Gemuk?
Pasti Anda mempersepsikan kurang olahraga atau kurang gerak.
Betulkah?
Ya, tidak seluruhnya betul!
Dikutip dari “British Journal Of Sports Medicine,” para dokter mengingatkan Anda persepsi itu keliru.
Tidak semua kasus obesitas berasal kekurangan gerak.
Dr. Aseem Malhotra, ahli kardiologi, mengungkapkan, selama ini publik telah salah menilai bahwa obesitas disebabkan oleh gaya hidup sedentari atau kurang gerak.
Para dokter juga mengklaim bahwa obesitas telah melonjak dalam tiga puluh tahun terakhir, meskipun ada sedikit perubahan tingkat kegiatan fisik.
“Ini menjadi penyebab melebarnya lingkar pinggang kita secara langsung pada jenis dan jumlah kalori yang dikonsumsi. Kita tidak bisa menghindar dari akibat pola makan yang buruk,” kata Malhotra.
Gaya hidup kurang aktif memang bisa membuat kalori yang masuk kurang terbakar sehingga menjadi timbunan lemak. Tapi, ternyata bukan itu penyebab utama kegemukan, melainkan gula.
Para ahli kesehatan berpendapat, kelebihan asupan gula dan karbohidrat adalah pemicu peningkatan kasus obesitas di banyak negara.
Pola makan yang buruk dianggap lebih bertanggung jawab dalam timbulnya berbagai penyakit, daripada gabungan antara kurang aktivitas fisik, alkohol, dan rokok.
Mereka mengutip sebuah merk minuman soda yang mengaitkan produk mereka dengan olahraga, serta menunjukkan bahwa tidak apa-apa untuk mengkonsumsi minuman mereka selama Anda berolahraga.
Malhotra yang bekerja di Frimley Park Hospital, Surrey, Inggris, adalah penasihat kelompok Action on Sugar.
Profesor Susan Jebb, pakar obesitas, mengatakan bahwa dokter seharusnya menegaskan cara terbaik untuk menurunkan berat badan adalah kombinasi antara pola makan yang baik dan kegiatan fisik.
“Daripada membandingkan satu sama lainnya, seperti gula melawan lemak, diet melawan aktivitas, individu lawan populasi, kita perlu bertindak dari segala aspek,” ucap Jebb.
Jebb menambahkan, menangani obesitas tanpa memperbaiki aktivitas fisik akan sama seperti ‘mengikat satu tangan di belakang punggung’. Dengan kata lain, mengubah pola makan saja tapi kurang bergerak, hasilnya akan percuma.
Kelebihan gula tidak hanya obesitas atau pun diabetes, tapi juga membuat kulit cepat keriput.
Asupan gula yang terlalu tinggi pada makanan manis, dapat merusak kolagen kulit. Padahal, kolagen dibutuhkan untuk membuat kulit halus dan kencang.
“Kalau kebanyakan makan gula, produksi kolagennya enggak bagus. Kolagen jadi gampang rusak sehingga membuat orang lebih cepat mengalami penuaan,” ujar dokter Grace Judio Kahl.
Secara alami, produksi kolagen akan menurun seiring bertambahnya usia. Itulah mengapa, makin lama tubuh mengalami penuaan, termasuk bagian kulit yang terlihat secara fisik.
Namun, kebiasaan konsumsi makanan tinggi gula dapat mempercepat proses penuaan. Grace mengatakan, batasan konsumsi gula, yaitu maksimal empat sendok makan atau sekitar lima puluh gram per hari.
Banyak orang tak menyadari asupan gulanya berlebihan, apalagi jika selalu membeli makanan cepat saji. Selain gula, yang bisa membuat kulit cepat menua yaitu merokok atau terkena paparan asap rokok.
“Merokok membuat sel tubuh enggak bisa regenerasi dengan baik. Akhirnya timbul kerut-kerut, bikin terlihat tua, dan kulit kusam,” terang Grace.
Agar tetap awet muda, menurut Grace, terapkanlah pola makan dan gaya hidup sehat. Selain membuat wajah terlihat awet muda, juga menghindari dari risiko terkena penyakit degeneratif.