Dua belas tahun menunggu, akhirnya, di Estadio da Luz, Lisbon Portugal, Minggu dinihari WIB, 25 Mei 2014, Real Madrid menemukan mimpinya mewujudkan raihan “Le Decima” ketika di final Champions League mengalahkan Atletico Madrid empat banding satu lewat laga melelahkan di perpanjangan waktu.
Hingga di pengujung waktu normal, Atletico masih bisa melawan “badai” serangan Real Madrid dan masih unggul satu gol lewat tendangan Diego Goldin.
Dan di ujung capaiannya yang menggetarkan dengan keunggulan satu gol, Sergio Ramos, libero paling impresif dan “brutal” Madrid membuat semuanya berantakan. Ia melakukan sebuah “safety touch” yang membuyarkan bayangan pesta Diego Simeone.
Sang libero menyamakan kedudukan menjadi satu-satu dan pertandingan dilanjutkan dengan perpenjangan waktu normal. Di situasi ini, Atletico Madrid ambruk dan tiga gol dilesatkan oleh Real Madrid.
Gelontoran tiga gol yang membanjiri gawang Atletico datang dari Gareth Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo, yang membuyarkan semua harapan banyak pengamat yang menginginkan ada tim baru yang datang lagi ke Champions League.
“Ini adalah final yang panas, sampai momen terakhir. Gol dari Sergio Ramos mencelakakan kami. Madrid telah menang, jadi mereka adalah juara yang pantas. Kami harus mengucapkan selamat kepada mereka,” ujar Simeone
“Kami harus mengucapkan selamat kepada mereka. Kami akan kembali tampil di final Liga Champions suatu hari nanti, jadi tak perlu khawatir. Ketika kami menang dan ketika kami kalah, kami bermain sebagai tim,” tambahnya.
Selain kalah, Atletico juga mengalami masalah lain. Pada menit kesembilan, penyerang Diego Costa mengalami cedera sehingga digantikan Adrian Lopez dan setelah gol Ronaldo, pelatih Diego Simeone diusir wasit Bjorn Kuipers karena berselisih dengan bek Madrid Raphael Varane.
Perselisihan antara Simeone dan Varane berawal dari tindakan Varane menendang bola ke arah Simeone. Simeone kemudian masuk lapangan mengejar Varane. Namun, pemain kedua kubu dan ofisial berhasil mencegah perselisihan menjadi semakin panas.
Atletico mengalami masalah saat laga baru berjalan kurang dari sembilan menit. Diego Costa yang bermain sebagai starter mengalami cedera sehingga digantikan Adrian Lopez.
“Itu menjadi tanggung jawab saya. Saya jujur telah membuat kesalahan,” jelas Simeone dengan singkat.
“Ini kekalahan menyakitkan karena Anda memberikan seratus persen kemampuan. Sekarang, kami ingin beristirahat untuk musim depan. Meski, saya bangga dengan para pemain. Saya katakan kepada para pemain untuk tidak bersedih. Mereka harus bangga dan berpikir untuk musim depan,” ujar Simeone.
“Saya tidak sedih dengan kekalahan ini. Dalam hidup, ada hari di mana Anda bisa mendapatkan segalanya, namun ada hari di mana Anda tidak mendapatkan apa-apa. Para pendukung harus bangga dengan musim yang luar biasa ini. Bukan saatnya untuk bersedih. Saya juga memberikan nilai besar untuk para pemain,” lanjut Simeone.
Sementara itu pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, menegaskan mendedikasikan trofi Liga Champions dengan Madridista.
“Saya sangat gembira karena kami berhasil meraih gelar juara yang sangat penting bagi Real Madrid. Kami sangat bangga meraih hasil ini,” ujar Ancelotti.
“Secara pribadi, saya merasa sangat gembira. Saya telah sering mengatakan, kegembiraan memberikan kegembiraan kepada mereka yang mendukung kami setiap saat. Suporter Madrid sangat gembira. Itulah kenapa kami juga bergembira,” tambahnya.
Bagi Ancelotti, keberhasilan Madrid menjuarai Liga Champions menjadikannya pelatih kedua setelah legenda Liverpool, Bob Paisley, yang meraih tiga trofi Liga Champions.