Anda bangga dengan pemikiran tajam?
Sebut saja pintar dan punya daya ingat kuat.
Nah jangan senang dulu dengan sebutan itu.
Sebab, berdasarkan sebuah penelitian terbaru, ternyata memiliki pemikiran tajam bisa menimbulkan “celaka” berupa resiko demensia.
Dan kalau kata kerennya “pikun.”
Studi terbaru yang dilakukan oleh Rotman Research Institute di Rumah Sakit Baycrest Health Sciences, Toronto, menemukan bahwa orang yang memiliki ingatan episodik, lebih reaktif terhadap setiap perubahan dalam memori mereka saat usia bertambah, termasuk terhadap demensia.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cortex ini meneliti ingatan orang dewasa muda sehat dengan usia rata-rata dua puluhan tahun.
Seperti dikutip “nuga” dari laman situs terkenal “daily mail,” Selasa, 15 Desember 2015, para peserta mengisi kuesioner online yang merupakan bagian dari survei ingatan otobiografi.
Survei ini menggambarkan seberapa baik mereka mengingat detail otobiografi.
Nah. Apa dengan hasil studi ini Anda masih bangga dengan daya ingat yang menguasai semua detail secara berurutan setahun lalui?
Atau, apakah ingatan Anda terpusat pada fakta-fakta yang terjadi pada hari itu, tidak terlalu mengingat detail minor?
Dan berdasarkan kesimpulan penelitian itu jika Anda memiliki ingatan yang sangat terperinci, mungkin Anda tergolong orang yang lebih sensitif mengalami demensia di masa depan.
Studi ini fokus menyelidiki koneksi antara lobus temporal medial dan bagian otak lainnya. Lobus temporal medial memiliki fungsi untuk mengingat.
Peserta yang memiliki ingatan otobiografi mendetail menunjukkan hubungan yang lebih tinggi antara media lobus temporal medial dengan area di depan otak yang berkaitan dengan pengorganisasian dan penalaran.
Para peneliti percaya, ada hubungan antara cara kita mengingat dengan efek penuaan di otak.
Peneliti utama studi Brian Levine, profesor di Universitas Toronto, mengatakan, “Saat alami penuaan dan demensia dini, hal pertama yang dirasakan adalah kesulitan merinci peristiwa.”
Levine mengatakan, orang-orang yang memiliki ingatan rinci, mungkin sangat sensitif terhadap perubahan memori halus ketika usia mereka bertambah.
Studi lainnya yang masih dalam kerangka pemikiran, seperti nonton televisi selama berjam-jam di pastikan dapat mengganggu kemampuan mental seseorang
Para ilmuwan dari Universitas California dan San Francisco mempelajari hubungan antara menonton televisi dan fungsi kognitif seseorang.
Laman situs “Independent,” pada hari yang sama, selasa, 15 Desember 2015, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan dalam Jurnal Psikiatri JAMA tersebut menulis, semakin sering seseorang menonton televisi, semakin buruk kinerja mereka dalam serangkaian tes kecerdasan.
Peserta dikategorikan berdasar rata-rata mereka menonton televisi, lalu diuji untuk kecepatan pemprosesan dan fungsi verbal mereka.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan, peserta yang paling banyak menonton televisi dua kali lebih mungkin mengalami fungsi mental yang buruk.
Tingginya tingkat menonton televisi dan rendahnya aktivitas fisik pada orang-orang dewasa muda dikaitkan dengan buruknya kecepatan pemrosesan dan pelaksanaan saat usia pertengahan.
Para ilmuwan mengklaim, ini adalah studi pertama yang melaporkan bahwa terlalu banyak menonton televisi bisa mempercepat penuaan kognitif bahkan sebelum mereka mencapai usia pertengahan.
“Kami menemukan bahwa rendahnya tingkat aktivitas fisik dan tingginya tingkat menonton televisi saat muda sampai pertengahan dewasa dapat menyebabkan kinerja kognitif yang lebih buruk di usia pertengahan,” ujar studi tersebut.
“Secara khusus, perilaku tersebut berhubungan dengan kecepatan pemrosesan otak yang lebih lambat dan fungsi pelaksanaan buruk tapi tidak dengan memori verbal.”
Penelitian tersebut menyimpulkan, peserta dengan pola perilaku yang paling kurang aktif, dengan artian rendah aktivitas fisik dan waktu menonton televisi yang tinggi),lebih cenderung memiliki fungsi kognitif yang buruk.