Sebuah penelitian terbaru tentang puasa datang dari University of California di Berkeley, University of Southern California, Mount Sinai Chicago.
Puasa, menurut penelitian terbaru itu, bisa membuat seseorang berumur panjang dan mencegah munculnya kanker.
Pasalnya, selama puasa sel-sel tubuh kita berada dalam mode protektif sehingga menjaga tubuh dari serangan penyakit.
Selain itu, sel-sel kanker akan kesulitan berkembang karena makanan mereka, glukosa, tidak ditemukan dalam aliran darah saat kita berpuasa.
Berpuasa adalah kegiatan yang melatih otak kita seperti halnya otot dilatih dengan berolahraga, ujar Mark Mattson, peneliti di National Institute on Aging.
“Ketika otak dibatasi asupan energinya, ada aktivitas sampingan yang terjadi, yakni ada sel-sel melindunginya dari kerusakan, seperti stroke dan penuaan,” ujar Mattson.
“Puasa juga meningkatkan BDNF, protein penting untuk melindungi tubuh dari kerusakan-kerusakan terkait usia,” lanjut Mattson.
“Ada juga bukti bahwa ketones yang didapatkan dari lemak dan digunakan sebagai bahan bakar selama puasa, merupakan pelindung dari penyakit degeneratif seperti epilepsi dan Alzheimer.”
Puasa juga membuat seseorang panjang umu dengan alasan membatasi kalori.
Hasil penelitian terbaru mengenai panjang umur menunjukkan, mengurangi asupan kalori harian sampai dua puluh lima persen bisa memotong “usia biologis” sampai poin koma enam setiap tahun.
Bukan hanya itu, hasil studi tersebut juga menyimpulkan bahwa berpuasa sebenarnya membantu kita terhindar dari penyakit kronik, misalnya kolesterol buruk, hipertensi, atau diabetes.
“Penuaan biologis berjalan perlahan-lahan dan kemunduran pada sistem tubuh bisa terjadi progresif. “
“Bila kita bisa mengintervensi penuaan ini, mungkin kita bisa mencegah atau menunda penyakit-penyakit yang terkait dengan usia,” kata Dr.Daniel Belsky, yang melakukan penelitian ini seperti dikutip dari Menshealth.com.
Dalam penelitian Belsky memang tidak disebutkan mengapa pengurangan kalori bisa memperlampat penuaan, tetapi studi sebelumnya menyebut bahwa pembelahan sel dan kematian sel bisa dicegah saat tubuh kekurangan energi. Dengan demikian, proses inflamasi pun lebih sedikit.
Memotong dua puluh lima persen dari kebutuhan tersebut mungkin terkesan berat, tetapi bisa disiasati dengan memilih asupan kalori yang lebih sehat namun memberi rasa kenyang lebih lama.
Cara paling sederhana adalah mengganti semua kalori cair dengan air putih.
Tukar daging sapi dengan ikan, perbanyak sayur dan buah, kurangi porsi nasi perlahan-lahan sampai akhirnya hanya tinggal separuh dari yang biasa dimakan.
Walau berpuasa disebutkan memiliki manfaat yang baik, tetapi tetap harus diperhatikan pilihan makanan saat berbuka dan sahur.
Bila ingin mendapat manfaat sehatnya, batasi asupan lemak jenuh, misalnya santan, gorengan, daging merah, serta yang berkadar gula tinggi.
Kita sering mendengar tentang manfaat mengurangi asupan kalori untuk mendapatkan usia yang lebih panjang.
Dua puluh tahun penelitian memang membuktikan bahwa pengurangan asupan makanan secara drastis bisa memperpanjang usia dua kali lipat pada hewan pengerat, cacing, dan serangga.
Walau banyak manfaat yang didapatkan dengan mengurangi asupan kalori, namun yang menjadi pertanyaan adalah: siapa yang mau terus menerus kelaparan sepanjang hidupnya?
Apakah ada cara yang lebih mudah? Bisakah kita mendapatkan manfaat yang sama namun dengan cara yang tidak menyiksa?
Jawabannya ternyata ada.
Cara itu disebut puasa berkala atau intermittent fasting (IF), dan biasa diterapkan pada atlet-atlet angkat beban, crossfit, dan olahraga lainnya.
