“Stres,” tulis laman situs “huffinton post,” Selasa, 27 September 2016, “tak akan pernah menurunkan berat badan.”
Sebuah studi terbaru, menurut “huffinton post,” stress akan akan membuat pembakaran kalori menyusut dan keinginan untuk makan jauh lebih tinggi
“Dan seseorang yang stress akan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan lemak”
“Dan stres bisa mengubah cara tubuh memproses makanan,” kata Jan Kiecolt-Glaser, pemimpin penelitian dan profesor psikiatri dan psikologi dari Ohio State University, yang menjadi sumber utama tulisan “huffinton post.”
Tim penelitian itu menemukan, ketika wanita makan sarapan tinggi kalori penuh dengan lemak “sehat” setelah peristiwa penuh stres, tubuh mereka tidak hanya membakar kalori lebih sedikit, stres menaikkan sejumlah indikator yang berbahaya untuk kesehatan dalam darah, sama halnya ketika mereka makan sarapan penuh dengan lemak “jahat”.
Dalam penelitian tersebut Kiecolt-Glaser dan timnya membandingkan wanita yang makan sarapan sama terdiri dari biskuit, kuah daging, telur, sosis.
Beberapa dari makanan itu terbuat dari minyak sawit yang kaya akan lemak jenuh.
Wanita yang lain menyantap makanan yang sama, namun dengan lemak tak jenuh tunggal berupa minyak bunga matahari.
Minyak ini dikenal sebagai lemak “baik”.
Kedua jenis sarapan tersebut mengandung kalori dan lemak yang setara dengan burger Big Mac dan kentang goreng ukuran sedang.
Ketika wanita menghadapi kejadian penuh stres sehari sebelum sarapan, mulai dari membersihkan cat yang ditumpahkan seorang anak sampai merawat orang tua yang mengalami kepikunan, reaksi emosi terhadap kejadian itu melenyapkan manfaat lemak sehat.
Wanita yang makan lemak “jahat” mengalami peningkatan inflamasi pada penanda darahnya dan kecenderungan penimbunan plak di pembuluh arteri.
Sebenarnya lemak “baik” menurunkan inflamasi.
Tetapi setelah kejadian penuh stres, peserta yang makan lemak jenuh tunggal mengalami hal yang sama pada tes darah dengan yang makan lemak “jahat”.
Penting untuk diingat dalam studi yang dimuat di jurnal Molecular Psychiatry itu bahwa efek stres itu tidak diuji pada orang yang mengonsumsi makanan rendah kalori dan diet seimbang.
Disimpulkan dalam studi tersebut, orang yang makan lemak sangat tinggi dan kalori membakar lebih sedikit lemak ketika stres.
Disebutkan pula bahwa stres juga dapat menyabotase perilaku sehat yang mendukung penurunan berat badan.
“Stres membuat kita makin sulit menurunkan berat badan. Beberapa hal terjadi saat stres, kita makan makanan yang bikin senang, tidur lebih sedikit dan kelaparan keesokan harinya. Dan ketika stres kita juga jarang olahraga,” kata Kiecolt-Glaser.
Ketika Tess Kearns dan suaminya memulai usaha katering tahun lalu, tanggung jawab menjalankan bisnis baru dan membesarkan dua anak, sangat memakan waktu dan energi. ”
Pembayaran hipotek terlambat dan tidak cukup waktu untuk belajar keterampilan baru yang diperlukan untuk menjaga bisnis kami,” kata Tess.
“Saya tidak merasa sudah melewati batas, hanya merasa seperti menanggung beban berat.”
“Tubuh memberi sinyal agar kita bergerak dengan lebih lambat, tapi kita tidak mendengarkan,” kata Alice Domar, PhD, pendiri Domar Center for Mind/Body Health.
“Jika Anda mengabaikan sinyal marabahaya terlalu lama, hal ini bisa berubah menjadi masalah kesehatan.”
Waspadai gejala-gejala ini dan jika Anda menemukan diri Anda mengalami salah satunya atau lebih, segeralah beristirahat.
Ketika Anda sedang stres, kelenjar adrenal akan mengeluarkan kortisol, dan penelitian telah menunjukkan, bahwa hormon ini bisa menghambat kemampuan mengingat Anda.
