Ditangkapnya beberapa orang terkenal karena kasus penyalahgunaan ganja masih menjadi perbincangan hangat masyarakat.
Banyak orang yang terkejut dengan ditangkapnya aktor yang membintangi beberapa film dan iklan di Indonesia ini.
Hanya saja, jika dicermati, penggunaan ganja tidak hanya diisap layaknya rokok. Dalam banyak kasus, ganja bahkan bisa dijadikan makanan layaknya sayuran, lho.
Kita tentu pernah mendengar kabar yang menyebut ada kue brownies yang memiliki campuran ganja, bukan? Dalam realitanya daun ganja memang bisa dijadikan campuran.
Di negeri ini, salah satu yang populer dari bahan ganja adalah masakan bernama cimeng sayur. Adakah perbedaan dampak jika kita mengisap ganja dengan mengonsumsinya sebagai makanan?
Di dalam ganja terdapat kandungan THC serta zat caanabinoid. Jika kita mengisapnya layaknya rokok, maka senyawa THC ini akan masuk ke dalam organ paru-paru.
Setelahnya THC akan masuk ke dalam aliran darah dan masuk ke dalam otak. Efek dari ganja ini pun kemudian akan menyebabkan sensasi ringan dan tenang.
Masalahnya adalah efek dari ganja yang langsung masuk ke dalam paru-paru ini bisa merusak saluran pernapasan, memicu penyakit paru obstruktif kronik, dan masalah kesehatan lainnya.
Jika kita mengolah ganja sebagai masakan seperti dijadikan sayur atau dijadikan campuran kue, maka kandungan THC juga akan ikut masuk ke dalam aliran darah menuju saluran pencernaan. Memang, kandungannya juga masih akan dimetabolisme oleh organ pencernaan seperti hati, namun dampaknya bagi tubuh juga kurang lebih sama, yakni memberikan sensasi ringan dan tenang.
Melihat fakta ini, ganja bisa saja memberikan efek samping yang kurang baik jika dikonsumsi dengan cara dimasak.
Pakar kesehatan menyebut penggunaan ganja, baik itu yang diisap atau dijadikan makanan bisa memicu peningkatan risiko terkena masalah kesehatan.
Ada berbagai dampak ganja bagi tubuh:
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kebiasaan mengonsumsi ganja dengan cara diisap bisa menyebabkan masalah pernapasan. Hal ini disebabkan oleh asap hasil pembakaran ganja yang memiliki kandungan beracun layaknya ammonia serta hydrogen sianida.
Kandungan ini bisa memicu iratasi pada saluran bronkial serta paru.
Pakar kesehatan menyebut pengisap ganja cenderung lebih rentan terkena bronchitis, infeksi paru, dan memperparah kondisi asma serta fibrosis kistik.
Hanya dalam waktu beberapa menit setelah mengisap ganja, denyut jantung akan meningkat dengan signifikan. Perubahan denyut jantung ini bahkan bisa berlangsung hingga beberapa jam.
Masalahnya adalah hal ini akan membuat jantung bekerja dengan lebih keras sehingga meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Pembuluh darah juga rentan mengalami kerusakan akibat hal ini.
Salah satu gejala yang terlihat dari penggunaan ganja adalah pembuluh darah di bagian mata yang membesar sehingga membuat mata penggunanya menjadi lebih merah.
Ganja bisa menyerang sistem saraf pusat yang mengendalikan keseimbangan, koordinasi tubuh, hingga refleks. Karena alasan inilah penggunanya seperti mengalami sensasi mabuk layaknya menggunakan alkohol atau narkoba.
Penggunaan ganja bisa merusak sistem pencernaan, khususnya hati. Risiko terkena gangguan pencernaan layaknya mual, muntah, dan iritasi pada tenggorokan juga meningkat.
Pengguna ganja rentan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit.
Melihat fakta ini, sebaiknya memang kita tidak ikut-ikutan menggunakan ganja demi mencegah datangnya masalah kesehatan.