Site icon nuga.co

Mendengkur? Ada Yang Salah Pada Jantung

Mendengkur?

Wah, jangan dianggap sepele.

Lantas kenapa?

Ahli jantung dari Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Dinesh Nair mengatakan, kebiasaan mendengkur merupakan salah satu faktor risiko sakit jantung.

“Mengorok itu ada penyumbatan aliran pernapasan. Kalau ada penyumbatan saluran angin, akan terjadi stres pada jantung,” ujar

Sering mendengkur akan memperberat kerja jantung. Akibatnya bisa fatal, yaitu kematian mendadak.

Hal ini bisa terjadi jika mendengkur dengan henti napas saat tidur atau obstructive sleep apnea. Henti napas menyebabkan tubuh kekurangan oksigen, termasuk bagian jantung.

Menurut Dinesh, meski tidak mengalami keluhan sakit jantung, sebaiknya periksa kesehatan jantung jika sering mendengkur.

Mendengkur bukan masalah kecil. Anda harus tahu penyebab terjadinya mendengkur saat tidur.

Anda bisa pergi ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan untuk mengetahui penyebab mendengkur.

Mengatasi dengkuran sama saja dengan mengurangi risiko sakit jantung.

Selain mendengkur, faktor risiko penyakit jantung lainnya, yaitu, merokok, tekanan darah tinggi, obesitas, konsumsi makanan tinggi lemak, dan stres. Selain itu, faktor genetik juga berperan meningkatkan risiko sakit jantung.

“Siapa pun bisa terkena masalah pada jantung, usia muda dan tua. Jadi kurangi faktor risikonya dengan gaya hidup sehat dan rutin cek kesehatan karena gejalanya sering tidak muncul,” kata Dinesh.

“Mengorok itu ada penyumbatan aliran pernapasan. Kalau ada penyumbatan saluran angin, akan terjadi stres pada jantung,” ujar Dinesh

Sementara itu sebuah studi lain mengaitkan masa kanak-kanak seseorang dengan kemungkinan penyakit kardiovaskular.

Para peneliti mengamati kehidupan sehari-hari dan kemudian, saat usia anak-anak tersebut sudah mencapai dua puluh delapan, peneliti melihat jumlah endapan kalsium di pembuluh arteri—yang dapat mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung—pada semua responden.

“Studi ini menunjukkan bahwa faktor psikososial yang dialami oleh anak-anak, kemungkinan memiliki konsekuensi jangka panjang pada kesehatan kardiovaskular,” penulis utama studi Dr Markus Juonala dari University of Turku di Finlandia.

Untuk lebih memahami hubungan antara bagaimana perasaan anak-anak selama mereka tumbuh dewasa dengan kondisi kesehatan pembuluh darah, Juonala dan rekannya juga menganalisis data yang dikumpulkan selama dua puluh delapan tahun sebagai bagian dari studi Cardiovascular Risk in Young Finns.

Penelitian ini mengukur kesejahteraan psikososial anak-anak.

Mereka juga melihat pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan, status pekerjaan orang tua, kesehatan mental dan riwayat merokok orang tua, berat badan dan kebiasaan olahraga.

Juga dikaitkan dengan peristiwa stres seperti perceraian atau kematian, tingkat perilaku agresif atau anti-sosial selama masa kanak-kanak, hingga kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, peneliti menganalisis hasil dari computed tomography scan dari arteri koroner responden untuk menilai jumlah penyumbatan kalsium.

Bahkan, setelah memperhitungkan keadaan dewasa seperti faktor psikososial dan faktor risiko penyakit jantung seperti obesitas, merokok, tekanan darah tinggi dan Kolesterol tinggi, tim peneliti masih menemukan kaitan antara kesejahteraan masa kanak-kanak dengan besar kecilnya penyumbatan dalam arteri.

Dengan kata lain, ada kemungkinan bahwa stres selama masa kanak-kanak mungkin memicu perubahan fungsi metabolisme dan peradangan yang kemudian berkontribusi pada penyumbatan di arteri.

Ada juga kemungkinan, bahwa anak-anak bahagia lebih dapat mengembangkan kebiasaan sehat seperti diet yang lebih baik dan rutinitas olahraga yang lebih sering yang membantu menurunkan risiko penyakit jantung di kemudian hari.

“Pesan untuk orangtua adalah memahami bahwa stres pada anak-anak mungkin memiliki banyak efek samping di kemudian hari dan orangtua harus membantu anak-anak mereka untuk menghindari stres,” kata Dr Stephen Daniels, seorang peneliti dari University of Colorado School of Medicine dan kepala dokter anak di Rumah Sakit Anak Colorado.

Exit mobile version