“Ketika mendengar kata puasa, orang biasanya akan membayangkan seminggu tidak makan,” kata Brad Pilon, penulis buku Eat Stop Eat.
“Namun mestinya tidak begitu, melainkan bayangkan bahwa kita hanya mengambil jeda waktu lebih panjang antara waktu makan.”
Menurut Pilon, manfaat IF bisa didapat ketika kita setidaknya selama dua belas jam tidak makan apapun, kecuali minum air.
Sederhananya, kita bisa mulai makan pukul delapan pagi, dan berhenti makan pukul tiga sore. Setelah itu hanya minum air putih sampai keesokan harinya.
Dengan begitu ada jeda waktu lebih dari dua belas jam di mana kita tidak memasukkan kalori dalam tubuh.
Meski terdengar bertolak belakang dengan anjuran yang menyebutkan lebih baik makan sedikit namun sering, metode ini diyakini membuat tubuh lebih bertenaga, membakar lemak lebih banyak, mengurangi kemungkinan penyakit jantung, kanker, dan diabetes, serta membuat tubuh lebih cepat memulihkan diri.
Kebiasaan makan seperti ini sebenarnya sudah dilakoni para nenek moyang kita yang hidup sebagai pemburu.
Mereka tidak selalu mendapat hewan buruan, sehingga ada masa-masa harus berpuasa. Dan seperti mereka, tubuh kita memang dirancang untuk bisa bertahan menghadapi situasi seperti itu.
Sulitkah membiasakan diri dengan pola makan seperti itu?
Mereka yang pernah melakukannya menyebutnya sebagai hal yang mudah. Begitu kita melakukannya selama seminggu, maka kebiasaan itu menjadi mudah.
Beberapa rekan yang mencoba diet yang di Indonesia diperkenalkan entertainer Deddy Corbuzier sebagai OCD ini mengaku mendapat manfaatnya.
Manfaat lain dari IF adalah mengurangi timbunan lemak pada tubuh. Kita mempelajari bahwa salah satu bahan bakar tubuh adalah glukosa yang berasal dari gula.
Kita mendapatkannya melalui makanan seperti gula, karbohidrat (roti, nasi, dll), maupun minuman ringan.
Namun sebenarnya tubuh kita memiliki bahan bakar lain yang disebut ketones. Saat tubuh kehabisan glukosa, maka molekul ini mulai membakar lemak alam tubuh. Ini terjadi saat kita berpuasa, atau di saat jeda tidak makan.
Bila pada saat jeda itu kita juga berolahraga, maka pembakaran lemak akan lebih banyak, sehingga kadar lemak dalam tubuh kita akan berkurang.
Penelitian juga menunjukkan bahwa hormon pertumbuhan, yang berperan dalam pembentukan otot, juga meningkatkan kinerja saat tubuh berpuasa.
Peningkatan kinerja hormon ini membuktikan bahwa tubuh manusia mampu melakukan adaptasi untuk bertahan selama beberapa waktu tanpa makanan.
“Beberapa orang tidak hanya memperoleh manfaat lewat pembakaran lemak yang tinggi, namun juga merasa lebih nyaman dan lebih kuat ketika terbiasa berpuasa,” ujar Jon Haas, pelatih kebugaran dari New Jersey.
“Mereka juga merasa lebih bisa mengendalikan tubuhnya, dan secara mental menjadi lebih kuat. Dan memang seperti inilah tubuh kita dirancang.”
Awalnya, puasa mungkin terasa berat. Yang terpikir adalah kapan waktu makan. Namun menurut Brad Pilon, metode ini sangat bisa dibiasakan..
Bagaimana dengan tenaga untuk bekerja dan berolahraga?
Mereka yang melakukan IF mengatakan tidak ada masalah dengan hal itu.
Mereka justru merasa lebih bertenaga jika melakukan latihan pada periode puasa dibanding bila makan sebelumnya. Tentu hal ini tidak berlaku untuk olahraga yang sifatnya endurance, seperti lari marathon misalnya.
Pada dasarnya, tubuh kita tetap bisa mendapatkan tenaga dari sumber lain, yakni ketones lewat pembakaran lemak. Ini hanya seperti memindahkan baterai saja.