Anda tahu apa yang bersembunyi dilezatnya mi instan? Atau dikenal dengan “instant noodle?”
Studi terbaru dari “Journal of Nutrition” mengungkap secara sangat “menakutkan” bahwa mi instan memiliki risiko terserang sindrom metabolik.
Kalau Anda menikmati mi instan lebih dari dua kali seminggu, enam puluh delapan persen lebih Anda mungkin terserang sindrom metabolik.
Apa itu sindrom metabolik?
Sindrom ini adalah sekelompok gejala seperti obesitas, tekanan darah tinggi, peningkatan kadar gula darah yang tinggi, peningkatan trigliserida yang tinggi, dan tingkat kolesterol HDL yang rendah.
Mengikuti tiga gejala tersebut muncul risiko diabetes dan kardiovaskular tinggi.
Penelitian sebelumnya menganalisis asupan gizi secara keseluruhan antara konsumen mi instan dan non-konsumen mi instan.
Seperti diduga, mengonsumsi mi instan memberikan nilai kontribusi kecil terhadap diet sehat.
Dalam mi instan juga terdapat daftar panjang zat aditif termasuk pengawet beracun tersier, butil hidrokuinon atau dikenal dengan istilah “TBHQ”.
“ TBHQ,” adalah produk sampingan dari industri perminyakan, terdaftar sebagai antioksidan. Namun, harus sadar bahwa itu adalah bahan kimia sintetik dengan sifat antioksidan. Bedakan dengan antioksidan alamiah.
Bahan kimia tersebut mencegah oksidasi lemak dan minyak sehingga dapat memperpanjang masa simpan makanan olahan.
Di samping banyaknya natrium dan pengawet TBHQ, apalagi yang ditemukan dalam seporsi mi instan?
Lembaga Prevent Disease melaporkan, mi blok kering awalnya tercipta dari mi yang digoreng cepat. Ini merupakan metode utama yang digunakan di negara-negara Asia, meskipun mi blok yang udaranya dikeringkan disukai di negara-negara Barat.
Bahan utama mi kering adalah tepung, minyak sawit, dan garam. Sementara bahan umum bubuk penyedap adalah garam, monosodium glutamat, bumbu, dan penyedap, dan gula.
Pada Juni 2012, Korea Food and Drug Administration menemukan benzopirene (zat penyebab kanker) di dalam enam merek mi yang dibuat oleh Nong Shim Company Ltd.
Meskipun, KFDA menyatakan jumlahnya sangat sedikit dan tidak berbahaya, Nong Shim mengidentifikasi sejumlah mi bermasalah, dan mendorong penarikan kembali pada Oktober 2012.
Monosodium glutamat dalam mi instan, cukup banyak alasan untuk menghindarinya. MSG adalah zat excitotoxin, yang membuat sel-sel saraf terlalu bersemangat hingga menyebabkan kerusakan atau kematian.
Zat tersebut menyebabkan disfungsi dan kerusakan otak pada berbagai derajat, bahkan berpotensi memicu atau memperburuk ketidakmampuan belajar, penyakit Alzheimer, Parkinson, penyakit Lou Gehrig, dan masih banyak lainnya.
Sekitar tujuh puluh delapan persen dari MSG adalah asam glutamat bebas. Asam glutamat bebas adalah neurotransmiter sama yang digunakan oleh otak, sistem saraf, mata, pankreas, dan organ lainnya untuk memulai proses tertentu di dalam tubuh.
Belum lagi, fakta menyeramkan bahwa MSG digunakan untuk menggemukkan tikus dalam penelitian ilmiah. MSG adalah obesitas yang sempurna. Jika Anda berniat mencapai berat badan dan kesehatan ideal hindari MSG di semua makanan.
Anda tahu apa yang terjadi dalam perut seusai mengasup mis instan?
Kalau tidak tahu cobalah ikuti studi dari Braden Kuo.
Braden Kuo, dokter dari Massachusetts General Hospital, melakukan percobaan yang akan membuat para pencinta mi instan berpikir dua kali sebelum menyantapnya.
Braden menggunakan kamera seukuran pil untuk melihat apa yang terjadi di dalam perut dan saluran pencernaan setelah seseorang menyantap mi ramen. Hasilnya sangat mencengangkan.
Dalam video tersebut, Anda dapat melihat mi ramen dalam perut. Bahkan setelah dua jam, mi dalam kondisi sangat utuh, jauh dibandingkan mi ramen buatan sendiri yang dipakai sebagai pembanding. Hal itu disebabkan sejumlah alasan.
Mi instan memberikan beban pada sistem pencernaan yang dipaksa bekerja selama berjam-jam untuk memecah makanan dengan proses tinggi itu. Makanan yang berada dalam saluran pencernaan untuk waktu lama berdampak pada penyerapan nutrisi.
Sesekali menikmati mi instan tidak akan membunuh Anda.
Namun, ketika Anda membuat kebiasaan mengganti makanan enak dengan makanan sehat maka Anda dapat menghindar dari gangguan kesehatan yang mungkin berkembang.
Mi instan adalah contoh nyata dari jenis makanan olahan yang sebaiknya dihindari. Makanan olahan mendorong penambahan berat badan dan penyakit kronis.
Makanan ini memiliki kandungan gula, fruktosa, karbohidrat olahan, dan bahan-bahan buatan lain yang tinggi, serta nutrisi dan serat yang rendah.
Orang-orang telah mengonsumsi sayuran, daging, telur, buah-buahan, dan seluruh makanan lainnya selama berabad-abad. Sementara itu, makanan olahan baru saja ditemukan. Lakukan secara perlahan rencana gizi untuk menghapus makanan olahan dari diet Anda.