Site icon nuga.co

Jojon, Sang Pelawak Itu, Telah “Pergi”

Haji Jojon, sang pelawak dengan kumis “hitler,” celana komprang selutut dan memakai “gasper,” telah berpulang. Ia meninggal di rumah sakit Premiere Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis pagi, 06 Maret 2014.

“Iya benar, bapak sudah meninggal tadi pagi,” ungkap istri Jojon, Bunda Henny. Tak banyak kata-kata yang bisa diungkapkan ibu Henny “Almarhum dibawa ke rumah duka,” kata Henny singkat.

Bernama utuh Djuhri Masdjan, sang pelawak dkenal sebagai Jojon menjadi “trade mark” lawan di tahun tujuh puluhan. Ia tetap eksisi sebagai penghibur hingga akhir hayatnya.

Jojon, eh… Djuhri Masdjan, kelahiran 05 Juni 1947 hingga berita ini diturunkan masih berada di rumah sakit. Keluarga besar juga tengah berkumpul di rumah sakit tersebut.

Petugas yang tidak mau disebutkan namanya itu menyebut bahwa almarhum sudah beberapa hari dirawat di rumah sakit tersebut. Akan tetapi, tadi pagi pelawak yang dikenal dengan kumis lucunya itu mengembuskan nafas terakhirnya.

Customer Care RS Premiere, Siska, mengungkapkan pelawak, yang awalnya terkenal lewat Jayakarta Grup itu i masuk rumah sakit pada tanggal 3 Maret 2014. “Bapak Jojon langsung masuk UGD dan kemudian dirawat di ICCU,” ungkap Siska.

Siska tidak bisa menyebut apa penyakit yang diderita H Jojon hingga akhirnya harus dirawat di ICCU sehingga pagi tadi pukul 06.04 WIB, pelawak tersebut meninggal dunia.

“Kalau dalam catatan kami, Bapak Jojon ditangani dokter spesialis paru,” ungkap Siska

H Jojon merupakan pelawak senior yang dikenal melalui grup lawak Djayakarta Grup. Pria kelahiran enam puluh enam tahun lalu itu dikenal dengan kumis lucunya. Di grup lawak tersebut dia bersama Cahyono, Uuk sering tampil di TVRI dalam acara Aneka Ria Safari di era tahun 1980-an.

Beberapa waktu lalu, seblum meninggal, Jojon menjajal kemampuannya berakting dengan memerankan karakter antagonis. Dia kebagian peran sebagai pak Peter di film Badai di Ujung Negeri.

Sekian puluh tahun bergelut menekuni profesi pelawak, baru kali ini Jojon memerankan karakter antagonis. “Peran serius sudah beberapa kali, tapi antagonis ini yang pertama,” papar Jojon waktu itu.

Mantan personel Srimulat itu mengaku kesulitan karena harus menguasai dialog serius. Sebelumnya, pemilik nama lengkap Djuhri Masdjan terbiasa melawak dengan dialog yang terlontar atas improvisasi diri sendiri.

“Susahnya, dari sebelumnya kita tidak serius dan selalu membuat satu kelucuan, sekarang harus diam dan memberikan satu keseriusan. Harus belajar dulu, belajar dialog. Enggak bisa dibandingin langsung. Seorang pelawak lebih mudah improvisasi kalau lebih sering muncul,” imbuhnya.

Walau begitu, terselip harapan perannya kali ini bisa diterima masyarakat. Bukan Jojon sebagai pelawak, tapi Jojon sebagai Peter yang keras.

“Insya Allah bisa diterima. Kalau orang seniman enggak ada kapoknya mau dikasih peran seperti apa juga. Di hati saya, saya bisa. Karena susah juga ya, kita belum bergerak saja orang sudah ketawa,” tandasnya.

Exit mobile version