Site icon nuga.co

Awas! Nasi Itu Penyebar Kanker

Karbohidrat itu penyebar kanker. Untuk itu para ilmuwan, seperti dikutip “nuga.co” dari situs kesehatan “healthday” dan “medicaldaily,” mengingat kepada pemakan beras dan gandum tentang bahaya yang sedang mengancam mereka.

Sebabnya, beras dan gandum itu memiliki karbohidrat tinggi. Sehingga para ilmuwan menyebut karbohidrat menjadi media pemicu sel kanker ganas atau dalam istilah kedokteran di sebut, “malignant cancer” yang menyebarkan ke seluruh tubuh dengan bantuan gula darah.

Riset terbaru, seperti dirilis “medicaldaily,” menemukan bahwa karbohidrat memiliki peran dalam penyebaran dan perkembangan sel kanker hingga menjadi metastase.
Menurut peneliti, karbohidrat dalam sel bisa menjelaskan kondisi tubuh. Termasuk apakah sel tersebut berpotensi menjadi kanker atau tidak.

“Karbohidrat bisa bercerita banyak sehingga berpotensi sebagai penanda sel. Studi ini mengungkapkan, sel kanker memproduksi penanda karbohidrat yang bisa diidentifikasi,” kata peneliti Lara Mahal, dari New York University Department of Chemistry.

Studi yang dimulai lima tahun lalu menemukan, pengurangan kadar glukosa dan glutamin bisa memperlambat pertumbuhan kanker. Kadar glukosa dan glutamin akan meningkat saat mengonsumsi lebih banyak karbohidrat.

“Biasanya bila kadar glutamin tidak cukup, maka alur dalam sel akan memendek akibat minimnya persediaan glukosa. Hal ini akan menghambat pertumbuhan sel tumor,” kata Don Ayer dari Department of Oncological Sciences , University of Utah.

Hasil studi yang dipublikasikan dalam kumpulan dokumen penelitian National Academy of Sciences ini diharapkan suatu saat bisa menolong penderita kanker. Jumlah penderita kanker pada 2014 diperkirakan mencapai lebih satu setengah juta di seluruh dunia., dan diprediksi akan terus meningkat tiap tahunnya.

Dalam riset ini, Mahal dan timnya mencari peran microRNA atau RNA kecil tidak berkode yang berperan dalam ekspresi gen. Tujuan pencarian miRNA adalah untuk menentukan penanda karbohidrat pada permukaan sel, karena miRNA menunjukkan perbedaan tingkat dan tahap perkembangan tumor.

Peneliti menemukan, miRNA berperan penting menentukan tipe karbohidrat yang ada pada permukaan sel kanker. Termasuk mengatur proses pengolahan tiap tipe karbohidrat.

Sementara itu, “Daily Mail,” dalam situs onlinenya, “Mail Online,” merilis hasil temuan ilmuwan Inggris yang berhasil menciptakan alat untuk ‘mencium aroma’ kanker terutama di kandung kemih pada sampel urine. Alat ini menggunakan sensor untuk mendeteksi aroma yang diberikan urine apabila kanker tersebut ada.

Percobaan awal menunjukkan, hasil uji alat ini memberikan hasil akurat. Dari sepuluh kali tes, sembilan di antaranya berhasil mendeteksi dengan benar. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal PLoS One.

Alat ini diciptakan Prof Chris Probert dari Liverpool University dan Prof Norman Ratcliffe dari University of the West of England.

“Alat ini membaca zat yang terlepas menjadi aroma ketika sampel urine masih hangat,” kata Ratcliffe.

Untuk menguji kemampuan alat ini, penelitian menggunakan 24 sampel urine dari pria yang memiliki kanker kandung kemih. Adapun 74 sampel urine pria lainnya tidak mengalami kanker. Diakui peneliti, sampel urine yang digunakan dalam riset ini masih terlalu sedikit.

“Kami butuh sampel yang lebih besar sehingga alat ini bisa digunakan di rumah sakit,” kata Probert.

Hal senada dikatakan Dr Sarah Hazell dari Cancer Research UK. Menurut dia, meski kebenaran tes mencapai 96 persen, sampel masih terlalu kecil dan hanya berasal dari pria.

“Percobaan ini masih tahap awal. kami membutuhkan lebih banyak sampel urine wanita dan pria untuk menguji alat ini,” ujar Hazell.

Walau begitu, Hazell berpendapat, langkah ini sangat baik menuju diagnosa kanker yang lebih aman. Apalagi setiap tahunnya sekitar 10.000 orang di Inggris didiagnosa menderita kanker kandung kemih.

Exit mobile version