Site icon nuga.co

“Anak Sekolah” Yang Kalahkan Arsenal

Tahu siapa pemain West Ham United yang mengalahkan Arsenal?

Catat. Ia seorang “anak sekolah” dari Edmonton, London.

Kok…? Ya? Ia memang “anak sekolahan” dengan usia enambelasan. Tapi jangan anggap enteng.

Kapabilitasnya menundukkan tim sebesar dan sehebat Arsenal, di pekan pertama Premier League itu, membuat Recce Oxford, begitu nama lelaki jangkung kelhiran 16 Desember 1998 menjadi “pujaan” di media Inggris dan global.

Tahu?

Oxford, ternyata, belum lulus sekolah “high school” atau setingkat sekolah lanjutan atas kalau di Indonesia.

Sosok itu adalah Reece Oxford. Usianya masih enam belasan tahun, tapi kapabilitasnya menundukkan tim sebesar Arsenal membuatnya kini banyak mencuri perhatian.

Oxford kini menjadi bintang ternag di langit Liga Primer. Performa mengesankan di akhir pekan lalu membawa West Ham United mempecundangi Arsenal dengan skor dua gol tanpa balas.

Luar biasa mengesankan memang, mengingat Oxford baru akan mengetahui hasil ujian GCSE-nya dari Alexandra Park, sebuah sekolah di London Utara, pada minggu ini.

Tak pelak, sanjungan pun mengalir padanya.

Pelatih Slaven Bilic menyebutnya pemuda yang keren.

Bahkan pelatih asal Kroasia itu secara yakin menempatkan Oxford dalam starter West Ham, seakan mengetahui potensi dan kapabilitasnya, dan untungnya, terjawab dengan sangat baik.

Namun pertanyaan besarnya adalah siapa sebenarnya Oxford itu?

Bagaimana ia bisa menjadi salah satu pemain paling bersinar di minggu ini?

Di catatan Premier League, Oxford menjadi pemain termuda kedua dalam sejarah mereka.

Namun Oxford bukanlah pemain baru di kancah internasional.

Ia pernah tampil di ajang Liga Europa bersama West Ham saat menghadapi FC Lusitans, Birkirkara dan Astra Giurgiu.

Bahkan saat masih berusia lima belasan tahun, Sam Allardyce sempat memasukkannya dalam skuat cadangan West Ham saat menjalani laga melawan Sheffield United di Piala Liga pada Agustus silam.

Januari lalu, Oxford juga masuk dalam daftar pemain cadangan melawan Liverpool.

Melihat kepercayaan yang didapatnya, bukan tidak mungkin bila Oxford bisa menjadi andalan di sektor belakang West Ham sepanjang musim ini.

Catatan statistik laga melawan Arsenal, Oxford bisa mencatat akurasi umpan tertinggi buat West Ham dengan sembilan puluh lima persen, keandalan lain yang dimilikinya.

“Ia sudah memainkan posisi penting untuk mengamankan empat pemain belakang dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Untuk pemain yang baru berusia 16, ini seperti lelucon saja,” ujar Graeme Souness kagum.

Sama seperti Rio Ferdinand, Oxford kerap beroperasi sebagai pemain belakang di tim junior West Ham.

Ia juga merupakan jebolan akademi sepakbola West Ham. Oxford juga memiliki tinggi badan yang ideal untuk pemain belakang, sekitar seratus sembilan puluh centimeter.

Karena potensi tersebut, Oxford memenangi penghargaan Dylan Tombides Academy Player of The Year pada bulan Mei karena penampilannya bersama tim U-21.

Oxford juga menjadi kapten Inggris U17 saat tampil di Piala Eropa di Bulgaria beberapa waktu lalu.

Tak salah jika kemudian sejumlah tim mulai memasang antena untuk terus melacak dan mengikuti perkembangan Oxford.

Manchester United, Liverpool, Arsenal dan Chelsea kabarnya mulai mengirim pemantau bakat mereka untuk mengamati langsung performa Oxford.

Tottenham Hotspur bisa dikatakan menjadi tim yang paling menyesali keputusan mereka untuk tidak mempertahankan Oxford.

Pasalnya, Oxford sendiri memulai karir juniornya bersama The Lily White sebelum dilepas ke akademi sepakbola West Ham di usia tiga belasan

Kini, West Ham harus lebih mengawasi pemain mereka itu. Bukan hanya soal kontraknya yang akan berakhir pada musim panas mendatang, Oxford juga harus dilindungi dari terpaan media yang kerap mengubur potensi dan bakat pemain muda Inggris.

Dalam hal ini, banyak yang bisa dijadikan contoh. Ravel Morrison sempat tampil mengesankan pada Oktober dua tahun lalu, sebelum akhirnya sinarnya meredup seiring berjalannya waktu.

Josh McEachran dari Chelsea juga bernasib sama, padahal sempat difavoritkan sebagai gelandang pengganti Frank Lampard. Jack Grealish yang tampil sensasional bersama Aston Villa di musim lalu, kini hilang dan tak terdengar lagi namanya.

Jangan lupakan pula Luke Shaw, yang mungkin berada di rute yang sama dengan Calum Chambers menuju pada pemain dengan status ‘debutan yang meredup’.

Hanya saja, Bilic sudah memiliki rencana tersendiri untuk pemainnya itu.

Guna menjaga kualitas dan kompetitivitas Oxford, mau tidak mau, ia harus terus diuji di setiap sesi latihan, pertandingan dan setelahnya, lewat penegasan bahwa tak ada yang pasti di sepakbola, termasuk posisi di tim utama West Ham.

dari berbagai sumber

Exit mobile version