Pertarungan dua raksasa bisnis media, CT Corp dan MNC Grup, untuk mendapatkan PT Visi Media Asia Tbk atau VIVA, semakin keras dalam beberapa hari terakhir ini, seiring dengan akan dilaksanakannya rapat umum pemegang saham media milik keluarga Aburizal Bakrie, yang menurut rencana akan dberlangsung Rabu, 5 Juni 2013. Menurut berita yang beredar MNC Grup milik Hary Tanoesoedibjo memiliki peluang paling kuat untuk mendapatkan aset “bertelur emas” tersebut.
Kalau Hary Tanoe yang akan dimenangkan apakah ia bisa memenuhi harapan Bakrie? Sebagaimana diketahui, Grup Bakrie saat ini sedang membutuhkan dana yang cukup banyak untuk menebus saham Bumi Resources di Bumi PLC. Oleh karenanya, dia berencana melepas bisnis medianya untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan.
Sejauh ini sudah ada dua taipan yang siap mencaplok aset Bakrie tersebut, yaitu Hary Tanoesoedibjo dari MNC dan Chairul Tanjung dari CT Corp.Satrio Utomo, Head of Research Universal Broker Indonesia, menjelaskan ada beberapa hal yang bisa ditimbang untuk “menebak” siapa yang potensial menjadi pembeli VIVA.
Menurutnya, Hary Tanoe memiliki profil yang rasional. Dia akan membeli aset-aset dengan harga yang murah, termasuk dalam membeli VIVA. Saham VIVA pada perdagangan hari ini ditutup di posisi Rp 470 per saham atau naik 1,08 persen dari sehari sebelumnya.
“Jika Hary Tanoe jadi membeli VIVA, pastinya harga yang akan diajukan ke Bakrie di bawah harga pasar hari ini, ya, paling sekitar Rp 450 per saham. Hary Tanoe akan memberikan harga yang murah kepada Bakrie,” ujarnya.
Chairul Tanjung dinilai lebih royal ketimbang Hary Tanoe. Dalam beberapa akuisisi, dia berani menghargai perusahaan yang dibelinya dengan harga yang cukup tinggi. “Bahkan bisa dibilang harga yang diajukan CT kerap bisa dibilang tidak rasional,” lanjut Satrio. Dia mencontohkan akuisisi Detik.com dengan harga yang jauh lebih tinggi dari nilai buku perusahaan.
“Secara teori, penjualan VIVA kepada Chairul Tanjung lebih menguntungkan Bakrie ketimbang menjualnya ke Hary Tanoe,” lanjut Satrio Utomo.Namun, dia tidak menampik ada faktor lain yang menyebabkan Bakrie lebih memilih Hary Tanoe. Sebagaimana diketahui, belakangan ini Hary Tanoe menjadi “pembeli setia” aset-aset yang dijual Bakrie sehingga ada kedekatan di antara keduanya.
“Bisa saja ada kedekatan perusahaan Bakrie dengan MNC. Dengan menilik langkah-langkah MNC yang belakangan ini meniru Bakrie, seperti halnya melakukan rights issue melalui non-preemptive rights, MNC semakin terlihat dekat Bakrie karena model bisnis yang dijalankannya sudah mirip Bakrie,” lanjutnya.
Rencana penjualan saham PT Visi Media Asia Tbk yang menguasai stasiun televisi Anteve, TV One dan portal Viva.co.id mendapar perhatian khusus dari Komisi Penyiaran Indonesia. “Kami masih menunggu aksi korporasi terjadi. Kalau terjadi, barulah kami akan memberi legal opinion,” kata Komisioner KPI Iswandi Syahputra..
Menurut dia, kondisi itu seperti dalam akuisisi stasiun televisi Indosiar oleh PT EMTK (Elang Mahkota Teknologi) yang juga menguasai saham stasiun televisi SCTV. Ia mengatakan, salah satu dasar hukum kajian adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. “Terutama yang mengatur tentang pemusatan kepemilikan,” ujarnya.
Selain itu, di Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Swasta melarang monopoli dan penguasaan informasi pada satu orang atau perusahaan.
Iswandi mengakui, transaksi jual beli tersebut bersifat bisnis semata. Namun, ia mengingatkan, dampak dari transaksi bisnis itu ke perizinan yang dimiliki.
Ia menegaskan, kalau perusahaan tidak mampu mengelola izin frekuensi yang diberikan, sebaiknya dikembalikan ke negara selaku pemilik.
Seperti diberitakan, Komisaris Utama PT Visi Media Asia Tbk Anindya Bakrie tidak membantah, tetapi juga tidak membenarkan mengenai minat Chairul Tanjung untuk memborong 100 persen saham Hingga saat ini, Anindya mengaku bahwa kinerja VIVA masih gemilang. Dari laporan belum audit, pendapatan VIVA di kuartal I-2013 saja sudah meningkat sekitar 40 persen.
Seperti diberitakan, Chairul Tanjung akhirnya buka suara terkait pembelian VIVA. Orang terkaya kelima di Indonesia ini mengaku ingin membeli saham pengendali VIVA seorang diri secara tunai. “Kami salah satu penawar utama. Kami mengajukan proposal untuk membeli semuanya, saku saya masih dalam,” ucap Cahirul beberapa waktu lalu.
“Hanya kami yang bisa membayar tunai 100 persen, tapi masih belum ada kesepakatan,” kata Bos CT Corp ini.
Chairul mengatakan, CT Corp akan mencari pinjaman baru untuk membeli tunai saham perusahaan media milik keluarga Bakrie itu. Namun, ia menolak menyebutkan berapa nilai yang akan dipinjamnya. Keluarga Bakrie memasang valuasi VIVA 1,2 miliar dollar AS – 2 miliar dollar AS.
Namun, menurut sumber-sumber Reuters, tampaknya nilai penjualan VIVA sekitar 1,8 miliar dollar AS. Padahal, kapitalisasi pasar VIVA hingga pekan ini hanya sekitar 800 juta dollar AS. Jika rencana akuisisi tersebut mulus, CT Corps bakal mengontrol 4 stasiun televisi, sehingga menguasai lebih dari 40 persen belanja iklan media televisi yang nilainya mencapai 1,7 miliar dollar AS pada tahun 2011. Saat ini, CT Corp menguasai Trans TV dan Trans 7.