Pornografi merusak otak?
Jawabannya iya.
Dan seperti ditulis “live science,” pornografi bisa mengubah orang dengan berbagai cara halus.
Beberapa ilmuwan telah melakukan banyak penelitian mengenai pengaruh pornografi menyimpulkan ada beberapa cara pornografi memengaruhi otak :
Joseph J. Plaud, seorang psikolog forensik klinis pribadi di Boston, Massachusetts, telah mempelajari efek pornografi.
Seperti halnya makan, minum, dan tidur, seks merupakan salah satu dorongan manusia yang paling mendasar.
Menurut dia, hal itu berarti pornografi mengaktifkan bagian otak kuno seperti sistem limbik yang juga mengendalikan emosi dasar layaknya rasa takut dan marah.
Ketika seseorang melihat konten seksual, dopamin membanjiri daerah otak ini dan menyebabkan perasaan senang yang luar biasa.
Seiring waktu, orang mulai mengkaitkan konten ekspilist tersebut dengan perasaan senang.
Apapun yang terkait dengan hal itu, bahkan gambar kelinci khas Playboy sekalipun bisa membuat orang ketagihan akan konten pornografi.
Namun, jika respons kesenangan itu dipicu berulang kali, seseorang akan membutuhkan lebih banyak tayangan seksual untuk mendapatkan kesenangan tersebut.
“Semakin banyak yang Anda lakukan, semakin tinggi tingkat akses, dan semakin eksplisit tayangan yang Anda tonton, Anda sepertinya akan membutuhkan lebih dan lebih banyak lagi,” kata Plaud kepada Live Science.
Sebuah studi tiga tahun silam yang ditulis di jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa pornografi juga kemungkinan dapat mengecilkan otak.
Pria yang rutin mengonsumsi pornografi memiliki volume otak yang lebih kecil dan lebih sedikit koneksi di striatum, wilayah otak yang terkait penghargaan dan motivasi.
Kemungkinan, wilayah otak ini menyusut karena orang menjadi terbiasa melihat gambar porno sehingga lama kelamaan mereka menganggapnya kurang memuaskan.
Namun, daerah otak yang sama juga lebih kecil pada orang-orang yang mengalami depresi. Orang-orang depresi cenderung tidak berada dalam hubungan atau memiliki kehidupan yang sibuk.
Jadi, mungkin saja orang yang mengalami depresi lebih cenderung melihat konten pornografi.
Oleh karena itu, peneliti berspekulasi bahwa pengecilan otak mungkin terjadi bukan karena pornografi, melainkan karena depresi.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Sex Research mengungkapkan bahwa menghindari menonton video porno bisa membuat orang lebih menghargai sebuah imbalan.
Dibandingkan dengan orang-orang yang tidak makan makanan favorit mereka, orang-orang yang diminta menghindari pornografi selama tiga minggu menunjukkan tingkat “delay discounting” yang lebih rendah.
Delay discounting adalah fenomena disaat hadiah menjadi kurang berharga seiring bertambahnya waktu untuk mendapatkannya.
Hal ini berarti orang yang menghindari pornografi bersedia menunggu lebih lama untuk mendapat hadiah.
Jadi, peneliti menemukan bahwa hanya dengan menghindari pornografi bisa membuat orang memiliki pola pikir jangka panjang.
Sebuah studi di jurnal Psychology of Addictive Behavior menemukan bahwa persepsi tentang kecanduan pornografi berkaitan dengan tekanan psikologis.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sex Roles, wanita yang menjalani hubungan dengan pencandu konten pornografi melaporkan bahwa mereka kurang bahagia dalam hubungan tersebut.
Meskipun para ilmuwan telah berusaha menguak efek pornografi pada otak, masih banyak yang tidak mereka mengerti, terutama tentang dampak pornografi jangka panjang terhadap pemirsa muda.
“Saya pikir pornografi mungkin memiliki implikasi yang sangat besar di masa depan,” ujar Plaud.