Israel menemukan lawan paling keras dari pejuang Hamas dalam invasi daratnya ke Gaza, yang dimulai Sabtu, 19 Juli 2014, dan untuk pertamakalinya dalam lima tahun terakhir mereka kehilangan tiga belas tentara yang tewas dalam serangkaian serangan di Gaza pada hari Minggu, 20 Juli 2014.
Kecamuk perang di Gaza kali ini, seperti dilaporkan dalam “breaking news”nya jaringan televisi “BBC” dari London, mengungkapkan Israel kewalahan menghadapi pejuang Hamas dalam milisinya melucuti persenjataan pejuang Ppelestina itu dan menghancurkan terowongan tikus yang paling ditakuti negara Yahudi itu.
Perlawanan Hamas, seperi laporan “BBC” sangat ketat. Mereka melontarkan roket berlarian menghadang tank dan dengan cepat kembali sembunyi di terowongan. Seorang pejuang dengan gagah beraninya menghadang tank Israel di bawah tembakan mortir. Ia menyeri takbir setelah tubuhnya terkoyak peluru.
Kecamuk perang brutal ini memprihatinkan dunia karena lebih dari setengah mereka yang tewas adalah anak-anak dan wanita.
Upaya mendorong gencatan senjata atas konflik yang semakin memburuk telah dilakukan berbagai pihak. Sekjen PBB Ban Ki Moon mendatangi sejumlah tempat termasuk Kuwait City di Kuwait, Kairo di Mesir, Jerusalem di Israel, Ramallah di Palestina, dan Amman di Jordania.
Dalam perjalanan ini, Ban akan bertemu pula dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Kairo pada Senin pagi, 21 Juli 2014, untuk membahas proposal gencatan senjata di Gaza.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pembicaraan Ban dan Al-Sisi akan fokus pada situasi yang memburuk di Gaza dan inisiatif Mesir untuk gencatan senjata.
Kairo sebelumnya mengusulkan penghentian pertempuran tapi Hamas menolak. Hamas sempat menolak proposal yang diajukan tanpa pernah ada pembicaraan dengan mereka terlebih dahulu.
Sebaliknya, Israel sempat menerima proposal ini tetapi sehari sesudah pernyataan itu mereka kembali membombardir gaza dengan senjata mutakhir yang dimiliki.
Belakangan, Hamas bersedia melakukan gencatan dengan mengajukan sejumlah syarat, termasuk pencabutan delapan tahun blokade Israel di Gaza, pembukaan perbatasan Rafah dengan Mesir, dan pembebasan sejumlah tahanan Palestina yang kembali ditahan oleh Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Hamas juga menginginkan Turki dan Qatar terlibat dalam negosiasi gencatan senjata apapun yang diusulkan untuk kawasan ini. Hubungan antara Mesir dengan Turki dan Qatar cukup tegang karena dukungan kedua negara untuk gerakan Ikhwanul Muslimin yang dilarang di Mesir.
Hubungan antara Mesir dan Hamas juga merenggang sejak militer Mesir menggulingkan Presiden Muhammad Mursi pada tahun lalu dan pemerintah baru yang didukung militer melarang gerakan Ikhwanul Muslimin.
Menteri Luar Negeri Qatar Khalid al-Attiyah mengatakan dalam konferensi pers bersama dengan Ban di Doha, tidak memunculkan inisiatif baru soal gencatan senjata di Gaza. “Kami tidak mengklaim memiliki inisiatif khusus,” ujar dia.
“Kami hanya menyampaikan tuntutan rakyat Palestina,” lanjut Al-Attiyah. “Tidak penting siapa yang berhasil memenuhi tuntutan rakyat Palestina, selama keadilan tercapai bahkan bila hanya sebagian,” imbuh dia.
Di New York, Dewan Keamanan PBB akan segera menggelar pertemuan darurat terkait situasi di Gaza, Palestina Pada Minggu, gempuran Israel lewat serangan darat menewaskan lebih dari seratusan orang Palestina dalam satu hari saja.
Para diplomat mengatakan pertemuan darurat dijadwalkan berlangsung pada pukul 21.30 waktu setempat atau Senin, 21 Juli 2014 pukul 08.30 WIB.
Rapat darurat ini digelar atas permintaan dari Jordania. Permintaan disampaika setelah ada pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.