Tak aka nada serial foto wanita telanjang di Majalah “Playboy.” “Trademark” itu akan berakhir bersamaan dengan desain terbaru majalah milik Hugh Hefner itu, pada edisi Maret 2016.
“Anda tidak akan lagi melihat serial artistic foto wanita telanjang di majalah kami. Era itu sudah berakhir karena, hanya dengan sekali kill Anda sudah bisa mendapatkannya di internet. Silakan,” bunyi rilis “Playboy,” Selasa WIB, 13 Oktober 2015, seperti yang dimuat di blognya.
Sejak Maret 2016, majalah “khusus pria dewasa ini, akan mencampakkan trademark-nya, yaitu menampilkan foto wanita polos tanpa benang sehelaipun.
Dan selama puluhan tahun “Playboy” sangat terkenal dan dicari para kaum adam.
“Itu dulu,” tulis Playboy.
“Kemajuan internet membuat ketelanjangan makin biasa. Akibatnya, majalah bermuatan pornografi pun tak lagi sekomersial dulu. Jadi kurang laku,” lanjut rilisnya.
.
Seperti dilaporkan New York Times, sirkulasi Playboy menurun drastis dari lima koma enam juta juta pada era tahun tujupuluhan menjadi sekitar delapan ratus ribu saat ini.
Alasan ini yang menjadikan Playboy memutuskan untuk berubah.
Majalah asal Negeri Paman Sam ini memutuskan untuk tidak menampilkan gambar polos para model cantik.
Menurut keterangan Playboy, keputusan itu diambil sebagai bagian dari desain baru mereka yang akan diluncurkan pada Maret 2016.
Meski tidak menampilkan gambar telanjang mereka tetap memastikan akan menyajikan pose-pose sensual dari para model wanitanya.
Keputusan mengejutkan ini sebenarnya sudah digodok sejak bulan lalu. Ketika Playboy mengadakan rapat redaksi besar yang menghadirkan pendiri sekaligus pemimpin redaksinya, Hugh Hefner.
Dijelaskan CEO Playboy Scott Flanders keputusan yang diambil ini bukanlah putusan mudah.
Dia pun memastikan putusan tersebut sudah diambil masak-masak.
“Kami sudah bertempur dan menang. Namun, sekarang, hanya dengan satu kali klik di internet kamu bisa melihat gambar telanjang. Gratis lagi,” ucap Flanders, seperti dikutip dari BBC, Selasa, 13 Oktober 2015.
Era wawancara dengan tokoh-tokoh terkenal seperti Martin Luther King Jr, Malcolm X , dan Jimmy Carter — yang membuat Playboy punya nilai budaya politik yang signifikan juga telah berlalu.
Majalah Playboy telah belajar dari situs yang ia kembangkan bersamaan dengan era teknologi internet.
Situs Playboy juga telah meniadakan ketelanjangan, sebagian bertujuan membuka akses ke platform media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Dan hasilnya, popularitasnya di dunia maya melejit.
Usia pengguna situs Playboy pun berubah, dari rata-rata empat puluh tujuh tahun menjadi tiga puluh tahun.
Sesuai dengan target pasar mereka yang baru: kaum muda. Ke depan Playboy bisa dibaca mulai usia tiga belas tahun ke atas.
Seperti dikutip dari Daily Mail, CEO Playboy Scott Flanders sebelumnya memprediksi bahwa ketelanjangan akan hilang dari majalah.
“Anda boleh mendebat, namun bagi kami, gambar-gambar polos justru mengganggu. Menurunkan angka pembaca, alih-alih melipatgandakannya.
Penghentian foto telanjang itu pertama kalinya diusulkan oleh salah seorang editornya, Cory Jones.
Pendiri dan pimpinan redaksi Hugh Hefner telah menyetujui usulan Cory Jones untuk berhenti menampilkan gambar perempuan telanjang.
Foto-foto perempuan telanjang dalam situs webnya juga telah dicopot demi melancarkan akses ke media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Scott Flanders, direktur Playboy Enterprise, mengatakan kepada Times: “Kini Anda hanya membutuhkan satu klik untuk menemukan segala sesuatu terkait seks seperti yang Anda bayangkan secara gratis. Itu hal biasa di zaman sekarang.”
Setelah mengalami kesuksesan pada penerbitan perdananya pada tahun 1953, majalah tersebut diserang oleh kelompok politik sayap kanan maupun sayap kiri.
Kelompok feminis juga mengkritiknya dengan mengatakan bahwa Playboy telah merendahkan perempuan menjadi sekadar objek seks.
Image copyright Getty Image caption Hugh Hefner, pendiri Playboy yang kini berusia sembilan puluh tahun, telah merestui keputusan untuk tidak lagi memuat gambar wanita telanjang di halaman majalahnya.
Bagaimananapun sejauhmana perubahan itu dilakukan masih menjadi perdebatan, termasuk apakah mereka akan tetap menampilkan foto perempuan di halaman tengah.
Editor Cory Jones mengatakan kepada Times, bahwa kolom seks di Playboy akan dipercayakan kepada seorang perempuan, yang disebutnya akan menulis tentang seks secara antusias.
Di sisi lain, Playboy juga selalu memiliki daya tarik intelektual bagi kaum adam yang mengaku membeli majalah tersebut tidak sekadar untuk melihat foto-fotonya, karena mereka memuat pula karangan karya penulis top seperti Kurt Vonnegut, Joyce Carol Oates, Vladimir Nabokov, James Baldwin dan Alex Haley.
Foto-foto perempuan telanjang dalam situs webnya juga telah dicopot demi melancarkan akses ke media sosial seperti Facebook dan Twitter.