Hanya butuh sembilan hari bagi Pokemon Go untuk bisa melibas kehebatan unduhan game Color Switch. Dalam sembilan hari itu Pokemon Go telah diunduh sebanyak tujuh puluh lima juta kali.
Untuk mencapai unduhan itu, Color Switch nutuh waktu tujuh puluh tujuh hari.
Ya, belum ada satu bulan Pokemon Go diluncurkan game besutan Niantic ini telah mendapat perhatian besar secara global. .
Firma analisis Sensor Tower, hari ini, Selasa, 26 Juli 2016, memaparkan jumlah unduh Pokemon Go di platform Android dan iOS sudah menyentuh angka tgujuh puluh lima juta kali . Lebih rinci, hanya butuh sembilan hari hari bagi game berbasis teknologi GPS dan augmented reality itu untuk menembus lima puluh juta juta unduh. Pokemon Go juga tercatat telah mengalahkan Clash Royale hasil gubahan Supercell yang total unduhnya sepuluh juta saja. “Pokemon Go berhasil kalahkan game yang diluncurkan pada 2016 ini, termasuk Clash Royale milik Supercell dalam pertarungan lima puluh juta unduh skala global,” terang pimpinan mobile insight Sensor Tower Randy Nelson, seperti dikutip dari Venture Beat. Ia melanjutkan, “Clash Royale dirilis empat bulan lebih dulu dari Pokemon Go, dan game itu masih dalam proses menuju pencapaian 50 juta unduh. Pun begitu dengan game mobile lainnya.” Pada dasarnya, yang membuat Pokemon Go begitu mengesankan adalah segala pencapaiannya itu bersifat organik. Game itu tidak memasang iklan mahal di televisi, serta baik iOS maupun Google sampai sekarang tidak menempatkannya di halaman depan App Store dan Play Store. |
Masih menurut Sensor Tower, paling tidak Candy Crush Jelly Saga berhasil diganjar 50 juta unduh setelah dirilis tiga bulan lamanya, namun itu pun berkat bantuan banyak iklan di sana-sini.
Nelson memprediksi, seiring diluncurkan Pokemon Go di banyak negara untuk ke depan, bukan tidak mungkin game ini menyabet angka seratus juta juta unduh hanya dalam kurun waktu enam puluh hari sejak dirilis pertama kali.
Terlebih Pokemon Go berencana memberi sejumlah pembaruan untuk para penggunanya.
Nama John Hanke meroket bersamaan dengan Pokemon Go karena perusahaan yang didirikannya, Ninatic, adalah satu dari tiga perusahaan yang terlibat mengembangkan game tersebut. Di balik Niantic terdapat talenta berbakat dalam teknologi geospasial serta GPS, yang kemudian diaplikasikan dalam game berbasis augmented reality.
Niantic awalnya adalah sebuah startup di dalam perusahaan Google. Perusahaan asal San Francisco, California, AS, itu didirikan pada 2010 dengan nama Niantic Labs oleh John Hanke sebagai CEO. Ya, Hanke adalah seorang veteran Google.
Ia menjadi salah satu pendiri perusahaan visualisasi data geospasial Keyhole Inc., yang diakuisisi dan “dibunuh” Google pada 2004 demi mengembangkan fitur Google Earth.
Setelah Keyhole diakuisisi, Hanke menghabiskan beberapa tahunnya di Google sebagai wakil presiden manajemen produk untuk divisi “Geo” yang meliputi Google Maps, Google Earth, Local, StreetView, SketchUp, dan Panoramio.
Ia mengemban tanggung jawab besar mengembangkan data spasial Google Maps sebelum mendirikan Niantic.
Perjalanan hidup Hanke membuatnya punya pengalaman panjang nan kuat dalam teknologi pemetaan digital, navigasi, dan bisa dibilang geografis Bumi. Semua itu terhubung dengan satelit Global Positioning System (GPS).
Niantic memutuskan untuk ‘bercerai’ dengan Google saat raksasa teknologi itu mengubah struktur organisasinya dan memiliki perusahaan induk bernama Alphabet. Berpisahnya Niantic dengan Google semata-mata agar ia bisa berdiri sendiri pada 2015.
Di tahun yang sama, Niantic mengumumkan sedang dalam proses pengembangan game Pokemon Go dengan Nintendo dan Pokemon Company untuk perangkat Android dan iOS. Dua perusahaan itu memberi dana segar US$30 juta ke Niantic pada Oktober 2015.
“Game ini (Pokemon Go) tujuannya untuk memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan nyata,” ujar Hanke kepada Business Insider.
Hanke menginginkan para gamer bermain secara aktif, dalam arti tidak hanya duduk di toilet atau bermalas-malasan di tempat tidur.
Maka ia turut mengembangkan Pokemon Go yang konsepnya mampu menyeret kaki gamer keluar rumah untuk memburu monster-monster imut dan memasukkannya ke dalam bola Pokeball.
Hanke punya harapan besar agar para pengguna Pokemon Go tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut nampaknya terwujud, sebab gamer Pokemon Go rela pergi keluar rumah, berjalan kaki, ‘berpetualang, hingga kenalan dengan orang baru.
Sebelum Pokemon Go lahir, Niantic sebetulnya sudah dikenal sebagai pengembang game Ingress. Ia merupakan game berbasis perangkat mobile yang menantang para gamer untuk mengeksplorasi dunia dan menguasai tempat-tempat tertentu sebagai kawasan miliknya.
Ingress memanfaatkan teknologi augmented reality dan juga didasarkan pada pemetaan lokasi dengan GPS, yang mengajak pengguna mencari kekuatan virtual di tempat-tempat seperti museum, monumen, dan ruang terbuka publik.