“Selama tidur, Anda otak Anda memutar ulang apapun yang Anda pelajari, mengatur dan menyimpannya ke bagian memori penyimpanan jangka panjang,” jelas Sandra Ackermann, PhD, seorang peneliti postdoctoral biopsikologi di University of Zurich. J
Jika Anda tidak cukup tidur, kadar kortisol Anda akan meningkat dan proses pengaturan dan penyimpanan memori jadi terganggu.
“Ketika cedera, sistem kekebalan tubuh Anda bergerak segera, mengirimkan sinyal untuk memproduksi kolagen, membentuk bekuan darah dan merekrut sel untuk melindungi tubuh terhadap kuman,” jelas William Huang, MD, asisten profesor dermatologi di Wake Forest University School of Medicine di Winston-Salem, NC
“Tapi ketika Anda sedang stres, kadar bahan kimia yang disebut glukokortikoid akan meningkat. Glukokortikoid menekan sistem kekebalan tubuh Anda dan membuat penyembuhan lebih lambat.”
Anda sudah tahu bahwa stres bisa membuat haid terlambat. Ketika stres, hipotalamus atau pusat regulasi otak, akan menunda pelepasan telur, menggeser siklus haid dan memerburuk PMS Anda.
Peneliti National Institutes of Health studi, mengamati 259 wanita selama lebih dari sebulan dan menanyai mereka tentang seberapa sering mereka merasa stres.
Wanita yang lebih banyak mengalami stres di awal siklus haid, lebih mungkin mengalami gejala PMS tingkat sedang hingga parah dibanding wanita yang tidak stres.
Christa Reed, dari Park Ridge, Illinois., selama ini memiliki pencernaan yang sehat. Tetapi kemudian, dia didiagnosis dengan penyakit gastroesophageal reflux. Dokter menyarankan perubahan pola makan dan lebih banyak tidur.
Enam bulan kemudian, karena tidak mematuhi nasehat dokter untuk cukup istirahat, rasa sakit itu malah menjadi lebih buruk. “Dokter mengatakan kepada saya bahwa jika saya tidak kunjung cukup istirahat, saya akan menderita kanker esofagus.”
Jadi,ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang membuatnya stres dan dalam waktu dua minggu, penyakitnya pergi.
Dalam menanggapi stres, trauma atau patogen, ujung saraf kulit akan mengeluarkan sinyal kimia yang disebut neuropeptida. Ketika zat ini terangsang oleh tiga hal itu, akan timbul peradangan dan gatal pada kulit.
“Kulit adalah organ yang dinamis. Ada hubungan yang rumit antara kulit dengan stres,” kata Dr Huang.
Orang yang kurang tidur cenderung memiliki mimpi yang aneh dan lebih intens, meskipun para ahli tidak sepenuhnya yakin mengapa.
Satu penjelasan yang mungkin: Bila Anda tidak cukup istirahat, otak Anda memprioritaskan tahap tidur REM. Tahap ini adalah tahap paling restoratif, yang juga menjadi saat mimpi terjadi.
“Biasanya, fase REM tidak dimulai sampai sekitar 90 menit setelah Anda tertidur,” kata Joyce Walsleben, PhD, profesor di Sleep Disorders Center di NYU School of Medicine.
“Tapi jika Anda lelah, otak bisa sampai ke fase itu dalam waktu sedikitnya 10 menit.” Sepanjang malam, Anda juga akan masuk ke dalam dua fase tidur lainnya untuk menebus defisit REM. Ini berarti akan lebih banyak waktu untuk imajinasi nokturnal terungkap.
Setelah seminggu yang sangat sibuk yang di kantor, akhir pekan terasa seperti hadiah dari para dewa. Anda tidur dan menikmati makan siang santai sepuasanya. Tapi mengapa kepala Anda berdenyut-denyut?
“Kami tidak tahu pasti mengapa, tetapi migrain kadang-kadang dipicu oleh kekecewaan setelah periode stres daripada stres itu sendiri,” jelas Peter Goadsby, PhD, seorang ahli saraf yang mengkhususkan diri dalam gangguan sakit kepala di Kings College London.