Kebanyakan orang berpikir jika makan dengan cepat sebagai sebuah kelebihan.
Hal ini dianggap tidak akan membuat banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Padahal, pakar kesehatan menyebut durasi makan juga bisa mempengaruhi kondisi pencernaan dan kesehatan tubuh.
Lantas, seberapa lamakah durasi waktu makan yang ideal?
Pakar kesehatan Ben Desbrow yang berasal dari Griffith University, Queensland, Australia menyebut tubuh memerlukan waktu sekitar lima belas hingga dua puluh menit demi memberikan reaksi saat makan.
Reaksi ini berupa sinyal perut sudah terisi makanan, merasakan sensasi puas, dan kenyang. Masalahnya adalah kebanyakan orang makan dengan durasi waktu yang lebih pendek.
Desbrow menyarankan kita untuk mengunyah makanan dengan lebih banyak. Dengan melakukannya, maka makanan bisa terpotong atau hancur menjadi potongan yang lebih kecil sehingga akan lebih mudah dicerna oleh perut.
Jika kita hanya sekali atau dua kali saja mengunyah makanan, dikhawatirkan potongan makanan masih besar dan kasar sehingga akan membebani perut untuk mengolahnya.
Desbrow belum bisa benar-benar memastikan seberapa banyak kunyahan yang ideal untuk sekali suapan, namun ia menyebut orang-orang yang makan dengan terlalu cepat biasanya mengunyah makannya tidak sampai enam kali setiap kali suapan.
Ia menyarankan kita untuk mengunyah sekitar lima belas hingga empat puluh kali demi memastikan bahwa makanan sudah benar-benar halus sebelum ditelan.
Selain memperhatikan durasi makan dan pengunyahan makanan, Desbrow menyarankan kita untuk tidak makan sambil menonton televisi atau menggunakan ponsel karena akan membuat kita tidak bisa benar-benar menikmati makanan dan cenderung mengunyah dengan lebih cepat.
Selain itu, kita juga lebih rentan makan dengan jumlah yang lebih banyak dari yang kita butuhkan.
Pakar kesehatan menyebut ada beberapa dampak kesehatan yang bisa kita dapatkan jika makan terlalu cepat.
Dan ini dampak-dampak kesehatan tersebut.
Dampak pertama yang bisa kita dapatkan jika makan dengan cepat adalah kenaikan asam lambung. Hal ini akan memicu sensasi tidak nyaman pada perut dan asam pada mulut atau kerongkongan.
Dalam banyak kasus, kita juga akan mengalami sensasi mual akibat hal ini.
Makan terlalu cepat akan membuat produksi asam lambung ikut terpengaruh. Ditambah dengan potongan makanan yang cenderung kasar, maka beban lambung pun akan semakin besar sehingga bisa menyebabkan datangnya masalah kesehatan ini.
Banyak orang yang terbiasa makan dengan terlalu cepat yang akhirnya mengalami tersedak. Karena makan dengan terburu-buru, kita tetap bernapas saat sedang menelan makanan sehingga makanan jusru masuk ke dalam saluran pernapasan.
Meski dalam banyak kasus makanan bisa keluar lagi saat kita batuk-batuk, dalam beberapa kasus makanan yang tersedak tidak bisa keluar, menutup jalan napas, dan akhirnya menyebabkan kematian.
Hobi makan terlalu cepat akan membuat asupan makanan lebih dari yang dibutuhkan. Hal ini tentu akan membuat asupan kalori meningkat dan bisa memicu kenaikan berat badan. Bahkan, jika kita melakukannya dalam jangka panjang, bisa jadi akan menyebabkan obesitas.
Makan terlalu cepat bisa memicu sindrom metabolik yang bisa berujung pada meningkatnya berat badan, kenaikan kadar gula darah, kolesterol, dan risiko terkena diabetes. Masalah-masalah kesehatan ini tidak bisa disepelekan dan bisa berakibat fatal.
Sindrom metabolik bisa berujung pada penyakit kardiovaskular layaknya penyakit jantung atau stroke yang mematikan.