Martunis Sarbini, anak angkat Cristiano Ronaldo, gagal memperkuat PS TNI U-21 karena mengalami cedera lutut. Ia kini kembali ke Aceh untuk menjalani pemulihan cedera.
“Saat berlatih, cedera lututnya terasa kembali sehingga tidak bisa berlatih normal. Meski mendapat penanganan dari tim medis, Martunis memilih berobat di kampung halamannya di Aceh,” tulis rilis resmi klub.
“Martunis berangkat ke Aceh, Minggu kemarin.”
Martunis sendiri mulai mengalami cedera lutut ketika bermain di laga ekshibisi di Lapangan Atang Kopasus Cijantung beberapa waktu lalu.
Martunis, dua tahun silam, sempat direkrut Sporting Lisbon untuk masuk akademi Alcochete, tempat Ronaldo berkarier
Perekrutan Martunis, pada waktu itu, merupakan bagian dari kampanye Gala Honorary Sporting.
Akan tetapi, Martunis dilepas sejak pertengahan tahun lalu.
Dalam wawancaranya dengan Four Four Two tepat satu tahun lalu, Martunis mengatakan bahwa ia kesulitan beradaptasi dan terlambat mempelajari sepak bola ketimbang remaja-remaja lain yang sudah belajar mengolah si kulit bundar dari usia delapan tahun.
Martunis, pemuda asal Desa Syiah Kuala, Banda Aceh, selamat dari bencana tsunami satu dekade silam.
Bocah kelahiran 10 Oktober dua puluh tahun silam itu menjadi terkenal karena mampu bertahan hidup selama dua puluh satu hari sendirian saat bencana tsunami.
Lima belas Januari sepulouh tahun lalu itu, Martunis ditemukan penduduk Pantai Kuala dalam kondisi lemas.
Mereka kemudian menitipkan Martunis kepada kru televisi asal Inggris. Saat itu Martunis sedang mengenakan kostum ‘bajakan’ timnas Portugal.
Terenyuh dengan ketegaran Martunis, Cristiano Ronaldo kemudian mengunjunginya ke Indonesia dan menganggapnya sebagai anak angkat.
Martunis sempat menjadi fenomena sejak dijadikan anak angkat oleh Cristiano Ronaldo dan masuk tim junior Sporting CP.
Harapan pun sempat meninggi agar Martunis bisa meniti karier cemerlang di Portugal. Namun, asa itu menguap hanya kurun waktu setahun. Martunis dianggap belum layak untuk menghuni skuad Sporting CP.
Datang dalam usia delapan belas tahun dan terbilang telat untuk menimba ilmu sepak bola di Sporting CP, adaptasi Martunis pun tak berjalan mulus.
“Berada di Sporting CP 1 tahun sangat sulit, mengalami cedera selama empat bulan lebih dan kemudian harus adaptasi cuaca, makanan dan bahasa, semuanya itu butuh waktu dan proses,” tulis Martunis.
Ronaldo selaku ayah angkat Martunis pun tak bisa membantu banyak. Keputusan terkait nasib Martunis ada di tangan manajemen Sporting CP.
“Seluruh staf sporting mengatakan kepada saya ‘sangat sulit jika anda datang ke eropa untuk berlatih sepak bola karena usia anda telah memasuki delapan belas tahun. Sebenarnya anda harus datang ketika anda berumur delapan thn’,” lanjutnya.
Martunis memang sempat mendapatkan kesempatan menimba ilmu . Namun, kini dia sudah pulang ke kampung halamannya.
Meski terbilang gagal, Matunis mengaku bersyukur dengan pengalaman yang diraihnya.
“Sepak bola itu tidak mudah. Bagi saya inilah pengalaman yg sangat istimewa dalam hidup saya karena bisa berlatih di negara yg saya cintai setelah Indonesia. Muito Obrigado Sporting Clube de Portugal,” tutup Martunis.