Biji-bijian, buah-buahan dan sayuran adalah tiga makanan kunci untuk mendatangkan hidup sehat. Semangkuk kecil bubur gandum, misalnya, menjadi kunci untuk mendapatkan hidup lebih sehat dan berumur panjang.
Benarkah?
Faktanya, Harvard University yang melakukan serangkaian penelitian menemukan mereka yang mengunsumsi biji-bijian akan mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung.
Sebelumnya memang sudah banyak penelitian serupa tentang biji-bijian dalam pengaruhnya ke jantung. Namun, ini adalah penelitian utama yang meneliti apakah biji-bijian bisa memiliki dampak pada umur panjang.
Hasil penelitian membuktikan bahwa mereka yang makan biji-bijian utuh, misalnya bubur beras merah, bubur jagung dan quinoa ternyata berisiko kecil mengalami penyakit, terutama jantung.
Konsumsi semangkuk kecil biji-bijian setiap hari, atau sekitar 28 gram biji-bijian, akan mengurangi lima persen angka kematian dan sembilan persen risiko penyakit jantung.
“Temuan ini mendukung pedoman diet yang saat ini merekomendasikan peningkatan konsumsi gandum,” kata Hongyu Wu dari Harvard School of Public Health, seperti dilansir dari Telegraph.
“Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa diet yang diperkaya dengan biji-bijian dapat memberikan manfaat usia yang panjang.”
Hebatnya lagi, temuan ini juga tak mengenal batasan usia, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh dan aktivitas fisik. Artinya, semua orang dengan berbagai kebiasaannya bisa berumur panjang dengan rajin konsumsi bubur biji-bijian.
Seperti diketahui, biji-bijian mampu meningkatkan kepadatan mineral tulang, menurunkan tekanan darah, meningkatkan bakteri di usus halus, serta mengurangi risiko diabetes.
Biji-bijian termasuk gandum memiliki kandungan serat beta glucan yang mampu menurunkan koleksterol dan menurunkan risiko penyakit jantung.
Selain itu, senyawa bioaktig yang disebut avenanthramide juga dianggap mampu menghentikan pembentukan lemak di arteri sehingga mampu mencegah kadar antioksidan dan memerangi radikal bebas.
Para ahli kesehatan pun setuju akan hal ini. “Orang-orang dengan asupan tinggi biji-bijian juga cenderung memiliki gaya hidup dan diet secara menyeluruh.
Maka mungkin saja ada banyak hal lain yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan kardiovaskular,” kata Victoria Taylor, ahli gizi dari British Heart Foundation.
Selain mengonsumsi biji-bijian sebagai bubur, cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyantap biji-bijian dalam bentuk lain. “Beralihlah dengan menyantap roti gandum, sereal, pasta dan nasi,” katanya menyarankan.
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang beralih ke biji-bijian, ribuan nyawa bisa diselamatkan setiap tahunnya. Tak dimungkiri, penyakit jantung koroner adalah pembunuh terbesar.
Bagaimana dengan antioksidan dalam diet atau dalam bentuk suplemen dengan antioksidan. Secara keilmuwan orang yang mengasup suplemen tidak mendapatkan hidup lebih lama dari orang-orang yang hanya makan dengan baik secara keseluruhan.
Hal tersebut diungkap oleh penelitian jangka panjang pensiunan di California.
Antioksidan, termasuk vitamin a, b, c dan e, yang berlimpah di dalam sayuran dan buah-buahan melindungi dari kerusakan sel atau DNA. Hasilnya, antioksidan disebut dapat mencegah kanker, pencegahan penyakit jantung, bahkan menangkal demensia.
“Ada bukti ilmiah baik tentang diet yang mengonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan berdampak sehat dan menurunkan penyakit tertentu,” kata Annlia Paganini Hill dari Clinic for Aging Research and Education di University of California, Irvine.
“Namun tidak jelas apakah itu disebabkan oleh antioksidan, sesuatu yang lain dalam makanan tersebut, makanan diet, atau pilihan gaya lainnya,” kata Paganini Hill seperti dikutip dalam laman Reuters. Dari uji klinis acak ditemukan bahwa suplemen antioksidan tidak mencegah penyakit.
Para peneliti menggunakan survei dari tahun 1980-an masyarakat pensiunan di Leisure World Laguna Hills. Peneliti merinci asupan makanan atau kelompok makanan yang kaya akan vitamin a dan c, serta asupan suplemen vitamin mereka.
Sebanyak dua pertiga kelompok paling sering mengonsumsi suplemen vitamin c. Para peneliti mencatat diet para peserta sendiri sebetulnya telah memenuhi kebutuhan suplemen di dalam asupan makanan dan minuman mereka.
Paganini-Hill meneliti sejarah kesehatan seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, olahraga, indeks masa tubuh, hipertensi, angina pektoris (penyakit jantung iskemia), serangan jantung, stroke, diabetes, rheumatoid arthritis, dan kanker.
Jumlah vitamin a atau c dalam makanan atau suplemen vitamin tidak ada hubungannya dengan risiko kematian. Orang-orang yang mengonsumsi vitamin mungkin memiliki gaya hidup berbeda atau kondisi penyakit yang mendasari risiko kematian.
“Di dalam populasi umum, kebiasaan menjalankan hidup sehat biasanya terkelompok. Misalnya, orang-orang yang mengonsumsi vitamin sebagai suplemen akan sering berolahraga, tidak merokok, dan tidak mengalami obesitas,” kata Paganini-Hill.
Faktor-faktor tersebut menjelaskan hubungan antara umur panjang dan suplemen vitamin. Di sisi lain, peneliti mencatat orang-orang dengan kebiasaan tidak sehat akan lebih mungkin mengonsumsi suplemen.
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara asupan vitamin dan risiko kematian, tetapi sebagian besar belum ditunjukkan oleh peneliti.
“Kita tahu cukup banyak tentang bagaimana antioksidan bertindak, dan apa yang secara teoritis dapat mereka cegah,” kata Sabine Rohrmann dari Institute of Social and Preventive Medicine di University of Zurich.
“Salah satu isu yang penting adalah bahwa kita tidak tahu banyak tentang bagaimana antioksidan bertindak pada konsentrasi berbeda, atau bagaimana mereka bertindak pada manusia yang memiliki atau tidak memiliki vitamin atau asupan antioksidan yang cukup,” kata Rohrmann.
Selain itu menurut penelitian National Institutes of Health, dosis tinggi beta-karoten dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada perokok. Dosis tinggi vitamin E juga dapat meningkatkan risiko kanker prostat dan satu jenis stroke. Antioksidan juga dapat berinteraksi dengan beberapa obat-obatan.