Site icon nuga.co

Ribuan Mahasiswa Indonesia di Kairo “Nganggur”

Ribuan terjebak dalam situasi pelik di Mesir dan berupaya menghindar dari kerusuhan akibat pembantaian oleh tentara terhadap pengunjuk rasa pendukung presiden terguling Mohamad Mursi . Mereka hanya bisa tinggal di dalam asrama atau rumah-rumah sewa selama konflik di sana berkecamuk.

Seorang staf pada direktorat perlindungan WNI yang sering mengevakuasi warga Indonesia di tengah kecamuk konflik mengatakan, situasi di Mesir memang sangat menyulitkan bagi mahasiswa. Mereka umumnya tengah menuntut ilmu dan sulit untuk menentukan pilihan untuk pulang atau menetap.

Hingga akhir pekan ini, katanya, belum ada perintah evakuasi dari pemerintah. Ia mengatakan, kedutaan besar di Kairo telah melakukan beberapa plan untuk melindungi WNI di Mesir. Kedubes terus memberi informasi dan jalan terbaik untuk terus melindungi WNI, terutama mahasiswa.

Berbagai Negara sudah mengeluarkan perintah keluar bagi warganya yang berada di Mesir. Turki, Amerika Serikat dan Uni Europa sudah meminta warganya untuk bersiap-siap ikut evakuasi.

Sedangkan banyak Negara lain telah menetap kepada warganya untuk membatalkan kunjungan ke Mesir, yang dikenal dengan “travel warning.”

Amni, seorang mahasiswa asal Aceh Utara yang sedang belajar di Al-Azhar, seperti diceritakan kakaknya kepada “nuga.co,” mengatakan, akan menunggu perintah dari KBRI jika ada evakuasi. Amni kepada keluarganya mengatakan, ia terus berada di rumah sejak kerusuhan berdarah itu.

Ia sudah menyiapkan stok makanan selama sebulan, hasil iuran dengan teman-temannya. Amni mengatakan, sudah memprediksi situasi akan sangat buruk. “Kerjaan kami hanya tidur makan dan nonton televise, terutama Al-Jazera,” katanya seperti ditirukan kakaknya.

Mahasiswa Al Azhar asal Indonesia lainnya, Eko Wahyu, misalnya. Dia mengaku menghabiskan waktu setiap hari dengan menonton televisi. Menurut dia, Kedutaan Besar RI di Mesir telah meminta seluruh WNI untuk tidak keluar rumah. “Untungnya persediaan makanan masih cukup untuk beberapa pekan,” katanya.

Akibat kondisi keamanan yang memburuk, kata Eko, agenda pemilihan ketua organisasi pelajar Indonesia di Mesir terpaksa ditunda. KBRI khawatir penyelenggaraan acara itu bisa menimbulkan kecurigaan pemerintah setempat.

“Kalau ada kumpul-kumpul, pemerintah bisa mencurigai adanya dukung-mendukung. Apalagi kami ini orang asing,” ujarnya. Walhasil, Eko hanya tinggal di Wisma Nusantara, salah satu asrama milik KBRI yang berlokasi 100 meter dari Masjid Rabaah al Adewiyah, tempat konsentrasi massa pendukung presiden Mursi.

Sementara itu, kegiatan kampus sedang menjalani libur musim panas. Menurut dia, liburan ini akan berlangsung selama tiga bulan sejak awal Ramadan lalu. “Sehingga konflik ini tidak mengganggu kegiatan perkuliahan,” katanya.

Eko tinggal bersama 11 orang rekannya di wisma itu. Mereka patuh untuk tidak keluar dari rumah pada jam-jam yang ditetapkan terutama malam hari. Sementara itu, pelajar lain yang tinggal di lokasi rawan telah pindah ke Wisma KBRI lain di distrik 10, yang lebih aman. “Sebagian lagi sudah mudik sejak awal Ramadan,” ujarnya.

Exit mobile version