Site icon nuga.co

Kafein Bisa Ganggu Fungsi Pendengaran

Kabar buruk datang untuk penggemar kopi.

Sebuah studi terbaru mengklaim bahwa kandungan kafein dalam kopi dapat berdampak negatif terhadap  fungsi pendengaran.

Studi ini, seperti ditulis oleh situs kesehatan terkenal, “healty.co,” Selasa, 11 Juli 2016, berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh McGill University.

Para ilmuwan  mengatakan bahwa, konsumsi kafein harian bisa menghalangi proses pemulihan setelah kerusakan sementara pada fungsi pendengaran.

Biasanya, telinga dapat pulih dari paparan polusi suara seperti musik keras, suara pesawat, atau konstruksi setelah tujuh puluh dua  jam.

Hal ini yang kemudian membuat para ahli di McGill memperingatkan bahwa kopi biasa dapat menghambat proses pemulihan tersebut, bahkan membuat kerusakan permanen.

“Penelitian kami menegaskan bahwa paparan terhadap rangsangan pendengaran keras ditambah dengan konsumsi harian dua puluh lima mili gram per kilogram kafein memiliki dampak negatif yang jelas dalam pemulihan pendengaran,” kata Dr. Faisal Zamawi, seorang otolaringologi dan anggota McGill Auditory Sciences Laboratory.

Zamawi pun menambahkan, ketika telinga terkena suara keras, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran, atau disebut juga sebagai pergeseran ambang batas pendengaran sementara.

“Gangguan ini biasanya dapat kembali dalam tujuh puluh dua jam pertama setelah paparan polusi udara, tetapi jika gejalanya menetap, kerusakan bisa menjadi permanen,” katanya dilansir dari Daily Mail.

Tim Zamawi pun turut menguji teori pada hewan dengan mengekspos mereka dengan suara berkekuatan seratus sepuluh desibel atau mirip dengan suara keras pada konser, selama satu jam.

Sebagian dari hewan-hewan tersebut diberikan dosis harian kafein, dan sebagian lainnya tidak.

Setelah hari pertama, tidak ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut.

Namun, setelah delapan hari tes, kelompok yang mengonsumsi dosis reguler kafein menunjukkan gangguan pendengaran yang signifikan dibandingkan dengan sebagian lainnya yang tidak mengonsumsi.

Berdasarkan acuan yang disepakati, kadar maksimum yang dianjurkan untuk asupan harian kafein adalah tiga milligram per kilogram atau sama dengan tiga cangkir berukuran delapan  oz atau dua ratus tiga puluh mili liter.

Sebuah studi baru lainnya yang berasal dari  Organisasi Kesehatan Dunia  atau WHO mengungkapkan bahwa meminum kopi secara teratur dapat mengurangi risiko kanker hati dan rahim.

Pernyataan WHO ini merupakan bagian dari penarikan  keputusannya dua puluh lima tahun silam yang menyatakan meminum kopi  bisa berakibat  kanker kandung kemih.

Perubahan keputusan ini berdasarkan hasil evaluasi terbaru pada lebih dari lima ratus studi tentang hubungan antara kanker dan berbagai jenis minuman panas seperti teh, kopi, dan minuman herbal.

Tim IARC menemukan bahwa dengan meminum kopi tidak memiliki efek karsinogenik terhadap kanker pankreas, payudara, dan prostat.

Presiden Asosiasi Kopi Nasional  atau NCA, Bill Murray mengatakan bahwa temuan sangat signifikan untuk peminum kopi.

“Ini menegaskan bukti dari turunan studi oleh para ilmuwan sebelumnya,” kata Murray, dilansir Independent.

Bagaimanapun, laporan itu menemukan bahwa ada keterkaitan antara kanker tenggorokan atau esofagus dengan minuman yang sangat panas.

“Hasil ini menunjukkan bahwa minum minuman yang sangat panas adalah salah satu penyebab kemungkinan kanker esofagus, dan itu disebabkan oleh suhu,” kata Dr Christopher Liar, Direktur IARC.

Oleh karena itu, para ilmuwan menganjurkan para peminum teh atau kopi sebaiknya membiarkan minuman panas itu dingin lebih dahulu, terutama jika tidak menambahkan susu pada minumannya.

Kepala Interpretasi Penelitian dari World Cancer Research Fund, Dr Rachel Thompson pun mengatakan bahwa hasil penelitian yang menyebutkan minuman yang sangat panas dapat meningkatkan risiko kanker esofagus, adalah hal yang sangat menarik.

“Analisis penelitian kami sendiri menemukan bukti yang sama untuk orang yang minum teh herbal di Amerika Selatan, sebanding dengan makan makanan yang pedas dan panas. Untuk itu, kami akan melakukan analisis penelitian lebih lanjut di masa depan,” katanya.

Selanjutnya, Thompson pun menambahkan bahwa untuk semua pecinta teh dan kopi, penemuan tersebut tidak semata-mata berarti minuman panas terlarang.

“Minuman yang dimaksud ialah dengan suhu sangat panas, yang telah diidentifikasi sebagai penyebab risiko kanker,” jelasnya.

Exit mobile version