Mendengkur?
Ya, menurut “msn” itu pertanda tidak sehat dan ada sesuatu penyakit yang bersarang ditubuh seseorang.
Masih menurut laman situs terkenal itu, mendengkur dapat memicu berbagai penyakit yang dapat menurunkan kualitas kesehatan seseorang, apalagi bila sejak usia tiga puluhan sudah mulai mendengkur.
Mendengkur dapat disebabkan oleh beberapa sebab, seperti alergi, kelebihan berat badan atau obesitas, faktor genetika, dan obat-obatan yang membuat otot rileks.
Di samping itu, mendengkur juga bisa menjadi gejala dari sleep apnea, suatu kondisi di mana orang berhenti bernapas untuk jangka waktu yang singkat saat tidur.
American Heart Association memperingatkan bahwa sleep apnea berhubungan dengan hipertensi, stroke, dan gagal jantung.
Dan usia pengidap sleep apnea didapati semakin memuda.
Jadi, bila Anda mendapati pasangan atau anggota keluarga seperti berhenti bernapas disertai mendengkur hebat, baiknya tak membiarkan kondisi berlarut.
Dalam studi 18 tahun, peneliti dari University of Wisconsin-Madison menemukan, bahwa orang-orang dengan sleep apnea parah yang tidak diobati memiliki tiga kali kemungkinan untuk meninggal dini ketimbang mereka yang tidak mengalaminya.
Bagi peserta yang mengalami tiga puluh kali berhenti napas kala mendengkur per jam saat tertidur, risiko kematian akibat kardiovaskular meningkat lima kali dibandingkan dengan mereka yang tidak mendengkur.
Selain mendengkur, gejala tambahan sleep apnea ialah sering merasa kelelahan di siang hari walau jam tidur sudah terpenuhi, mudah terengah-engah atau tersedak saat Anda tidur, sakit kepala di pagi hari, dan sering buang air kecil di malam hari.
Melakukan beberapa cara untuk mengurangi mendengkur bukan sekedar memberikan kenyamanan pada pasangan agar tak terganggu, namun juga menurunkan risiko sleep apnea.
Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan ialah menggunakan bantal khusus untuk meredakan dengkuran, tidur menyamping, dan berolahraga untuk menguatkan sistem pernapasan.
Untuk dengkuran yang parah dan sering membuat napas terhenti, konsultasi dengan dokter sangat diperlukan. Terapi dan pengobatan tepat dapat membantu Anda mencapai kesehatan optimal jangka panjang.
Seorang pakar kesehatan tidur mengatakan, di balik mendengkur ada risiko kesehatan yang banyak, antara lain kualitas tidur buruk, badan tidak segar, siang hari mudah mengantuk, kekurangan oksigen berulang sepanjang malam, stres pada jantung, otak, dan organ lain, dan memperberat kerja jantung yang bisa memicu serangan jantung.
Saat mendengkur, sebenarnya ada hambatan udara yang harusnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur napas. Itulah yang membuat tubuh kekurangan oksigen
Menurut sekelompok peneliti dari Rumah Sakit Pusat Kobe, Jepang, ditemukan bahwa jika mendengkur dan gangguan nafas saat tidur diabaikan, pasien yang telah mengalami sumbatan arteri koroner beresiko mengalami serangan jantung atau stroke sampai dua kali lipat.
Mengapa?
Mendengkur merupakan tanda terjadinya penyempitan saluran nafas saat tidur. Akibatnya saluran nafas tersumbat dan secara berkala mengakibatkan penurunan kadar oksigen.
Sleep apnea atau henti nafas saat tidur terjadi ketika seseorang pendengkur tidur.
Di antara dengkuran suara berisik terhenti, dan nafas tampak berat.
Saat ini saluran nafas tersumbat, dan penderita seolah tercekik dalam tidur.
Dalam kondisi tersebut oksigen turun drastis. Karena sesak, penderita akan tersedak untuk mengambil nafas tiba-tiba.
Jika dilihat gelombang otak tidurnya, pendengkur terbangun singkat tanpa terjaga.
Bayangkan jika ini terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya oksigen turun naik, dan pendengkur terpotong-potong proses tidurnya.
Pendengkur akan merasa tak segar dan terus mengantuk sepanjang hari walaupun durasi tidurnya cukup. Inilah yang disebut dengan hipersomnia, kantuk berlebihan.
Proses terbangun-bangun dan turun naiknya oksigen akan memicu respon inflamasi yang bersifat merusak bagi kesehatan jantung.
Henti nafas pada sleep apnea bisa berlangsung bervariasi sepanjang malam. Sepuluh detik hingga puluhan detik. Bayangkan betapa merusaknya kondisi henti nafas saat tidur ini.
Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of the American Heart Association Juni tahun lalu, melihat data dari dua ratusan pasien yang telah jalani prosedur pembukaan sumbatan arteri jantung. Kesemuanya kemudian menjalan pemeriksaan tidur yang merekam aliran udara dan fungsi-fungsi nafas saat tidur.
Didapati lima puluh persen lebih pasien ternyata juga menderita sleep apnea.
Pasien-pasien tersebut diikuti selama lima tahun.
Sejumlah dua puluh persen dari yang mendengkur ternyata alami serangan pada pembuluh darah jantung atau otak, dibandingkan dengan tujuh koma selapan persen pada non pendengkur. Sementara, resiko kematian didapati meningkat hingga tiga kali lipat pada pendengkur.
Para ahli tersebut menutup publikasinya dengan seruan agar para dokter mulai mengevaluasi kebiasaan tidur pasien-pasien dengan masalah jantung dan stroke.
Tak sulit, cukup tanyakan kebiasaan mendengkurnya saja. Biasanya pasangan pasienlah yang langsung mengamini.