan resminya, cadangan emas mereka disebutkan tidak mengalami perubahan dibanding 2012, padahal banyak pihak meyakini mereka menambah banyak cadangan emas di Bank Sentral-nya namun belum dilaporkan.

Exit mobile version