Site icon nuga.co

Kopi Itu “Candu” dari Efek Buruk Kafein

Kopi itu candu?

Ya. Siapa yang bisa membantahnya.

Misalnya Anda, atau siapa saja, yang memiliki ketergantungan dengan kopi dan bahkan merasa sakit karena jika tidak minum kopi dalam sehari.

Apakah ini wajar?

Sebuah tulisan di laman situs “boots.com,” langsung menjawabnya wajar.

Faktanya kopi memang memiliki kandungan kafein yang adiktif atau membuat candu.

Kafein adalah stimulan sistem syaraf pusat, dan dalam dosis standar atau rata-rata bisa menyebabkan ketergantungan fisik ringan.

Jika Anda mengonsumsi secara terus-menerus dan berkala bahkan dengan dosis yang lebih banyak setiap harinya, tidak heran pengaruh kafein dalam tubuh juga semakin terasa.

Kalau Anda berhenti minum minuman berkafein secara tiba-tiba setelah minum banyak minuman berkafein dalam jangka waktu lama, Anda mungkin memiliki gejala kesakitan.

Sebut saja sakit kepala, kelelahan, gelisah, mudah tersinggung atau mudah marah, sulit berkonsentrasi hingga depresi.

Meski memang minuman berkafein memiliki dampak buruk pada kesehatan fisik, namun tidak lebih parah dari alkohol dan obat-obatan terlarang dan bisa cepat disembuhkan.

Itulah mengapa, pada dokter atau ahli kesehatan dan peneliti menganggap ketergantungan kopi bukan merupakan kecanduan sejati yang sangat buruk untuk kesehatan.

Bagi sebagian orang, kopi bisa menjadi penyemangat di pagi hari. Bangun pagi tanpa menyesap kopi hangat, rasanya pasti tak nikmat.

Ada lagi orang yang mengandalkan kopi ketika semangatnya mulai menurun di siang hari. Mereka percaya, kopi bisa kembali meningkatkan gairah mereka dalam beraktivitas.

Bagi para pecandu kopi, minuman hitam itu memang dapat membuat Anda terasa berenergi.

Apakah Anda memiliki gejala sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan kelelahan saat tidak mengonsumsi kopi di pagi hari?

Jika iya, itu tandanya Anda kecanduan kopi. Dan Anda tidak sendiri.

Berdasarkan penelitian baru, penggemar kopi dan produk kafein lainnya mengalami banyak efek samping, seperti sakit kepala, mudah lelah, merasa kurang waspada, kurang energik, dan sulit konsentrasi saat sedang tidak mengonsumsi kopi.

Peneliti memeriksa aktivitas elektrik yang terjadi pada otak dan aliran darah selama tidak mengonsumsi kafein untuk mencari tahu dampak yang terjadi pada konsumen yang berhenti mengonsumsi kafein secara fisiologis

Dalam studi yang dilakukan oleh para ilmuwan, mereka memeriksa dampak kafein yang melibatkan administrasi kafein dan kapsul plasebo.

Peneliti mengukur setiap respon partisipan terhadap kafein atau plasebo menggunakan tiga perbedaan ukuran, aktivitas elektrik pada otak menggunakan electrophalogrgam

Kecepatan aliran darah di otak menggunakan ultrasound, dan masing-masing partisipan melaporkan dampak subjektif melalui kuesioner.

Penelitian tersebut menunjukan bahwa penghentian konsumsi kafein harian menghasilkan perubahan kecepatan aliran darah otak dan EEG kuantitatif yang mungkin terkait dengan penghantian kafein yang menunjukan gejala sakit kepala, mengantuk dan menurun kewaspadaan.

Khususnya, pecandu kafein juga memiliki perubahan dalam EEG yang sebelumnya telah dikaitkan dengan gejala umum kelelahan. Sesuai dengan hasil di atas, relawan melaporkan terjadi peningkatan ukuran lelah, kelelahan, lesu, dan menjemukan.

“Selain itu untuk melihat dampak penghentian konsumsi kafein, rancangan ketat ini juga membenarkan perbandingan dari pengobatan menggunakan kafein kronik dengan kronik plasebo, di mana menyediakan informasi unik tentang sejauh mana terdapat efek menguntungkan dari penghentian konsumsi kafein,” tulis pada peneliti dalam laporan yang dipublikasikan di The Scientific Journal Psychopharmacology, dikutip dari berbagai sumber

Penjelasan alamiahnya sebenarnya sederhana, kafein yang terdapat dalam kopilah yang menyuntikkan energi itu pada diri Anda.

Kafein pada kopi, memiliki stuktur yang sama dengan adenosin, sebuah molekul yang terdapat pada otak dan bertanggung jawab atas rasa lelah yang Anda rasakan.

Adenosin akan mengisi reseptor pada otak dan menurunkan aktivitas otak Anda sehingga akan kelelahan.

Semakin banyak adenosin yang bersarang di otak, Anda akan semakin lelah. Tapi, ketika tidur, jumlah adenosin di dalam otak menurun dan membuat Anda terbangun di pagi hari.
Masuk di akal jika semakin lama Anda terjaga, Anda akan semakin lelah.

Saat mengkonsumsi kopi, reseptor pada otak yang menjadi tempat bersarangnya adenosin untuk memproduksi rasa lelah, digantikan dengan molekul kafein yang menghalangi adenosin bersarang pada otak.

Hasilnya, rasa lelah itu pun hilang karena adenosin tidak bersarang di otak Anda.

Ketika efek ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, artinya Anda mengonsumsi kopi dalam rentang waktu yang lama, otak akan memproduksi lebih banyak reseptor untuk kafein.

Saat Anda melewatkan ritual minum kopi yang biasa Anda lakukan, reseptor tersebut akan kosong dan kembali diisi dengan adenosin yang membuat Anda merasa lelah, lemas, bahkan tak bersemangat seperti saat Anda mengonsumsi kopi.

Hal inilah yang membuat seseorang seperti kecanduan minum kopi.

Namun, efek kopi dalam tubuh tidak sebatas itu saja. Kafein bisa meningkatkan produksi adrenalin, yang dapat meningkatkan denyut jantung dan melebarkan pembuluh darah.

Kafein juga dapat meningkatkan produksi dopamin yang dapat menimbulkan perasaan bahagia. Hal ini juga yang membuat kopi membuat orang ketergantungan.

Untuk Anda yang ketergantungan dengan kopi, mungkin kabar kalau kebanyakan kafein dapat membuat seseorang meninggal dunia, cukup membuat Anda cemas.

Nyatanya memang benar, seseorang yang mengonsumsi terlalu banyak kafein kemungkinan besar kafein akan mengantarkan pada kematian.

Lantas, berapa takarannya supaya tak berlebihan?

Batas teratas konsumsi kafein adalah seratus lima puluh miligram per kilogram berat tubuh Anda.

Itu pun harus diminum sekaligus.

Tapi perut Anda pasti tidak akan bisa menerimanya dan akan mengeluarkan kembali kopi yang Anda minum. Sebelum hal tersebut terjadi Anda akan mengalami delusi dan halusinasi.

Exit mobile version