Statin?
Ya, obat penurun kolesterol.
Lantas?
Sebuah penelitian terbaru menyebut mengonsumsi statin dalam jangka panjang akan menurunkan fungsi kognitif dan gangguan memori di otak.
Sebut saja pelupa. Pikun.
Benarkah demikian?
Ya, tulis seorang dokter sembari menegaskan, setiap obat pasti memiliki sisi positif dan negatif.
Untuk obat statin, sejauh ini masih dalam tahap diskusi ia bisa menimbulkan efek buruk bagi otak.
Penelitian yang menyebut statin berefek menurunkan fungsi kognitif hingga memory loss atau pasien menjadi pelupa hanya terjadi pada satu atau beberapa orang saja.
Penelitian tersebut belum dapat menyimpulkan kaitan statin dengan efek buruk tersebut.
Manfaat statin jauh lebih baik dibanding efek samping yang kita takutkan.
Berdasarkan penelitian, pemberian statin sangat efektif menurunkan kadar Kolesterol jahat atau Low-Density Lipoprotein dalam darah.
Secara tidak langsung, pemberian statin pun menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian membuktikan, pemberian statin pada pasien diabetes bisa menurunkan kejadian kardiovaskular mayor, seperti stoke dan jantung sebesar tiga puluh tujuh persen.
Konsumsi statin juga efektif menjegah serangan stroke berulang.
Bahkan, penelitian lain menunjukkan, pemberian statin jangka panjang justru mencegah nunculnya demensia atau penyakit pikun.
Demensia alzheimer disebabkan oleh adanya plak amiloid di otak.
Dalam penelitian, ternyata menurunnya kadar kolestrol jahat dapat mengurangi plak-plak amiloid tersebut.
Penurunan LDL di bawah seratus juga menurunkan penumpukkan plak amiloid di otak. Jadi dengan kadar Kolesterol yang terkendali, risiko demensia malah lebih kecil.
Statin memang efektif menurunkan kadar Kolesterol jahat.
Namun, sebelum berperang memakai peluru bernama statin, ada cara-cara lain yang bisa digunakan untuk menurunkan kadar Kolesterol.
Sekitar tujuh puluh persen kadar Kolesterol tinggi bisa dikendalikan hanya dengan perubahan gaya hidup.
Joseph Keenan, peneliti penyakit jantung dan profesor emeritus di University of Minnesota, juga meresepkan statin untuk banyak pasien.
Namun, ternyata dia tak bisa meresepkan statin untuk dirinya sendiri.
Seperti halnya sekitar dua puluh lima persen pasien yang diberi statin, berhenti meminum obat itu dalam enam bulan.
Dia mengalami efek samping berupa spasme otot.
Hasil tes darah juga menunjukkan kerusakan otot.
Tidak semua pasien Kolesterol tinggi memang harus minum statin. Steven Nissen dari Cleveland Clinic sangat yakin untuk mendorong pasiennya mencoba mengubah gaya hidup sebelum akhirnya terpaksa memberi statin untuk mereka.
Menurut dia, ada “senjata lain” yang bisa digunakan dalam perang melawan Kolesterol selain statin.
Mereka yang intoleran terhadap statin bisa menerapkan enam hal dalam kesehariannya.
Mengubah gaya hidup memang tidak semanjur statin dalam menurunkan kadar Kolesterol.
Olahraga dan pola makan sehat secara umum bisa menurunkan Kolesterol jahat sekitar dua puluh hingga empat puluh, dibandingkan dengan penurunan tujuh puluh persen Kolesterol jahat oleh statin.
Namun, Keenan mengestimasi sekitar tujuh puluh persen pasien dengan Kolesterol bermasalah bisa mengontrolnya dengan perubahan gaya hidup saja.
Ia sendiri berhasil menurunkan kolesterolnya hingga 60 persen hanya dengan pola makan sehat, olahraga, dan suplementasi.
Dasar dari segala upaya penurunan kadar Kolesterol jahat adalah pola makan sehat. Namun, ini bukan berarti kita harus membeli semua produk dengan label low cholesterol.
Christopher Gardner, peneliti nutrisi dari Stanford University, menekankan pola makan yang terdiri dari sayur, ikan, kacang-kacangan, gandum utuh, dan buah untuk menurunkan Kolesterol bermasalah.
Mengapa?
Komponen yang terdapat dalam makanan dari tumbuhan secara aktif akan berinteraksi memperbaiki profil Kolesterol.
Di sisi lain untuk menurunkan Kolesterol kita juga perlu membatasi asupan daging merah, telur, dan keju.
Sebuah penelitian pernah membuktikan bahwa pola makan sehat bekerja sebaik statin dalam menurunkan Kolesterol jahat.
Dean Ornish yang mendirikan Preventive Medicine Research Institute di Sausalito, California, membuktikan bahwa pendekatan pola makan sehat dipadu dengan olahraga, pengurangan stres, dan dukungan sosial bisa menurunkan Kolesterol jahat
Olahraga juga komponen penting dalam pengendalian Kolesterol.
Olahraga teratur selama dua belasminggu bisa meningkatkan Kolesterol baik. Bukan hanya itu, trigliserida dan tekanan darah juga bisa diperbaiki dengan olahraga.