Para pengamat pasar uang di di New York, Amerika serikat, memprediksi harga emas sepanjang tahun ini akan melanjutkan lompatannya dan bisa lebih mahal tiga puluh persen di banding dengan harga tahun lalu.
Salah satu dari pengamat itu, Jeff Gundlach, CEO DoubleLine Capital menyebutkan, harga emas diperkirakan akan bergerak di level US$ 1.400 per ounce.
Dengan harga tersebut, investor mendapatkan keuntungan sekitar tiga puluh persen dari harga emas saat ini sebesar US$ 1.090 per ounce.
Harga emas sudah jatuh dalam beberapa waktu terakhir, dan sudah reli sejak awal tahun karena investor mencari tempat berlindung untuk mengamankan asetnya di tengah kondisi pasar saham yang volatile.
Akhir-akhir ini, harga emas memang perlahan naik, prediksi Gundlach tepat.
Gundlach merupakan salah satu analis yang mampu memprediksi dengan tepat.
Sebelumnya, dia juga sempat memperkirakan harga minyak akan anjlok di dua tahun silam, kemudian ia juga memprediksi obligasi mengalami turbulensi di tahun lalu.
Prediksinya itu tepat. Makanya, dia dijuluki ‘New Bond King’.
“Terlalu banyak masalah di dunia ini. 2016 tidak melihat semuanya berjalan baik,” kata Gundlach seperti dilansir CNN, Jumat, 12 Februari 2016.
Meski demikian, prediksi Gundlach tidak selalu tepat sasaran. Tahun lalu, ia memperkirakan harga emas akan naik, tapi nyatanya tidak terjadi, emas justru anjlok ke posisi terendahnya dalam enam tahun terakhir di Desember 2015.
Gundlach memprediksi China akan kembali mendevaluasi mata uangnya. Devaluasi yuan berimbas pada anjloknya bursa saham China.
Di pasar saham AS, Gundlach menyebutkan, investor bisa melakukan posisi beli saat pasar saham dalam kondisi ‘bearish’.
Hari ini, Jumat, 12 Februari 2016, harga emas sudah melonjak lebih dari empat persen atau ke posisi tertinggi dalam satu tahun.
Hal ini dipicu kekhawatiran tentang ketidakpastian kondisi keuangan, pelemahan dolar dan imbal hasil treasury yang kurang menarik.
Saat ini investor lebih memilih untuk mencari perlindungan pada logam mulia.
Para pedagang mengatakan kekhawatiran ketidakstabilan keuangan dipicu merosotnya saham perbankan Eropa ke posisi terendah dalam beberapa tahun, dengan memuncaknya kekhawatiran tentang pertumbuhan profitabilitas bank dan tingkat suku bunga yang rendah.
“Pencari logam mulia bergerak kembali. Kami merekomendasikan klien untuk menambahkan emas dalam portofolio mereka sebagai asuransi, jika kondisi benar-benar berubah buruk,” kata Analis Julius Baer Carsten Menke.
Harga emas mulai turun sejak Mei tiga tahun silam, ketika mantan Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke pertama kali menyebutkan akan mengurangi pembelian obligasi bulanan.
Ini membuat pasar mulai berpikir tentang kenaikan tarif suku bunga yang lebih tinggi.
Tapi harapan tentang laju kenaikan suku bunga telah turun.
Ini diperkuat pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen yang mengatakan pasar kredit dalam kondisi ketat, pasar keuangan stabil, dan ketidakpastian atas pertumbuhan ekonomi China telah menaikkan risiko bagi perekonomian AS.
Volatilitas harga emas melonjak ke posisi tertinggi dalam lebih dari satu tahun karena investor menempatkan taruhan bahwa harga akan memperpanjang relinya baru-baru.
“Investor kembali ke emas sebagai diversifier inti dan investasi safe haven,” kata Kepala Penelitian ETF Securities James Butterfill dalam sebuah catatan.
Menurut dia, kondisi investasi dan lingkungan ekonomi kian menantang. “Kami berharap tren ini terus berlanjut,” dia menambahkan.
Kenaikan suku bunga secara bertahap disesuaikan dengan kebijakan moneter. Ia juga menekankan kondisi global melemah juga dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS.
Dalam kesaksikan pertama Yellen ke Kongres, ia menuturkan kalau pengetatan kondisi keuangan dan ketidakpastian atas China menimbulkan risiko pemulihan ekonomi AS.
Namun kemungkinan tipis bank sentral AS membalikkan siklus pengetatan.
Perlambatan kenaikan suku bunga AS dapat membantu harga emas.
“Tren jangka pendek adalah berbalik untuk harga emas setelah Yellen menyatakan kenaikan suku bunga AS secara bertahap ke depan,” ujar Kepala Riset ActivTrades Carlo Alberto de Casa, seperti dikutip dari laman Reuters
“Kami tidak mengharapkan kenaikan suku bunga sebelum Juni tetapi fokus pada kondisi keuangan,” ujar Maritza Cabezas, Ekonom Senior ABN Amro.
Sementara itu, Analis Internasional FC Stone Edward Meir menilai, harga emas dapat kembali menguat seiring pelaku pasar khawatir terhadap bursa saham global dan dolar AS melemah.